Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif, Ridwan Saidi Klaim Sudah 30 Tahun Mencari Jejak Kerajaan Sriwijaya

Menurut Ridwan Saidi, tidak ada namanya Kerajaan Sriwijaya di Indonesia. Benarkah demikian? Simak penjelasan lengkap Ridwan Saidi!

Penulis: Elma Gloria Stevani | Editor: Adi Sasono
Dok. YouTube/Macan Idealis
Budayawan Ridwan Saidi saat diwawancarai, diunggah di akun YouTube Macan Idealis. Ridwan Saidi mengatakan Kerajaan Sriwijaya itu fiktif. Hal itu menuai reaksi keras warganet. 

TRIBUNJATIM.COM - Beberapa waktu lalu sempat viral sebuah video tentang budayawan asal Betawi, Ridwan Saidi menyebut Kerajaan Sriwijaya hanyalah fiktif.

Video tersebut menuai protes dan menjadi viral di media sosial.

Menurut Ridwan Saidi, tidak ada namanya Kerajaan Sriwijaya di Indonesia.

Pernyataan itu menjadi kontroversi sejak diucapkan Ridwan Saidi dalam wawancara dengan Vasco Ruseimy di kanal YouTube Macan Idealis, Minggu (25/8/2019).

Ridwan Saidi mengawali kisah penemuan Kerajaan Sriwijaya adalah fiktif dengan kisah seorang pengelana bernama Yu Jing pada abad ketujuh.

Nikita Mirzani Ngamuk hingga Tuding-tuding Pengacara Sajad Ukra, Elza Syarief, Hotman Paris Mematung

Hotman Paris Pernah Bermesraan dengan Iis Dahlia di Dalam Mobil BMW, Fritz Hutapea: Kan Ada Karma?

Suara Barbie Kumalasari Dibully Netizen, Istri Galih Siapkan 6 Lagu, Konser hingga Bentuk Fanclub

"Kaisar China pada saat itu memanggil Yi Jing, Yi Jing adalah seorang pengelana," ujar Ridwan Saidi.

Menurut Ridwan Saidi, saat itu Yi Jing diminta raja untuk mencari tahu keberadaan Kerajaan Sriwijaya yang disebut menenggelamkan kapal dagang milik China.

"Yi Jing itu diminta oleh raja untuk mencari di mana lokasi Sriwijaya, karena kapal dagang Tiongkok semua terbenam di laut, di sekitar Teluk Benggala sampai Selat Malaka," ujarnya.

Budayawan Ridwan Saidi saat diwawancarai Vasco Ruseimy, diunggah di akun YouTube Macan Idealis. Ridwan Saidi mengatakan Kerajaan Sriwijaya itu fiktif. Hal itu menuai reaksi keras warganet.
Budayawan Ridwan Saidi saat diwawancarai Vasco Ruseimy, diunggah di akun YouTube Macan Idealis. Ridwan Saidi mengatakan Kerajaan Sriwijaya itu fiktif. Hal itu menuai reaksi keras warganet. (Kanal YouTube Macan Idealis)

Akhirnya Yi Jing menghabiskan 25 tahun hidupnya untuk mencari keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Sesampainya di Kedah, Malaysia, Yi Jing diberitahu penduduk asli bahwa Kerajaan Sriwijaya tidak ada dan hanya nama bajak laut.

"Yi Jing, Sriwijaya punya kerajaan itu tak adalah di dekat sini, itu adalah di Koromandal, Pantai Timur India'," kata Ridwan Saidi menirukan perkataan orang Kedah.

"Itu adalah bukan kerajaan, itu adalah bajak laut'," imbuhnya.

Penonton Kabur Saat Barbie Kumalasari Asyik Nyanyi Lagu Dangdut: Ntar Dulu, Belum Selesai Konsernya!

Kisah Cinta Raffi Ahmad dengan Shireen Sungkar Dibongkar Billy Syahputra, Suami Nagita Salting?

Kaesang Ngadu ke Jokowi Soal Cuitan Tengku Zulkarnain Kritik Ibu Kota Pindah. Bukan Janji Kampanye?

Akhirnya Yi Jing pergi ke Koromandal bertemu dengan suku Wijaya Raya yang ternyata memang benar menenggelamkan kapal Tiongkok.

"Yi Jing pergi ke Koromandal, ia berjumpa dengan orang Wijaya Raya, suku bangsanya namanya Wijaya Raya."

"Yi Jing meng-interview mereka, mereka mengaku memang mereka mengganggu kapal-kapal Tiongkok," terang Ridwan Saidi.

Setelah kembali melanjutkan perjalanan, Yi Jing sampailah di Champa yang ternyata memiliki ibu kota bernama Wijaya atau Sriwijaya.

Diketahui, saat ini Champa adalah bagian dari negara Vietnam.

"Champa ibu kotanya Wijaya, mereka mengatakan Sriwijaya, Wijaya yang manis, Sri kan artinya manis, yang indah," tuturnya.

Soal prasasti Kerajaan Sriwijaya yang ada di Indonesia, Ridwan Saidi menyebutnya hanya tiruan.

Ini Alasan Basuki Tjahaja Purnama Enggan Dipanggil Ahok, Singgung Perceraian dengan Veronica Tan

Ari Wibowo Minta Jokowi Boyong Anies Baswedan Pindah ke Kalimantan Timur. Ada Apa?

Ini Pesan Anies Baswedan untuk Ahok BTP, Disinggung Soal Sindiran di Medsos: Kita Baik-baik Saja

"Mereka membuat prasasti, prasasti sekitar tujuh yang ditemukan di Sumatera bagian selatan dan Bangka, itu prasasti kembaran."

"Jadi ada prasasti dibikin dua kopi kalau kayak kita, (ditaruh) di daerah Sumatera bagian selatan, Jambi, dan Bangka. Itu karena di situ ada komunitas Champa," terangnya.

Ridwan Saidi menyebut prasasti itu dibuat kopiannya di Indonesia dengan tujuan agar orang Champa yang ada di sana tetap mengingat nenek moyangnya.

30 tahun Ridwan Saidi cari jejak Kerajaan Sriwijaya

Budayawan Betawi Ridwan Saidi mengklaim telah 30 tahun mempelajari bahasa kuno guna menyelisik jejak-jejak keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Hasil penelusuran itu membawanya pada satu hipotesis, yakni kerajaan tersebut fiktif belaka.

Hipotesis itu kemudian ia cetuskan dalam sebuah video wawancara YouTube dalam kanal Macan Idealis pada 23 Agustus 2019.

Dilansir dari Kompas.com, Ridwan Saidi menyebut dirinya telah mempelajari bahasa-bahasa kuno.

"Saya sudah 30 tahun mempelajari bahasa-bahasa kuno. Banyak kesalahan mereka (arkeolog), prasasti di Jawa dan Sumatera adalah bahasa Melayu, tapi sebenarnya bahasa Armenia," ujar Ridwan ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (28/8/2019).

Raffi Ahmad Cium Tangan & Kening Vicky Prasetyo, Malu Tahu Mantan Zaskia Gotik Lulusan Pesantren

VIRAL Video Ridwan Saidi Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif, Akan Dilaporkan dan Dianggap Cari Sensasi

Ternyata Adi Pradana Pernah Bikin Vlog, Korban Pembunuhan Aulia Kesuma Sosok yang Ceria & Supel

"Bahasa Armenia memberi pengaruh besar pada bahasa Melayu. Jangan dibalik," lanjutnya.

Pria 77 tahun yang memberi pengantar pada buku kontroversial Garut Kota Illuminati itu menganggap, prasasti-prasasti yang selama ini dijadikan dasar bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya ditafsirkan secara keliru.

Menurut dia, apabila dibaca dengan bahasa Armenia, prasasti-prasasti itu bukan sedang menjelaskan adanya Kerajaan Sriwijaya.

"Oleh arkeolog dipukul rata itu bahasa Sanskerta. Itu yang harus dikoreksi, masa enggak boleh dikoreksi. Bantahlah argumentasi saya bahwa menggunakan prasasti Kedukan Bukit (sebagai bukti adanya Kerajaan Sriwijaya) salah. Karena yang mereka (arkeolog) andalkan itu. Maka, saya katakan Kerajaan Sriwijaya itu fiktif," kata Ridwan.

Dia juga mengaku sudah menelusuri langsung jejak-jejak keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Semua penelusuran itu ia lakukan seorang diri, tanpa guru, tanpa kolega.

Unggahan Terakhir Pupung Sadili Sebelum Diracun dan Jasadnya Dibakar Aulia Kesuma di Sukabumi

Pekerjaan Sebenarnya Elit Aulia Kesuma Dalang Pembakar Suami & Anak Tiri, Bayar Pelaku Rp 500 Juta

Terungkap Cara Polisi Tangkap Aulia Kesuma, Otak Pembunuhan Suami & Anak Tiri,Berawal dari Nomor Ini

"Iya betul sekitar 1988-1989 saya sudah mulai (belajar bahasa kuno). Saya sendiri saja. Gurunya siapa, kan enggak ada kursusnya. Saya juga ngecek dong, saya sudah ke Palembang, ke prasasti Kedukan Bukit, situs-situs sudah saya kunjungi semua kok," katanya.

Peneliti Sumsel Bereaksi Keras

Atas pernyataan Ridwan Saidi itu, Retno Purwati, Peneliti Balai Arkeologi Sumatera Selatan (Sumsel) bereaksi keras.

Retno Purwati menjelaskan, Kerajaan Sriwijaya ditemukan sejarawan Prancis George Coedes pada 1918.

Saat itu, nama Sriwijaya muncul setelah ditemukannya prasasti Kota Kapur.

Seorang ahli epigrafi bangsa Belanda bernama H Kerm akhirnya membahas temuan itu.

Awalnya, nama Sriwijaya sempat diduga sebagai seorang raja. Setelah ditemukannya prasasti Kedukan Bukit di Palembang, baru diketahui jika Sriwijaya adalah sebuah nama kerajaan yang berdiri pada abad ke-7.

Dari temuan prasasti Kedukan Bukit, prasasti-prasasti lain yang menyangkut kerjaan Sriwijaya juga akhirnya ditemukan, baik dalam keadaan utuh maupun pecahan.

“Belum arcanya, belum situs-situsnya yang kemudian kami lakukan carbon dating atau C-14 itu hasilnya hampir 7 semua, itukan bukti-bukti (kerajaan Sriwijaya) langsung,” kata Retno kepada Kompas.com, Selasa (27/8/2019).

Retno mengungkapkan, pernyataan Ridwan Saidi yang menyebutkan Sriwijaya sebagai kerajaan fiktif sangat tidak mendasar lantaran tidak disertai dengan bukti yang kuat.

Keberadaan Kerajaan Sriwijaya itu juga didukung riset para peneliti luar negeri.

Penulis asal Jepang Takashi Suzuki bahkan telah dua kali menerbitkan buku tentang kerajaan Sriwijaya.

Buku pertama (2012) berjudul ‘The History of Srivijaya Under The Tributary Trade System of China’ dan buku kedua (2019) berjudul ‘The History of Srivijaya Angkor and Champa’ yang terbit pada 2019.

“Kalau fiktif (kerajaan Sriwijaya), untuk apa Takashi sampai menulis buku sampai dua kali?,” ucapnya.

Arkelog dari India, Inggris, Jepang, Singapura juga sempat berdatangan ke Palembang pada tahun 2014 lalu untuk mengikuti seminar internasional soal kerajaan Sriwijaya.

Hal itu juga memperkuatkan jika kerajaan itu bukan fiktif. “Dan bahkan sampai sekarang ibukotanya Sriwijaya jadi rebutan, ada yang bilang di Palembang, Jambi, Pekanbaru, Medan, Malaysia bahkan Thailand. Kalau fiktif kenapa sampai direbutkan begitu?” tegasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ridwan Saidi Klaim Sudah 30 Tahun Cari Jejak Kerajaan Sriwijaya"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved