Gara-gara Game Online Anaknya, Ibu di Kediri Ini Dapat Tagihan Telepon Pasca Bayar Rp 11,5 Juta
Ny Ririn Ike Wulandari mengambil hikmah dari kejadian yang dialaminya mendapatkan tagihan dari telepon pasca bayar suami Rp 11,5 juta.
Penulis: Didik Mashudi | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Ny Ririn Ike Wulandari mengambil hikmah dari kejadian yang dialaminya mendapatkan tagihan dari telepon pasca bayar suami Rp 11,5 juta akibat putranya senang main game online.
"Hikmahnya bagi kami orang tua gak boleh gaptek (gagap teknologi), usia tidak membatasi kita untuk terus belajar, karena semua berjalan dinamis," ungkap Ny Ririn Ike Wulandari kepada TribunJatim.com, Kamis (11/4/2019).
Diberitakan sebelumnya, seorang ibu di Kediri mendapatkan tagihan telepon pasca bayar akibat putranya senang main game online yakni, Free Fire, Mobile Legend dan Minecraft.
Ketiga game online ini memang sangat populer dan banyak digandrungi semua kalangan, termasuk anak-anak.
Tagihan itu membuat jebol uang belanja.
• Waspadai 5 Hal Penyebab Anak Menjadi Pelaku Bullying, Media Sosial dan TV Ikut Berperan!
• Kapan Samsung A80 Dijual di Indonesia? Berikut Bocoran Spesifikasi
Menyusul kejadian itu, Ny Ririn telah melarang kedua putranya membawa HP.
Sejauh ini kedua putranya juga tidak memprotesnya.
"Sekarang cuma lihat youtube di laptop, namun juga dibatasi. Kebetulan anak saya sekolah fullday pulangnya jam 5 sore, jadi waktunya memang terbatas," jelasnya.
Diungkapkan Ny Ririn, pengawasan orang tua penting, tapi juga tidak boleh terlalu mengekang anak.
Karena anak masih berproses, dan dalam tahap belajar.
"Kenali HP sendiri, termasuk fitur-fitur yang bisa dipakai orangtua agar bisa memantau aktivitas anak di dunia maya," ungkapnya.
Selain itu kaitkan email dari HP yang dipakai anak, ke HP orangtua.
Sehingga orang tua bisa pantau aktivitas anak lewat history, tanpa menyentuh HP mereka.
Contohnya, HP anak di lock.
Sementara terkait dengan kejadian yang telah menimpanya, segera lakukan pembatasan pembayaran dan hubungi pihak terkait.
Diungkapkan, senang ngehame itu wajar, karena orang dewasa pun juga memainkannya, tapi bermainnya bisa dibatasi.
Di dalam game sendiri, sudah ada kok warning "main seperlunya, jangan lupa istirahat".
Namun tulisan gak kebaca karena ukurannya kecil.
Apalagi kalau anak-anak semakin dilarang, akan semakin penasaran, sehingga lebih baik diarahkan saja.
Diakuinya, sebagai orang tua juga tidak bisa terus mengawasi anak bermain game, tapi setidaknya sekali-sekali dampingi mereka.
"Misalnya kita pura-puta ingin tahu bagaimana mereka bermain, dan bertanya langsung saat mereka bermain, sambil kita sisipkan sedikit nasehat pendek," ungkapnya.
Selain itu juga sangat penting untuk berbicara dua arah, jangan kita menghukum anak saat mereka salah.
Karena indikasi mereka mengetahui salah, adalah saat mereka diam.
• 5 Sneakers Merk Lokal Berkualitas Tak Kalah dari Merk Luar Negeri, Ada yang Pernah Dipakai Jokowi
• TRIBUNWIKI - 5 Hal Wajib Diperhatikan Peserta Jelang UTBK 2019, dari Cek Lokasi sampai Teknisnya!
Artinya mereka berpikir, jika membantah, artinya dia belum tahu dia salah.
Sebagai orangtua tidak ada salahnya untuk meminta maaf duluan, meskipun anak salah.
"Katakan maaf, kami belum bisa menjadi orangtua yang baik, dan sesuai keinginan kalian, dan terima kasih sudah berusaha menjadi anak yang baik," ungkapnya.
Dengan upaya itu, anak akan terpancing untuk meminta maaf dan berterima kasih. (Surya/Didik Mashudi)