Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pilpres 2019

FAKTA TERBARU Hairul Anas Suaidi Pencipta Robot Pemantau Sistem KPU, Ternyata Caleg Gagal dari PBB

Tak cuma keponakan Mahfud MD, Hairul Anas Suaidi pencipta robot pemantau sisten KPU ternyata juga merupakan caleg gagal dari PBB

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Januar
Istimewa/ TribunJatim.com
Hairul Anas Suaidi, pencipta Pencipta Robot Pemantau Sistem KPU ternyata juga gagal nyaleg 

- Kecamatan Waru 11 suara

- Kecamatan Batumarmar 0 suara

- Kecamatan Kadur 39 suara

- Kecamatan Pasean 6 suara

Total keseluruhan: 320 suara

Sedangkan untuk perolehan suara partai PBB sebanyak 1.241 suara.

Keponakan Mahfud MD

Hairul Anas Suaidi (43), warga Dusun Rongrongan, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, yang mendadak viral di dunia maya dan ramai menjadi perbincangan, karena berhasil menciptakan robot pemantau sistem IT KPU RI, semasa kecil, kehidupanya sama dengan anak-anak sebaya.

Anas, panggilan anak bungsu tiga bersaudara pasangan suami istri almaruhum Sarim dan Daifah (Daifah, kakak kandung Mahfud MD, mantan Ketua MK), ketika masih duduk di bangku SD, suka bermain layang-layang bersama teman-temannya di desanya.

“Seperi anak-anak lainnya, waktu kecil dulu sering bersama teman-temannya bermain di luar. Namun yang paling disenangi bermain layangan. Bahkan, kerap ia membuat membuat layangan sendiri, tapi bukan untuk dijual, melainkan untuk dipakai sendiri,” kata Hamzah, salah seorang keluarga Anas saat ditemui di rumahnya Dusun Rongrongan, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, Kamis (16/5/2019).

Meski Anas sama seperti anak sebaya lainnya, lanjut Hamzah, waktunya tidak hanya dihabiskan untuk bermain. Dia dikenal rajin dan tekun belajar.

Sehingga ketika bebarapa temannya datang ke rumah untuk mengajak bermain, terkadang Anas menolak dan lebih memilih belajar.

Menurut Hamzah, sang ayah almarhum Sarim, semasa hidupnya menjadi kepala SD di kawasan Kecamatan Pegantenan.

Rumah yang ditempat termasuk rumah sederhana banguan tua, berukurang 6 x 8 meter. Namun yang ditempai Anas ini sudah ambruk, karena lapuk dimakan usia dan tidak dibangun lagi.

Menurut Hamzah, Sarim meninggal dunia ketika Anas masih duduk di bangku SMP. Selang beberapa tahun kemudian, Daifah, ibu kandung Anas pindah ke Pamekasan, berkumpul dengan saudara di Jl Dirgahayu, Kelurahan Bugih, Kecamatan Kota, Pamekasan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved