Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

DLH Jatim Desak Para Pemilik Pabrik Jawa Timur Memberikan Kayu Bekas pada Pengusaha Tahu Sidoarjo

DLH Provinsi Jawa Timur mendesak para pemilik pabrik yang ada di wilayah Jatim untuk memberikan kayu bekasnya kepada industri tahu di Desa Tropodo.

Penulis: Kukuh Kurniawan | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNJATIM.COM/KUKUH KURNIAWAN
Kepala DLH Provinsi Jawa Timur, Diah Susilowati saat melihat pembuatan tahu di Desa Tropodo yang menggunakan kayu 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Kukuh Kurniawan

TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur mendesak para pemilik pabrik yang ada di wilayah Jawa Timur untuk memberikan kayu bekasnya kepada industri tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur, Diah Susilowati mengatakan, desakan itu sengaja dilakukan agar pemilik industri serta pabrik tahu tidak beralih kepada limbah sampah plastik serta menjadikan proses pembuatan tahun yang ramah lingkungan.

Diah Susilowati memberikan contoh yakni PT PT Suparma Tbk yang mau memberikan kayu bekas atau sisa kepada pemilik pabrik tahu.

"Seperti yang dilakukan oleh perusahan kertas PT Suparma Tbk pada hari ini. Dimana mereka memberikan kayu bekas atau sisa yang sudah tidak digunakan kepada pemilik pabrik tahu," ujarnya kepada TribunJatim.com, Rabu (27/11/2019)

Diah Susilowati menjelaskan, selain mendesak pemilik pabrik yang ada di wilayah Jawa Timur untuk memberikan kayu bekasnya, pihaknya juga akan memberikan pembinaan cara pembuatan tahu yang bersih dan higienis.

Gapensi Kota Surabaya Gelar Mukercab VII, BPD Gapensi Jatim: Selalu Bantu Pemerintahan Kota Surabaya

"Nantinya pembinaan itu akan diberikan kepada satu orang pemilik pabrik tahu terlebih dahulu yang juga sekaligus menerima bantuan kayu yaitu Zainal Arifin. Nantinya dari Zainal ini, diharapkan akan dapat menjadi contoh bagi para pemilik pabrik tahu lainnya," tambah Diah Susilowati.

Di pihak lain, General Manager PT Suparma Tbk, Yustiyohadi menjelaskan bahwa pihaknya memberikan bantuan kayu kepada pemilik pabrik tahu yaitu Zainal Arifin untuk tiga bulan ke depan.

"Kayu tersebut kita peroleh dari kayu sisa yang sudah tidak kita gunakan kembali. Kita kumpulkan sebanyak banyaknya lalu kita berikan kepada pabrik tahu untuk dijadikan sebagai bahan bakar pembuatan tahu," terang Yustiyohadi.

Yustiyohadi mengungkapka, bahwa bantuan kayu yang ia berikan tersebut sama sekali tidak dipungut biaya alias gratis.

"Kita berikan kayu itu secara cuma cuma dan untuk pengantarannya dari pabrik PT. Suparma Tbk hingga ke pemilik pabrik tahu juga tidak dipungut biaya. Sehingga pemilik pabrik tahu hanya tinggal memanfaatkannya saja," pungkas Yustiyohadi.

Komplotan Pengutil Emas Beraksi di Toko Emas Tanpa CCTV, 4 Pelaku Ditangkap, 1 Orang Masih Buron

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Selasa (26/11/2019, Bupati Sidoarjo, Saiful Ilah beserta 47 pemilik pabrik tahu yang ada di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo mendeklarasikan untuk tidak akan lagi memakai limbah sampah plastik.

Ada enam poin deklarasi yang dibacakan oleh para pemilik pabrik tahu tersebut.

Enam poin deklarasi itu adalah :

1). Tidak akan menggunakan bahan bakar sampah plastik pada proses pembuatan tahu
2). Akan menggunakan bahan bakar alternatif yang aman dan ramah bagi lingkungan
3). Tidak akan menimbulkan polusi yang berdampak pada lingkungan
4). Menaati segala peraturan dan perundangan yang berlaku
5). Menjaga kualitas tahu yang dihasilkan
6). Mengurangi gas buang pada proses produksi tahu.

Seusai deklarasi dibacakan, Saiful Ilah bersama para pemilik pabrik tahu langsung melihat berbagai bahan bakar alternatif.

Bahan bakar alternatif yang digunakan pemilik pabrik tahu nantinya sebagai pengganti limbah sampah plastik.

Adapun dua bahan bakar alternatif yang disiapkan yaitu gas (CNG) dan wood pellet.

Bupati Sidoarjo ini mengatakan, deklarasi yang dilakukan adalah sebagai bentuk keseriusan dan tanggung jawab antara Pemerintah Kabupaten Sidoarjo serta para pemilik pabrik tahu.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, penggunaan limbah sampah plastik dapat menimbulkan polusi.

Sampah plastik yang dibakar justru membuat pencemaran udara.

Pameran Batik Fashion Fair 2019, Ketua Dekranasda Jatim Arumi Bachsin Kampanyekan Gerakan Zero Waste

"Karena penggunaan sampah plastik dapat menimbulkan polusi. Selain itu dengan sampah plastik dibakar dapat mencemari udara sehingga Pemkab Sidoarjo bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur melarang keras pemakaian sampah plastik tersebut. Dan sebagai pengganti bahan bakar sampah plastik, telah kita siapkan bahan bakar alternatif berupa wood pellet atau memakai gas," ujar Saiful Ilah kepada wartawan TribunJatim.com, Selasa (26/11/2019).

Saiful Ilah menjelaskan, bahwa pihaknya akan bertindak tegas bilamana ada pemilik pabrik tahu yang ketahuan masih menggunakan limbah sampah plastik dalam proses pembuatan tahu.

"Bila pemilik pabrik tahu tidak menaati deklarasi maka akan kita tutup tempat usahanya," sambung Saiful Ilah.

Saiful Ilah mengungkapkan, bahwa untuk bahan bakar alternatif, pihaknya berjanji akan memberikan subsidi kepada para pemilik pabrik tahu.

"Tentu pasti akan kita bantu dan kita subsidi. Namun semuanya harus dibicarakan dahulu bersama Gubernur," ucap Saiful Ilah.

Meski enam poin deklarasi sudah dibacakan oleh para pemilik pabrik tahu, masih ada sebagian dari mereka yang keberatan dengan bahan bakar alternatif pengganti sampah plastik.

Pasalnya, bahan bakar alternatif yang ditawarkan tersebut dirasa terlalu mahal serta sulit untuk mendapatkannya.

Seorang pemilik pabrik tahu pun mengungkapkan keluhannya saat ditemui wartawan TribunJatim.com.

Salah satu pemilik pabrik tahu di Kabupaten Sidoarjo ini bernama Gufron.

Gufron mengatakan, ia dan pemilik pabrik tahu lainnya hanya meminta bantuan pemerintah berupa ketel dengan bahan bakar berupa kayu bakar.

"Para pemilik pabrik tahu hanya meminta bantuan ketel saja. Karena ketel yang memakai kayu bakar harganya mahal sekitar Rp. 70 juta," ujar Gufron kepada TribunJatim.com, Selasa (26/11/2019).

Modus Bisa Gandakan Uang, Pakai Trik Ala Sulap, 4 Pria ini Tipu Korbannya hingga Rp 650 Juta

Gufron merasa bahan bakar alternatif yang ditawarkan yaitu wood pellet dan gas (CNG) sangat mahal serta tidak mampu untuk memanaskan ketel.

"Yang paling mudah ya tentunya memakai kayu bakar karena kayu bakar mudah untuk didapatkan. Dan menurut saya, bahan bakar alternatif yang ditawarkan justru bukan solusi," terangnya.

Sementara, pemilik pabrik tahu lain yang bernama Lukman mengaku keberatan dengan deklarasi tersebut.

"Sebenarnya permintaan saya dengan teman teman lainnya sama yaitu meminta ketel dengan bahan bakar kayu bakar. Dan saya juga keberatan dengan bahan bakar alternatif yang ditawarkan karena lebih mahal," tambahnya.

Meski mengaku keberatan, dirinya menuruti teman teman sesama pemilik pabrik tahu.

"Lihat teman teman yang lain. Kalau teman teman beralih memakai bahan bakar alternatif tentunya mau tidak mau saya juga ikut memakainya," pungkasnya.

Modus Penggandaan Uang, 4 Pria Tipu Korban Rp 650 Juta, Isi Koper dengan Keramik, Bantal dan Kain

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved