Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Respon Warga, PT KAI Harap Ada Usulan Maksimalisasi Stasiun KA Baron dari Pemkab Nganjuk

PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 7 Madiun meminta warga menempuh jalur prosedur untuk dapat meramaikan Stasiun Kereta Api di Baron Nganjuk.

Penulis: Achmad Amru Muiz | Editor: Yoni Iskandar
achmad amru/ surya
Stasiun KA Baron Nganjuk tampak megah setelah selesai direnovasi Kementerian Perhubungan namun kondisinya sepi karena belum dimanfaatkan maksimal sehingga diprihatinkan warga Nganjuk. 

 TRIBUNJATIM.COM, NGANJUK - PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 7 Madiun meminta warga menempuh jalur prosedur untuk dapat meramaikan Stasiun Kereta Api di Baron Nganjuk. Yakni dengan meminta Pemkab Nganjuk mengirim surat usulan kepada PT KAI (Persero) atau ke Pemerintah Pusat dalam memaksimalkan Stasiun KA Baron.

Manajer Humas PT KAI Daop 7 Madiun, Ixfan Hendriwintoko menjelaskan, adanya keinginan warga agar stasiun KA di Baron dimaksimalkan untuk menaik dan menurunkan penumpang ataupun barang cukup wajar dan beralasan. Ini setelah stasiun KA Baron telah direnovasi dan diperbaiki oleh Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

"Melihat stasiun Baron yang kini selesai di renovasi dan cukup megah memang selayaknya bisa dimaksimalkan pemanfaatanya untuk pemberhentian Kereta Api. Tapi itu tidak mudah karena harus ada kebijakan dari PT KAI ataupun Pemerintah Pusat yang memang berwenang dalam soal tersebut," kata Ixfan Hendriwintoko kepada Tribunjatim.com
, Selasa (8/10/2019)

Dijelaskan Ixfan, pembangunan Stasiun Baron dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dalam hal ini satuan kerja dari Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) wilayah Jawa Timur.Khususnya paket Jalur Ganda Jombang Madiun (JGJM) sepanjang 74 Kilometer.

BREAKING NEWS - Gudang Penjemuran Kayu di Kota Pasuruan Ludes Terbakar

Rumahnya Hangus Terbakar, Warga Kecamatan Tarik Sidoarjo Dapat Santunan dari Bupati Saiful Ilah

VIRAL di FB, Kagetnya Warga Tuban Makamkan Korban Laka Tapi Hidup Lagi, Fakta Muncul dari Jenazah

“Dan bukan hanya Stasiun Baron saja yang dibangun, tetapi juga Stasiun Sembung, Bagor, Saradan, Caruban, juga Stasiun Babadan. Sedangkan untuk Paket Jalur Ganda Madiun Kedungbanteng (JGMK) sepanjang 57 Kilometer pembangunan stasiun dilakukan untuk Stasiun Barat, Geneng, Paron, Kedunggalar, dan Walikukun,” ucap Ixfan.

Menurut Ixfan, stasiun merupakan suatu tempat terbuka atau tertutup terdiri dari beberapa jalur di kuasai oleh seorang Kepala Stasiun dengan batas wilayah kewenangannya diantara dua buah sinyal masuk. Dalam tugasnya, seorang Kepala Stasiun bertanggung jawab atas keselamatan perjalanan kereta api, keuangan stasiun, keamanan dan lain sebagainya.

Stasiun sendiri, ungkap Ixfan, berdasarkan jumlah naik turun penumpang dibagi dalam beberapa kelas, yaitu kelas besar tipe A,B,C, kelas 1, 2, dan 3. Untuk Stasiun Baron Nganjuk saat ini sesuai peraturan dinas masuk dalam kategori stasiun kelas 3 dengan system persinyalan elektrik.

Lebih lanjut Ixfan mengatakan, sebelum suatu stasiun dijadikan tempat pemberhentian resmi kereta api sebagai tempat naik turun penumpang dibutuhkan proses. Diantaranya dilakukan pengkajian terlebih dahulu sesuai UU nomor 23 tahun 2007 tentang Perekeretaapian Pasal 172.

Bahwa warga masyarakat bisa mengusulkan hal tersebut kepada pemerintahan setempat, kemudian dilakukan survey pasar seberapa banyak volume penumpang yang akan naik dan turun di Stasiun Baron Nganjuk, kelengkapan fasilitas pelayanan dan keselamatan, tarip tiket, serta sterilisasi stasiun juga harus terjamin.

Selain fungsi stasiun untuk naik turun penumpang atau barang, tambah Ixfan, stasiun juga digunakan sebagai tempat persilangan maupun penyusulan.

“Jadi tidak semua stasiun selalu di gunakan naik turun penumpang atau barang, bisa juga hanya digunakan untuk persilangan dan penyusulan kereta api,” tandas Ixfan kepada Tribunjatim.com.

Memang, diakui Ixfan, dengan dibangun megahnya beberapa stasiun di wilayah Daop 7 Madiun oleh Kemenhub, sangat memungkinkan kedepan digunakan naik turun penumpang khususnya Kereta Api lokal agar bisa menunjang perekonomian warga sekitar,

PT KAI Daop 7 Madiun, imbuh Ixfan, sebetulnya juga berharap stasiun - stasiun tersebut bisa dimaksimalkan operasionalnya untuk naik turun penumpang. Namun tidak semua KA bisa berhenti di semua stasiun karena memang potensi penumpangnya tidak ada. Nanti bukanya meningkatkan pelayanan kepada pelanggan tapi justru akan mengurangi.

Jika suatu KA berhenti di banyak stasiun dampaknya waktu tempuh dari surabaya sampai jakarta yang harusnya 10 sampai 12 jam bisa molor lebih lama

“Jadi sekali lagi, kami persilahkan kepada warga sekitar Stasiun Baron Nganjuk mengusulkan melalui pemerintah daerah setempat untuk diteruskan ke pemerintah pusat dan PT KAI (Persero) dalam memaksimalkan manfaat stasiun Baron Nganjuk," tandas Ixfan.

Sebelumnya, sejumlah elemen masyarakat wilayah Baron Nganjuk mengharapkan ada maksimalisasi fungsi dan manfaat dari stasiun KA Baron yang telah selesai dibangun. Ini setelah stasiun KA Baron meski telah selesai di bangun belum juga digunakan maksimal untuk naik dan turun penumpang ataupun barang. Semua KA hanya melewati saja stasiun Baron tanpa ada yang berhenti.

"Tentu warga Baron ingin dapat naik dan turun dari Kereta Api di stasiun Baron dan tidak harus turun di Stasiun Kertosono atau Stasiun Nganjuk Kota, makanya kami meminta PT KAI menjadikan stasiun Baron sebagai tempat singgah KA," tutur Mardiansyah Santoso, salah satu warga Nganjuk (Achmad Amru Muiz/Tribunjatim.com)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved