20 Ribu Balita Blitar Terserang ISPA Akibat Kemarau Panjang, Kecamatan Ini Paling Banyak Pasiennya
Bagi orangtua sebaiknya harus pandai-pandai menjaga kesehatan anaknya terutama dari dampak yang ditimbulkan akibat kemarau panjang seperti saat ini.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Bagi orangtua sebaiknya harus pandai-pandai menjaga kesehatan anaknya terutama dari dampak yang ditimbulkan akibat kemarau panjang seperti saat ini.
Selain mudah terkena dehindrasi (kekurangan cairan), dampak satu lagi adalah penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) atau flu dan batuk.
Sedikitnya ada 63.863 jiwa di Kabupaten Blitar saat ini terkena penyakit ISPA. Celakanya, dari jumlah itu, 20.000 di antaranya adalah balita.
Mereka kini menderita penyakit yang ditimbulkan dari polusi debu tersebut.
Angka itu merupakan warga yang sudah berobat ke puskemas. dan, kebanyakan dari penderitanya itu didominasi dari Kecamatan Sanan Kulon.
Belum Jelas apa penyebab utama warga yang terserang ISPA terpusat di Kecamatan Sanan Kulon itu.
Namun, khusus di kecamatan yang berbatasan dengan kota itu ada 9.255 penderita, didominasi balita atau anak di atas usia 5 tahun
"Jumlah segitu itu tergolong cukup banyak karena tahun lalu hanya sekitar 43 ribuan yang terkena ISPA," kata Krisna Yekti, Kabid P2P (Pencegahan Penanggulangan Penyakit) Dinkes Kabupaten Blitar, Rabu (30/10/2019).
Menurutnya, meski tergolong cukup tinggi penderita ISPA tahun ini, namun hal itu dengan cepat bisa antisipasi.
Sebab, selain sudah ada imbauan-imbauan dari tim medis, kesadaran masyarakat Blitar saat ini sudah terbilang cukup tinggi.
Begitu mengalami gejala batuk-batuk atau flu, kebanyakan mereka sudah cepat-cepat datang ke puskemas.
Karena itu, tak ada yang sampai mengalami akut meski sempat dirawat di rumah sakit.
Namun demikian, Krisna menghimbau orang tua agar terus menjaga kesehatan anaknya.
"Misalnya, pada siang hari, jangan sampai anak-anak diajak beraktivitas keluar rumah atau keluar rumah sembarangan," ucap Krisna.
"Kalau terpaksa, pakaikan masker karena pada siang hari seperti saat ini, panasnya sangat menyengat. Mudah membuat tubuh anak mengalami dehindrasi sehingga rentan terkena batuk, flu akibat dampak polusi," ungkapnya.