Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berawal Jajakan Keliling, Pria Blitar Ini Sukses Usaha Truk Mini Kayu, Tembus Pasar Luar Jatim

Berawal Jajakan Keliling, Pria Blitar Ini Sukses Usaha Truk Mini Kayu, Tembus Pasar Luar Jatim.

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Sudarma Adi
SURYA/IMAM TAUFIQ
Bambang Siswanto (38), sedang merakit truk mini produksi home industrynya. 

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Seringkali kita itu berkecil hati karena tinggal di pedesaan.

Belum berbuat apa-apa, kita sudah punya persepsi kalau akan kesulitan mendapatkan peluang untuk berkembang, apalagi buat membesarkan usaha rumahan (home industry).

Ternyata, persepsi seperti itu tidak berlaku bagi Bambang Siswanto, pria berusia 38 tahun, yang kini jadi pengusaha kerajinan truk mini dari kayu yang sukses.

Bawaslu Sebut Ada 71 TPS Rawan saat Pelaksanaan Pemilu 2019 di Kota Blitar

Koper yang Digunakan Membungkus Jasad Guru Honorer Asal Kediri Milik Ibu Pelaku Asal Blitar

Penyidik Temukan Abu Sisa Pembakaran di Rumah AS di Blitar

Mayatnya Ditemukan di Blitar, Guru Honorer Budi Hartanto Ternyata Dimutilasi di Warung Kopi Kediri

Meski tinggal di pedesaan atau tepatnya, di Dusun Randuasri, Desa Tepas, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar namun Bambang sangat optimis, kalau usaha home industry yang digeluti bertahun-tahun itu akan terus berkembang.

Yang penting, katanya bukan tempatnya di mana, melainkan kerja keras dari si empunya. Ditambah, ia harus bisa menjaga kualitas produknya.

Hasilnya, kini sudah tertebus. Sebab, truk mini kayu made in Bambang itu kini sudah menembus pasaran luar daerah.

Indikasinya, tiap pekan, bapak satu anak itu mampu memproduksi barang sebanyak 300 unit truk mini kayu buatannya.

Itu dipasarkan, selain di Kota/Kabupaten Blitar sendiri, juga ke beberapa daerah, di antaranya Banyuwangi, Jember, Denpasar (Bali), Ponorogo, dan Madiun.

Katanya, hampir semua tempat wisata di Jawa Timur ini, ada stand atau pedagang ang menjual truk miniatur buatannya.

"Itu berkat perjuangan kami selama bertahun-tahun. Terutama dua tahun pertama saat awal-awal membuka usaha ini. kami harus menjajakan kerajinan kami sendiri. Kami nggak mengenal lelah meski saat itu kadang laku dan tak laku," tuturnya ditemui di rumahnya, Sabtu (13/4) pagi.

Hasil kerja keras Bambang itu kini terbayarkan. Sekarang ini dirinya tidak sendirian lagi, namun sudah punya sebanyak 17 karyawan, yang ada di rumahnya.

Mereka mengerjakan dari bahan mentah, yang masih berupa kayu sampai jadi truk mini, yang siap dipasarkan.

"Awalnya, saya sendirian, mulai menggergaji kayu, membentuk truk, mengecat bodi truk bahkan memasarkannya. Caranya, ya kami pasarkan dengan keliling ke kampung-kampung.

Terutama, tempat-tempat keramaian, yang ada banyak penjual mainan anak-anak, itu pasti kami datangi. Bahkan, setiap kali ada tontonan di desa-desa, kami selalu membawa barang dagangan saya. Saat itu memang susah," ungkapnya.

Kapan ia memulai usahanya itu, Bambang menceritakan itu terjadi sekitar tahun 2014 lalu.

Saat itu dirinya habis lulus kuliah, dan belum juga mendapatkan pekerjaan yang layak. Akhirnya, ia sempat ke sana-kemari, untuk mencari pekerjaan.

Di saat bingung mencari pekerjaan itu, dia yang lajang iseng berjalan-jalan ke makam Bung Karno, yang ada di Kota Blitar atau berjarak sekitar 15 km dari rumahnya.

Di makam yang ramai pengunjung dari berbagai daerah itu, ia heran karena banyak pedagang yang berjualan truk miniatur.

Oleh Bambang, itu diamati satu per satu stand, yang menjual truk mainan anak-anak tersebut.

Tanpa sadar, ia tertarik dan terbesit di pikirannya, untuk membuatnya. Dan, sampai di rumahnya, ia langsung mencobanya, dengan mengotak-atik kayu yang ada.

Tentunya, ia tak langsung sukses menyelesaikan satu truk mini dan banyak kesalahannya. Maklum, itu karena baru permulaan, mengawali membuat kerajinan.

"Akhirnya, saya bisa membuatnya. Namun demikian, karena baru permulaan, saya tak berani langsung membuat banyak dan hanya lima buah (truk mini). Ya, namanya baru mencoba, ya lama dan sering salah," paparnya.

Harganya, saat itu cuma Rp 120.000 per unit. Dan, laku keras, sehingga membuat dirinya kian semangat, untuk menekuni kerajinan itu.

"Sekitar dua tahun, selain kami jajakan sendiri, juga kami titipkan ke toko-toko mainan anak-anak. Rupanya, truk buatan saya bisa bersaing karena saat itu permintaan terus meningkat," paparnya.

Karena permintaan terus meningkat, ia kian semangat dan tak kenal lelah. Meski tak kenal waktu dan capek, namun tetap saja tak mampu memenuhi permintaan pasar.

Akhirnya, merekrut karyawan, yang kebanyakan tetangganya. Itu berawal dari satu, dua orang dan kini sudah punya 17 karyawan.

Awalnya, mereka diajari karena masing-masing karyawan tak harus punya kemampuan sama.

Sebab, mereka harus bisa mengerjakan truk mini, mulai masih berupa kayu (bahan mentah) sampai siap dipasarkan.

Setelah diajari, kini mereka sudah mahir di bidangnya masing-masing. Misalnya, Sulin (35), adalah khusus bagian painting (pengecatan) dan merakit.

Dan, ada karyawan yang khusus bagian membuat ban. Per hari, dengan 17 karyawan itu ditargetkan mampu menghasilkan produksi sebanyak 40 unit truk mini.

"Untuk bahannya, tak kesulitan atau mudah karena banyak tersedia di sekitar sini. Misalnya, kayu Waru, itu banyak tumbuh di pekarangan warga dan harganya terjangkau atau tak seperti harga kayu lainnya.

Untuk kacanya, juga kaca limbah, yang bekas potongan di toko atau penjual kaca. Ya, kalau ditotal per unit truk mini, biaya produksinya tak sampai Rp 100 ribu," paparnya.

Namun, harga jual atau harga kulakan dari Bambang berkisar Rp 180.000 per buah. Sementara harga di pasaran bisa sampai Rp 250.000.

Kalau dihitung dari cost produksi, Bambang mengaku masih untung. Karena itu, dia saat ini nggak melayani partai kecil atau pembeli eceran.

Katanya, dirinya mengutamakan para sales, yang memasarkan ke luar daerah.

"Kami sekarang tak memasarkan sendiri, karena sudah ada banyak sales yang mengambil ke rumah. Misalkan, kalau ke Bali, sudah ada salesnya sendri yang datang ke sini. Dan, kami nggak susah-susah mengirim sendiri. Ya bagi-bagi rejekinya lah," paparnya.

Kenapa kerajinan truk itu sangat laku di era membanjirnya produk China di pasaran kita, menurutnya, karena produknya mampu bersaing.

Apa kemampuannya, salah satunya kualittasnya. Memang, harga truk miniatur buatanya, atau buatan orang lain, lebih mahal dibanding truk mainan yang dari China.

Cuma, truk mini buatannya lebih kuat atau tahan banting meski berkali-kali terguling atau jatuh.

"Katanya, awet kalau bahannya dari kayu. Sampai anaknya bosan, truk mini itu tak rusak atau percah. Beda, kalau dari bahan plastik, mudah pecah," tuturnya.

Selain itu, papar dia, pesaingnya belum banyak. Misalnya, di wilayah Blitar Timur ini, sampai kini hanya dirinya sendriri yang membuat kerajinan truk mini.

Tak tahu mengapa, namun bsa jadi karena belum ada yang bisa atau belum tahu caranya, terutama untuk memasarkannya.

"Padahal, kalau ditekuni, ini usaha yang menjanjikan. Sebab, itu punya pangsa pasar khusus, yaknii anak-anak. Apalagi, kini ada komunitasnya. Tak hanya anak-anak, namun bapak-bapak juga. Malah, sekarang ini mulai ada kontesnya (truk mini)," ungkapnya.

Dari hasil kerja kerasnya itu, kini Bambang sudah merasakannya dan bahkan bisa dibilang tinggal memetik hasilnya.

Selain bisa menghidupi keluarganya, yang membahagiakannya, dirinya bisa menciptakan lapangan pekerjaaan buat para tetangganya.

Itu artinya, kesuksesan bukan dinikmati sendiri, namun bisa dirasakan bersama orang lain. Itu yang membuatnya, selain bangga juga kian bersemangat menekuni usaha itu.

"Doa mereka juga penting. Sebab, kalau usaha ini kian maju, otomatis mereka kian sejahtera," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved