Kilas Balik
Alasan Sebenarnya Soeharto Tak Pernah Berbahasa Asing saat Berpidato, Ini Kata Pemain Film G30S/PKI
Dalam berbagai kesempatan, Soeharto tidak pernah menggunakan bahasa asing saat berpidato. Apa alasannya?
Penulis: Ani Susanti | Editor: Januar
Baiq juga diminta menyiapkan makan malam.
Dari dapur, bersama juru masak lain, ia melihat Soeharto masuk ke dalam kamar, dan mereka menunggu-nunggu, bagaimana penampilan Jenderal Besar itu sehari-hari.
Begitu yang ditunggu keluar kamar, mereka pun bergunjing.
“Pak Harto hanya memakai kaus oblong putih dan sarung putih kotak-kotak coklat, juga memakai selop jawa. Santai sekali,” ujar istri Fathoni Akbar itu.
Soeharto memandangi para cucunya yang sedang asyik bermain di kolam renang.
• Pesan Terakhir Soeharto Sebelum Wafat Dibongkar Anak, Tutut Sampai Menangis, Ingatkan Jangan Dendam
Karena sudah sore, para ajudan dan pengasuh sibuk meminta para cucu naik dari kolam renang.
Dasar anak-anak, mereka tak mempedulikan anjuran itu.
Akhirnya Pak Harto sendiri yang turun tangan.
Ia tiba-tiba kuncul di pintu sembari memanggil cucu-cucunya dan mengisyaratkan hari mau hujan seraya menunjuk ke langit.
“Eh, tak ada semenit, hujan benar-benar turun. Kami para juru masak saling berpandangan, Pak Harto sakti kali ya! Kami saling berbisik.”

• Nasib Pilot TNI AU yang Marah Prajurit Makan Cuma Pakai Tempe, Semangat Hilang saat Ingat Soeharto
Malamnya, selepas makan malam, Pak Harto bercengkerama bersama anak dan cucunya di ruang tengah.
“Ada yang dipangku Pak Harto di paha kanan dan kirinya, ada juga yang minta dipangku Bu Tien. Suasananya hangat seperti di rumah orang biasa.”
Suara anak-anak berceloteh dan bertengkar kecil, dan terkadang ditingkahi suara Soeharto menengahi.
Selanjutnya, setelah Baiq membuka restoran ayam bakar Taliwang di kawasan Tebet Jakarta, tahun 1992, setiap kali di Istana ada acara ia selalu dilibatkan.
• Sosok & Pengalaman Tempur Kolonel Kopassus, Kisah Pernah Tampar Soeharto Tak Akan Terlupakan
Dari seringnya diundang memasak ke Istana, Ayam Bakar Taliwang Ber saudara jadi dikenal luas di Jakarta.
“Apalagi setelah para ajudan memperkenalkan saya langsung ke Pak Harto dan Ibu Tien, yang tak segan-segan mengenalkan saya juga ke para tamu.”
Pada peringatan HUT ke-50 RI, tahun 1995. Baiq juga diundang masak ke Istana.
“Saya tak menyangka, itulah terakhir kali saya bersalaman dengan Ibu Tien, sebelum beliau wafat.”