Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pengamat Politik Sebut Bakal Jadi Kandang Macan Jika Jokowi Ajak Prabowo Gabung ke Kabinet

Adi Prayitno menyatakan analisisnya jika kubu Jokowi dan kubu Prabowo bergabung, sebut kabinet gemuk bikin obesitas!

Penulis: Elma Gloria Stevani | Editor: Januar
Channel Youtube @cnnindonesia
Adi Prayitno saat menjadi narasumber di Layar Demokrasi CNN Indonesia, Rabu (26/6/2019) 

TRIBUNJATIM.COM - Adi Prayitno selaku Anlis Politik UIN Syarif Hidayatullah mengungkapkan analisisnya jika kedua koalisi Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi) bergabung ke dalam kabinet yang sama.

Analisisnya ini disampaikan saat menjadi narasumber dalam program acara 'Layar Demokrasi' di kanal YouTube CNN INdonesia, Rabu (26/6/2019).

Dalam kesempatan tersebut, Adi memberikan penilaiannya bahwa bergabungnya dua kubu baik kubu 01 dan kubu 02 kemungkinan menjadi kabar buruk bagi demokrasi Indonesia.

Fadli Zon Beberkan Langkah Prabowo dan Sandiaga Uno Jika Kalah di MK, Gabung ke Pemerintahan Jokowi?

"Ini tentu menjadi kabar buruk bagi demokrasi kita. Jadi catatan ekstrimnya tentu ini akan melumpuhkan kelompok-kelompok oposisi di parlemen. Apalagi pada saat yang bersamaan, kelompok-kelompok society nyaris tidak bisa menjadi penyeimbang Pak Jokowi misalnya bila andai menang," jelas Adi Prayitno.

"Tetapi yang kedua kalaupun Pak Prabowo dan yang lainnya ini menjadi bagian dari Jokowi, ini tentu dengan catatan bahwa partai-partai penyokong koalisinya Pak Jokowi banyak yang kemudian tidak bisa ditertibkan," sambung Adi Prayitno.

"Karena kecenderungan untuk menjadi oposisi dari dalam terutama untuk membangun batu bata kekuatan menyusun 2024. Ini akan cukup terjadi, siapa yang bisa menjamin. Golkar, Nasdem, PKB dan PPP ini akan menjadi 'Nice Guys'," jelas Adi Prayitno.

Arief Poyuono Sebut Adian Napitupulu Jauh Lebih Mumpuni Dibanding AHY Soal Kandidat Menteri Jokowi

"Dalam komposisi dalam 5 tahun ke depan saya membayangkan kok sepertinya bulan madu ini tidak terlampau lama," terang Adi Prayitno.

"Tapi yang paling penting adalah yang disebut dengan kawin paksa ini menjadi foot note penting. Statement-statement-nya teman-teman NU, statement-nya PKB bahwa soal koalisi ini harus ditutup dengan 60 persen perolehan sekarang, ini adalah sebagai salah satu bentuk kegelisahan, andai kelompok opsisi seperti Gerindra, PAN dan Demokrat menjadi bagian dari Jokowi. Karena politiknya akan dibagi rata ke banyak orang," kata Adi.

"Tapi the real politic-nya, ada orang yang kemudian merasa ga epic. Semakin banyak kelompok yang masuk ke dalam barisan 01, selama itu juga sharing power itu tidak akan menjadi dominasi kelompok tertentu," tambah Adi Prayitno.

Ditambah lagi, ia bergabungnya koalisi Prabowo Subianto ke koalisi Jokowi malah akan berpotensi memelihara musuh di dalam kabinet, dengan contoh apabila Demokrat bergabung, akan ada Ketua Kogasma Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang dipersiapkan untuk 2024.

TKN Sebut Bambang Widjojanto Konyol :Tidak Ada Sejarahnya Dalam Hukum Kita

"Apalagi misalnya, dalam waktu bersamaan ini juga berpotensi memelihara anak macan. Karena bisa saja akan muncul figur penting dari Gerindra, figur penting dari Demokrat seperti AHY yang akan menjadi pertarungan hidup penting di 2024," pungkasnya.

"Saya kira nggak kondusif. Dapat dikatakan koalisi Jokowi akan menjadi koalisi gemuk yang artinya orang gemuk itu relatif nggak akan lincah. Komposisi kabinet gemuk ini dikhawatirkan menjadi obesitas sehingga banyak program kerja yang ingin di by pass oleh Jokowi selama lima tahun ke depan terutama perbaikan ekonomi jadi nggak kondusif karena terlampau banyak meng akmodir kepentingan dan akan banyak interupsi dari dalam. Jokowi tentu tidak akan efektif dalam memerintah," tegas Adi Prayitno.

Arsul Sani Sebut Pernyataan Bambang Widjojanto Dapat Menjadi Bahan Tertawaan Para Advokat Dunia

Fadli Zon Sebut Partai Gerindra Belum Dapat Tawaran Bergabung ke Kabinet Kerja Jilid II

Mahkamah Konstitusi (MK) akan membacakan Putusan Sidang MK Pilpres 2019 pada Kamis (27/6/2019).

Menjelang putusan MK, rupanya masing-masing kubu sudah mempersiapkan langkah ke depannya baik dari Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga.

Sementara, untuk kubu Prabowo-Sandi kini sudah menyiapkan langkah jika akhirnya Mahkamah Konstitusi menolak permohonan mereka.

Bambang Widjojanto Minta Izin Ketua MK Baca Surat An-Nisa Ayat 135, Lihat Reaksi Tim Hukum 01

Sehingga, Fadli Zon membeberkan langkah yang akan diambil oleh kubu Prabowo-Sandiaga jika kalah di Mahkamah Konstitusi.

Itu seperti yang terlihat dalam video yang diunggah oleh akun YouTube TV One, Rabu (26/6/2019). 

Seperti yang sudah diketahui, bahwa Partai Gerindra belum berminat untuk menerima tawaran bergabung ke Kabinet Jokowi.

Dan hingga saat ini pun Partai Gerindra memastikan belum mau bergabung dengan Kabinet Kerja Jilid II.

Kepastian tersebut disampaikan langsung Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Wakil Ketua Umum Bidang Politik Dalam Negeri dan Pemerintahan, Fadli Zon.

Bambang Widjojanto Singgung Mahfud MD & Hamdan Zoelva Kerap Berpendapat Soal Pilpres di Media

Dengan yakin, Fadli Zon meyebut bahwa Partai Gerindra masih belum memikirkan untuk bergabung ke dalam Kabinet Kerja Jilid II, kendati gugatan mereka tidak diterima oleh Mahkamah Konstitusi (MK).

Terkait dengan isu tawaran jabatan yang berhembus di media massa, Fadli Zon mengaku Partai Gerindra belum mendapat tawaran sama sekali.

"Sembari menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi. Adakah tawaran untuk Partai Gerindra bergabung bersama dalam Kabinet Kerja Jilid II?" tanya pembawa acara.

"Setahu saya belum ada," timpal Fadli Zon

Profil Arief Hidayat, Hakim MK yang Tegas & Usir Bambang Widjojanto di Sidang Sengketa Pilpres 2019

Kemudian Fadli Zon melanjutkan, bilamana gugatan Prabowo-Sandi tidak diterima Mahkamah Konstitusi, maka keduanya akan mengambil seluruh keputusan berdasarkan hasil musyawarah.

Baik musyawarah antarsesama partai koalisi ataupun tokoh-tokoh yang mendukung selama 8 bulan ini.

“Begini ya, artinya secara kepartaian pasti apapun hasilnya itu. Saya kira Pak Prabowo dan Pak Sandiaga Uno sebagai kandidat akan mengundang rekan-rekan koalisi untuk duduk bersama dan tokoh-tokoh masyarakat lain yang mendukung.

Artinya apa, kalau menang bagaimana, kalau tidak dikabulkan bagaimana? Pasti harus ada satu permufakatan atau permusyawaratan terhadap hasil MK itu sendiri,” jelasnya.

Merasa tidak puas, pembawa acara bertanya kembali kepada Fadli Zon akankah Partai Gerindra menerima tawaran jika diajak bergabung dengan Kabinet Kerja Jilid II.

Faldo Maldini Prediksi Karier Politik Prabowo Setelah Sebut Paslon 02 Bakal Kalah di MK

"Tapi kalau ada tawaran akan diterima tidak, bang?" tanya pembawa acara.

"Gak bisa dijawab. Karena itu pasti bagian yang harus kita diskusikan," jawab Fadli Zon.

"Hasilnya saja kita belum tahu. Jadi, bagaimana saya mau menjawab itu?," lanjut Fadli Zon.

Fadli Zon tidak menampik jika komunikasi-komunikasi politik di luar Kepartaian memang berjalan dengan baik.

“Kalau komunikasi-komunikasi politik hal biasa tapi kalau mengambil keputusan it's different thing,” ungkap salah satu pendiri Partai Gerindra itu di acara Catatan Demokrasi Kita yang disiarkan TV One pada Rabu (26/6/2019) .

"Harus melihat juga bagaimana jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang dan positioning. Termasuk apa yang terbaik bagi bangsa ini," tegas Fadli Zon.

Faldo Maldini Sebut Prabowo Tak Akan Menang Sidang Sengketa Pemilu di MK: Pasti Lu Pengen Bully Gue

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved