Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Johan Wahyudi Meninggal Dunia

Perjalanan Karier Johan Wahyudi, dari Lomba Antar Desa Hingga Enam Kali Juara All England

Johan Wahyudi merintis karier bulutangkisnya dari lomba antardesa, hingga melonjak hingga ke ajang internasional, enam kali juara All England.

Penulis: Aminatus Sofya | Editor: Adi Sasono
KOMPAS/KARTONO RIYADI
Juara Ganda All England: Tjun Tjun (kanan) dan Johan Wahyudi (kiri), saat menjadi juara ganda putra All England 1980, di Empire Pool Wembley, London, Sabtu, 22 Maret 1980. Mereka menjadi juara setelah mengalahkan pasangan Inggris, Ray Stevens/Mike Tredget. 

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Indonesia baru saja kehilangan legenda bulu tangkisnya, Johanes Wahyudi.

Pria yang akrab disapa Johan Wahyudi itu tutup usia di 66 tahun di RS Panti Waluya, Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (15/11).

Johan lahir di Malang tanggal 10 Februari 1953. Ia mulai bermain bulu tangkis sejak umur empat tahun bersama sang ayah, Mangku Prayitno, yang merupakan seorang atlet tepok bulu.

Legenda Bulu Tangkis Johan Wahyudi Dimakamkan di TM Asri Abadi Lawang, Selasa (19/11/2019)

Menantu Johan Wahyudi: Papa Tidak Pernah Mengeluh Sakit, Tetap Aktif Berlatih Bulutangkis

Saat duduk di bangku sekolah dasar (SD), Johan diajak ayahnya untuk mengikuti perlombaan di berbagai desa. Umur 13 tahun, dia bergabung bersama klub bulu tangkis asal Malang, Gajah Putih dan Rajawali di Surabaya setiap akhir pekan.

Lulus sekolah menengah atas (SMA) Johan semakin memantapkan tekadnya menjadi seorang atlet badminton.

Ia sepenuhnya bergabung bersama Rajawali. Kala itu, Rajawali adalah klub kondang karena kerap melahirkan talenta muda berprestasi salah satunya Rudy Hartono.

Tahun 1971, Johan dipasangkan dengan Ganda Wijaya untuk mengikuti Wahono Cup. Meski hanya menjadi runner up, dia berhasil dipanggil untuk berlatih di Pelatnas atau saat itu bernama training centre (TC).

Di Pelantnas inilah karier Johan sebagai atlet badminton mulai menunjukkan kegemilangan. Berpasangan dengan Tjun Tjun, Johan sukses menaklukkan seniornya Christian Hadinata/Ade Chandra dalam ajang All England tahun 1974 hingga tahun 1975.

Gagal di tahun 1976, Johan/Tjun Tjun kembali meraih All England tahun 1977 hingga 1980.

“Papa itu orang yang penuh semangat. Dia kalau main bulu tangkis itu pagi, siang, sore sampai malam. Hidupnya itu hanya untuk latihan,” cerita menantu Johan, Michael Lumintang, Sabtu (16/11/2019) di Malang.

Ia mengatakan kecintaan Johan terhadap bulu tangkis Indonesia begitu menggebu. Sejak tahun 2017, Johan memang digandeng PB Djarum untuk mencari bakat muda di pelosok Indonesia.

Sebelum kembali ke arena bulu tangkis, Johan menekuni dunia usaha. Tahun 1982, dia dan Tjun Tjun memilih mundur dari Pelatnas dan sejak saat itu jarang berkecimpung dalam perbulutangkisan.

“Sampai sebelum meninggal, papa masih aktif keliling Indonesia untuk jadi juri dan mencari-cari atlet muda,” tutupnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved