Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pengamat Nilai PDIP Mau Beri Kejutan di Pilwali Surabaya, Jagoan Risma & Bambang DH Bisa Jadi Cawali

Pengamat Nilai PDIP Mau Beri Kejutan di Pilwali Surabaya, Jagoan Risma & Bambang DH Berpeluang Jadi Cawali dari PDIP.

Tribunnews.com
logo PDI Perjuangan 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - DPP PDI Perjuangan (PDIP) dinilai akan memberi kejutan dalam menyambut pemilihan walikota Pilwali Surabaya 2020.

Direktur Surabaya Consulting Group (SCG) Didik Prasetiyono mengatakan langkah yang dilakukan DPP PDIP akan penuh kejutan dan hingga kini belum terbaca terang strategi yang sebenarnya ingin dimainkan dalam menyongsong Pilwali 2020.

"Langkah kejut telah dimulai dengan pergantian kepengurusan DPC PDIP Surabaya,” ujar Didik, Senin (22/7/2019).

Jadwal Konferda PDIP Jatim Dimajukan di Wyndham Surabaya, Langsung Dipimpin Sekjen PDIP

Tiga Nama Ini Digadang-gadang Jadi Ketua DPRD Batu, PDIP: Masih 14 Hari Lagi Ditentukannya

3 Eks Ketua KPU di Malang Raya Jadi Pengurus DPC PDIP, PDIP Jatim : Itu Wajar dan Bukan Main Mata

Langkah kejut yang dimaksud Didik bisa dimaknai dengan dua kemungkinan.

Pertama, mengacaukan fokus lawan dengan menggiring pemikiran lawan bahwa DPP PDIP punya ”kehendak lain” dalam Pilwali dengan tak lagi meletakkan Whisnu Sakti Buana sebagai Ketua DPC lagi.

”Fokus pemetaan lawan politik akan pecah kepada pertanyaan-pertanyaan, ’Kalau bukan Mas Whisnu, lalu siapa?’ Di sini terlihat permainan politik DPP PDIP canggih dan tidak bisa ditebak,” papar Didik.

Kedua, justru memberi ruang Whisnu lebih luas. Perubahan komposisi DPC PDIP Surabaya akan membuat Whisnu langsung bergegas fokus sebagai petahana untuk meningkatkan elektabilitas.

”Mas Whisnu memiliki waktu yang lebih luas untuk berperan sebagai wakil wali kota dan intens bertemu rakyat. Sementara partai ditangani oleh Adi Sutarwijono yang juga dikenal piawai melakukan politik publik,” jelasnya.

Di Surabaya sendiri, lanjut Didik, PDIP memiliki tradisi menang dalam Pilwali sejak periode Bambang DH dan Tri Rismaharini hingga Surabaya lekat dipersepsikan sebagai ”kandang banteng”.

”Paduan tradisi menang dan langkah kejut DPP PDIP semakin memusingkan lawan-lawan politik yang dari pemilu ke pemilu ingin mendongkel dominasi PDIP di Surabaya,” ujarnya.

Terkait sosok yang akan meneruskan Risma, menurut Didik bisa diketahui dari aspirasi yang dibawa dua kunci penting PDIP di Surabaya, yaitu Risma dan Bambang DH.

Risma dikenal dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Preferensi Risma akan menjadi pertimbangan penting bagi pengambilan keputusan DPP PDIP.

”Siapa yang mendapat approval dari Risma bisa mendapat perhatian DPP PDIP. Demikian pula sebaliknya,” ujarnya.

Adapun Bambang DH, sebagai Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu dan walikota Surabaya 2 periode, punya posisi strategis dalam pengambilan keputusan DPP PDIP.

Pertimbangan-pertimbangannya juga akan menjadi rujukan bagi Megawati dalam memilih kandidat di Pilwali.

Didik menganalisis sejauh ini ada enam nama kandidat yang berpeluang diusung DPP PDIP.

Yang pertama, Whisnu Sakti. ”Whisnu adalah kandidat internal yang saat ini berada paling atas, baik secara popularitas maupun elektabilitas,” ujarnya.

Kedua, Puti Guntur Sukarno. Cucu Bung Karno ini terpilih dengan 139.794 suara di Dapil DPR RI Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo) yang merupakan modal cukup kuat sebagai kandidat. ”Bila meneruskan tradisi walikota Perempuan, Mbak Puti merupakan kandidat yang bisa menjadi kejutan,” kata Didik.

Ketiga, Armudji. Ketua DPRD Surabaya ini terpilih dengan 136.308 suara di DPRD Jatim Dapil Jatim I (Surabaya). Perolehan itu tertinggi di Dapil Jatim I. ”Pengalaman dan kemampuan elektoral menjadi daya tawar Armudji,” kata Didik.

Keempat, Mochamad Nur Arifin. Kandidat ini akan muncul jika DPP PDIP mempertimbangkan usia sebagai faktor dalam merebut elektoral. ”Bupati Trenggalek ini dikenal dekat dengan elit DPP, berpeluang menjadi kandidat alternatif bila terjadi kebuntuan pada nama-nama yang beredar,” jelasnya.

Kelima dan keenam adalah Hendro Gunawan serta Eri Cahyadi. Keduanya birokrat yang cukup menonjol di Pemkot Surabaya.

”Bila DPP PDIP mempertimbangkan rekam jejak Risma yang sebelumnya juga birokrat, Hendro dan Eri akan menjadi alternatif,” kata Didik.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved