1 Tahun Serangan Bom Surabaya
Anggap Bom di Mapolrestabes Surabaya Sebagai Aib, Pihak Keluarga Enggan Bicara Banyak
Sebuah rumah yang letaknya paling ujung di Jalan Krukah Selatan XI-B, Ngagel, Surabaya itu tampak sepi dari aktivitas.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Yoni Iskandar
Seraya mengakhiri percakapan dengan meminta kami menyudahi kunjungan kami, Bambang merasa pertanyaan yang kami ajukan akan menjadi masalah bagi keluarganya.
"Sampean lek krungu adikku (Heri) kate wawancara, ngamuk malahan (kamu kalau terdengar adikku mau wawancara malah dimarahi)," tukasnya.
Ketika kami kembali bertanya untuk yang terakhir kalinya, perihal kondisi keluarga pasca insiden.
Bambang semakin singkat memberikan jawaban.
"wes apik-apik ae. Pokok'e gak oleh dianu mas (udah apik-apik aja. Pokoknya jangan diungkit lagi)," katanya.
Sifat dingin dan cenderung tertutup semacam itu, bukan hal aneh bagi Ketua RT 09 RW 05 Krukuh Selatan XI-B bernama Kukuh.
"Kalau mau ngobrol sama Pak Bambang atau Pak Heri sudah saya jamin pasti ditolak," ungkapnya saat ditemui TribunJatim.com di kediamannya yang berjarak dua rumah sebelum rumah Bambang.
Semula, lanjut Kukuh, pihak keluarga sangat terbuka ketika berbagai pihak mendatangi rumahnya untuk menanyakan perihal insiden tersebut.
Pihak keluarga mengira, bahwa keterlibatan Erna sebagai satu diantara pelaku pengeboman masih belum dipastikan.
"Karena belum yakin kalau pelaku adalah adiknya. Pak Lurah, Pak Camat, Pak Kapolsek, Polda Jatim, datang ke rumah masih diterima, dan mau ngomong, wartawan pun juga," lanjutnya.
Namun sesaat usai pihak kepolisian melansir daftar nama pelaku penyerangan bom di Mapolrestabes Surabaya, dan menyebut nama Erna, suami, dan kedua anaknya sebagai pelaku.
Pihak keluarga tak lagi mau menerima permintaan wawancara dari berbagai pihak media.
Bahkan kedatangan petugas kepolisian, ungkap Kukuh, sempat ditolak oleh pihak keluarga.
"Semenjak itu langsung tertutup, udah gak mau lagi, gak mau ngomong sama sekali, sampai sekarang," tandasnya.