Mengaku Tidak Bisa Minum Kopi, Pria Asal Surabaya Ini Buat Bisnis Teh dengan 27 Varian Rasa, Simak!
Kopi belakangan menjadi jenis minuman yang banyak digemari oleh semua kalangan.
Penulis: Hefty Suud | Editor: Melia Luthfi Husnika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Hefty's Suud
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kopi belakangan menjadi jenis minuman yang banyak digemari oleh semua kalangan.
Namun, itu bukan berarti semua orang bisa meminum kopi. Hal ini, salah satunya dialami oleh founder Haveltea, Widyoseno Estitoyo, pria kelahiran Surabaya 15 September ini.
Menurut Seno, sapaan akrabnya, kafein yang ada di dalam kopi itu terlalu berat untuk dikonsumsinya. Sehingga, sejak dulu, ia memang hanya bisa mengonsumsi teh.
• Bekraf Akan Bekali FoodStartup di Gelaran Demoday FSI 2019 Melalui Edukasi Seminar dan Workshop
Hal itu pun diiyakan oleh Ifana Azizah, Co Founder Haveltea yang juga merupakan sahabatnya sejak di bangku SMP.
Diceritakan Ifana, ide untuk memulai usaha teh itu dicetuskan Seno, sepulang menempuh pendikan bisnis di salah satu universitas di Belanda.
Namun melihat kondisi pasar pada saat itu, jelas Seno, ia memilih untuk lebih dulu menjajal usaha coffe shop. Sambil menjalankan bisnis tersebut, ia pun memulai riset untuk membuka usaha di bidang teh yang dicitakannya.
Baru pada tahun 2016, ia dapat merealisasikan keinginannya berbisnis teh. Usahanya di bidang Gourmet Indonesian Tea Purveyor atau teh racikan dengan nama Haveltea itu selanjutnya memperoleh legalitas pada 2017.
• Gelar Demoday FoodStartup Indonesia 2019, Bekraf Ingin Ciptakan Ekonomi Kreatif Subsektor Kuliner
Seno pun menjelaskan, Haveltea diproduksi dengan membawa kearifan lokal, Indonesia. Hal itu, paling utama tampak pada pemilihan nama labelnya.
"Haveltea ini terinspirasi dari nama Max Havelar, tokoh yang membuka pandangan orang Indonesia mengenai tanam paksa kebun kopi dan teh," ujarnya.
Selain itu, nama-nama varian tehnya, beberapa berasal dari bahasa Sansekerta. Antara lain Amyra Lychee, Susvado Mango, dan Amala Rose.
Tak hanya itu, teh yang diproduksinya itu memiliki kemasan paket yang tidak biasa. Kalau biasanya kantung-kantung teh dipaket dalam kotak kertas, Haveltea mengepak setiap 10 kantung tehnya dalam kaleng berbentuk tabung.
• Bekraf Akan Terus Berkomitmen untuk Mengakselerasi Produk-Produk dari Pelaku Ekonomi Kreatif
Ditambahkan Seno, kemasan tehnya itu terinspirasi dari Keraton Yogyakarta. Untuk mengetahui varian teh dalam kaleng, ada stiker warna-warni yang ditempelnya di bagian depan kemasan.
"Warna-warna itu merepresentasikan varian teh di dalamnya. Contohnya itu yang stiker kalengnya merah adalah varian Fruit Kingdom, itu adalah teh hitam yang bercampur hibiscus, berries, dan blackcurrant. Saat diseduh, warna tehnya saat diseduh juga merah," papar Seno.
Dalam membangun usaha tersebut, Ifana adalah sosok dibalik pemasaran produk, sementara Seno lebih fokus pada research dan supervisi produksi.
Seno menambahkan, teh racikan Haveltea, bahan bakunya dipilih dari lima perkebunan teh di Indonesia. Yaitu Solok, Sumatra Barat; Kerinci, Jambi; Tabanan, Bali; Ciwidey, Jawa Barat, dan Dieng, Jawa Tengah.