Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Mengenal Kanker Paru yang Diidap Sutopo Purwo Nugroho, Ada 2 Jenis Kanker Paru, Ketahui Penyebabnya

Sutopo Purwo Nugroho mengidap penyakit kanker paru stadium 4, dan penting bagi anda mengetahui penyebab serta gejala kanker paru, simak selengkapnya

Penulis: Elma Gloria Stevani | Editor: Januar
Instagram @sutopopurwo
Sutopo Purwo Nugroho ketika menjalani pengobatan kanker paru-paru. 

TRIBUNJATIM.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho terbang ke Guangzhou, Tiongkok untuk menyembuhkan penyakit kanker paru-paru stadium 4.

Melalui Instagram pribadi Sutopo Purwo Nugroho @sutopopurwo, ia mengabarkan keberangkatannya ke Guangzhou, Tiongkok pada Sabtu (15/6/2019).

Dikabarkan kanker paru yang diidap Sutopo Purwo Nugroho memberikan efek berupa cairan di paru yang menyebar ke tulang atau ke organ tubuh lainnya.

Dengan demikian, mau atau tidak mau Sutopo Purwo Nugroho harus berangkat ke China dan menjalani serangkaian pengobatan selama 1 bulan.

Kemurkaan Tentara Saat 1 Foto Terakhir Soekarno Sebelum Wafat Tersebar, 2 Anaknya Sampai Diperiksa

Sebelum menajalani perawatan, Sutopo Purwo memohon doa restu dari semua orang termasuk netizen atas kesalahan dan dosa yang dilakukan Sutopo Purwo Nugroho agar dapat dimaafkan.

Tak lupa, ia meminta maaf bila ia tidak bisa menyampaikan informasi bencana dengan cepat lantaran Sutopo Purwo Nugroho harus fokus pada pengobatannya kanker paru-parunya.

“Hari ini saya ke Guangzho untuk berobat dari kanker paru yang telah menyebar di bsnyak tulang dan organ tubuh lali. Kondisinya sangat menyakitkan sekali. Saya mohon doa restu kepada kepada semua netizen dan lainnyanny. Jika ada kesalahan mohon dimaafkan. Sekaligus saya dimaafkan atas kesalahan dan dosa. Saya di Guangzho selama 1 bulan. Maaf jik tidak bisa menyampaikan info bencana dengan cepat. Mohon maaf ya,” tulis Sutopo Purwo Nugroho dalam caption fotonya.

Kanker paru diketahui sebagai pembunuh utama di kelompok penyikit kanker. Angka harapan hidup penyintas kanker paru adalah yang paling buruk di antara pasien penderita kanker lain.

Dilansir dari Kompas.com, World Cancer Research Fund memprediksi 1,59 juta orang meninggal akibat penyakit kanker paru. Dan hanya 15 persen penderita kanker paru yang sintas.

Penelitian Clare Weeden dari Universitas di Melbourne Australia mengungkap soal kanker paru yang berkaitan dengan senyawa yang kita hirup dan perkembangan sel punca basal.

"Saat kita menghirup sesuatu seperti asap rokok, sel-sel basal akan menerima sinyal untuk tumbuh dan memperbaiki kerusakan itu," kata Weeden.

Apabila kita menghirup senyawa yang merusak tentu semakin aktif pula sel punca basal. Namun, keaktifan sel punca itu meningkatkan risiko mutasi. Sehingga, sekali mutasi, maka bayi kanker pun lahir dan akan terus bertumbuh bila tubuh tidak mampu mengendalikannya.

Ya, kanker paru berpotensi menyebar ke organ-organ tubuh lainnya dan tentu sulit ditaklukkan jika terdeteksi sudah pada stadium akhir.

Lantas apa penyebab kanker paru-paru?

Penyebab utamanya adalah rokok. Seperti yang disampaikan oleh Spesialis paru dari RS Persahabatan, Dr Sita Laksmi Andarini, PhD, SpP(K) mengatakan bahwa perokok aktif berisiko 13,6 kali lipat. Sedangkan perokok pasif berisiko 4 kali lipat terkena kanker paru.

Sehingga menurut penelitian Weeden, rokok mampu meningkatkan kerusakan sel paru dan membuat aktif sel punca basal yang meningkatkan mutasi.

Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HPM, FINASIM dari Divisi Hematologi dan Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengungkapkan, ada sekelompok penderita kanker paru non-perokok yang memiliki karakteristik atau ciri khas, yakni mereka yang masuk dalam kategori 'woman, Asian, nonsmoker'.

"Rokok memang menjadi pemicu utama. Tetapi ada sekelompok pasien yang termasuk dalam kategori 'woman, Asian, nonsmoker'," ujar Aru.
Aru menjelaskan bahwa jenis kanker pada golongan itu sangat khas. Meskipun pengobatannya sama dengan jenis kanker paru lain, namun cenderung ditemukan dalam stadium lebih lanjut karena tidak ada keluhan.

Elisna Syahruddin dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Respiratori, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia menjelaskan, masyarakat yang bermukim di kawasan dengan tingkat polusi indoor maupun outdoor tinggi juga berpotensi besar menderita kanker paru.

Menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS, gas radon adalah penyebab utama kanker paru pada bukan perokok.
Untuk, diketahui, Radon adalah gas radioaktif yang tidak berwarna dan tidak berbau, yang terbentuk secara alami dari pembusukan elemen radioaktif seperti uranium.

Sementara, seseorang yang terpapar radon di rumah atau bangunan yang dibangun di atas tanah atau batu dengan karakteristik radioaktif tinggi.

Dengan demikian, gas yang dihasilkan oleh tanah atau batu bisa masuk ke bangunan melalui retakan di dinding atau fondasi.

Adapun bahan lain yang ditimbulkan dari lingkungan adalah asbestos. Pada zaman dahulu, bahan asbestos digunakan dalam konstruksi bangunan, maka pemakaiannya dilarang sama sekali sejak 2003 karena diketahui beracun dan memicu kanker paru.

Seringkali kanker paru tidak menunjukkan gejala pada stadium awal sehingga sulit dideteksi. Pada stadium menengah hingga akhir, ada beberapa gejala khas kanker paru.

Beberapa gejala itu adalah: batuk berkepanjangan, sesak nafas setelah aktivitas normal, mengalami nyeri pada dada, suara berubah, nafas yang terdengar jelas, kehilangan berat badan secara signifikan, nyeri pada tulang, dan sakit kepala. Bila anda merasakan salah satu gejalanya, maka anda perlu berkonsultasi dengan dokter.

Secara umum, kanker paru dibagi menjadi dua jenis berdasarkan penampakan sel kanker di mikroskop, yaitu kanker paru karsinoma sel kecil (small cell lung cancer) dan kanker par karsinoma bukan sel kecil (non small cell lung cancer).

Karsinoma sel kecil bisa menyebar terbatas pada dada tetapi sulit disembuhkan. Pada saat yang sama, bisa juga menyebar ke organ lain.

Karsinoma bukan sel kecil bisa berupa sel skuamosa, di mana perkembangan kanker dimulai dari sel epitel yang melapisi saluran udara, dan bisa juga adekarsinoma yang perkembangannya dimulai dari lendir paru-paru.

Selain itu, ada pula kanker paru karsinoma sel besar. Jenis ini biasanya dijumpai pada orang-orang yang terpapar asbes.

Bagaimana Mengobatinya?

Jenis pengobatan kanker paru yang direkomendasikan dokter akan sesuai dengan tahapan kankernya.

Namun secara umum, ada 4 jenis pengobatan yaitu bedah, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi, dan terapi target. Sita mengatakan, bedah dapat menyembuhkan pasien kanker paru.

Namun, syaratnya kanker masih berada pada stadium awal, yakni stadium 1, stadium 2, dan stadium 3A.

Pengobatan radioterapi hanya menjangkau secara lokal, tetapi tidak dapat menyembuhkan. Kemoterapi bisa efektif pada stadium mula hingga menengah. Imunoterapi memberi harapan baru, diantaranya dengan dikenalnya programmed cell death ligand (PD-L1) pada permukaan sel kanker.

“PD-L1 sebagai indikator. Kalau tinggi bisa memiliki respons yang baik terhadap imonoterapi,” kata Sita. Prosedur pengobatan kanker paru lainnya adalah targeted therapy.

Setiap pasien akan mendapatkan pengobatan yang berbeda yang disesuaikan dengan marker molekuler.

“Kalau dulu NSCLC dan SCLC langsung diberikan kemoterapi, semuanya sama. Perbedaannya dari fenotipe kanker itu.

Tapi sekarang semua terapi itu berdasarkan genotipenya karena ada perbedaan genotipe kanker paru,” kata Dalam konteks Asia, salah satu genotipe yang paling sering didapatkan adalah mutasi Epiderma Growth Factor Receptop (EGFR).

EGFR berperan dalam pertumbuhan sel kanker. Sita menuturkan, dalam konteks Indonesia, pada tahun 2013 terdapat 42 persen mutasi EGFR pada kanker paru.


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Membesuk Kanker Paru, Penyakit yang Merenggut Nyawa Istri Indro Warkop"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved