Cerita Mahasiswi Semarang Bersalaman dengan Paus Fransiskus, Minta Didoakan untuk Diri dan Bangsanya
Ada cerita dibalik foto viral wanita berhijab dari Semarang bersalaman dengan Paus Fransiskus
Penulis: Elma Gloria Stevani | Editor: Melia Luthfi Husnika
"Saya saja yang salaman kala itu. Saya perkenalkan diri saya kepada Paus dan saya minta beliau doakan untuk saya dan untuk perdamaian dunia. Ini bukan kali pertama saya berjabat tangan dengan beliau, ini yang kedua,” katanya.
Tak tanggung-tanggung Dewi memperkenalkan dirinya sebagai Muslim yang berasal dari Indonesia..
• Fakta Guru Honorer Pencuri 17 Komputer di Surabaya, Sudah Mengajar 15 Tahun hingga Dipanggil Dindik
"Beliau (Paus) katakan iya dan akan mendoakan. Dalam perkenalan, saya katakan bahwa saya Muslim dari Indonesia," ujarnya.
"Kesan bertemu kedua, saya lebih berbahagia lagi karena untuk kedua kali juga saya bisa sedikit menyampaikan sesuatu. Saya merasa mendapat berkah luar biasa ketika didoakan," ujarnya.
Dialog Lintas Agama

Dilansir dari VOA, Dewi menjelaskan, bahwa pertemuannya dengan Paus Fransiskus membuat dirinya semakin bahwa Indonesia adalah negara yang mencintai kedamaian.
Menurut Dewi, dialog lintas agama bukan sekadar berkumpul dan mengobrol, melainkan hidup bersama saling menghargai tanpa mempermasalahkan latar belakang agama dan perbedaan iman bukan sekat untuk saling bersaudara.
"Indonesia itu, meski saya masih muda, saya yakin aslinya adalah akur dan rukun," ujarnya.
Dilansir dari VOA, Dewi tidak menyangka jika pertemuannya dengan Paus Fransiskus akan mendunia.
Dewi Praswida menyebut, sudah pernah bertemu Paus Fransiskus tahun lalu dalam sebuah pertemuan orang muda sedunia di Vatikan.
Namun, pertemuannya kali ini begitu berkesan, lantaran mampu membuka matanya tentang pentingnya dialog lintas agama saat ini.
Dewi yang baru saja menyelesaikan program beasiswa dari Nostra Aetate Foundation mendapat semacam tiket untuk bisa datang ke pertemuan dengan Paus beberapa jam sebelum acara itu.
“Saya presentasi terakhir di Dewan Kepausan Untuk Dialog Lintas Agama hari Selasa (25/6), ini bagian tugas akhir masa studi saya.
Hingga setelah makan siang, tiket untuk bertemu Paus belum juga dikirim ke kantor Dewan Kepausan.
Karena selepas makan siang dan kantor tutup jam 5 maka harapan bertemu Paus sangat sedikit. Jadi setelah makan siang, saya putuskan pulang naik bis, eh ternyata di tengah perjalanan Romo Markus WA saya bahwa tiketnya datang. Saya bersyukur sekali,” ujar Dewi.