Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kisah Bonar, Teman Tuli yang Buktikan Keterbatasan Bukan Pembatas

Kisah Bonar, Teman Tuli yang Buktikan Keterbatasan Bukan Pembatas dengan terus bersemangat kerja

Editor: Januar
ISTIMEWA
Bonar, Driver ojek online tuli 

“Awalnya saya ditolak empat kali waktu melamar di beberapa tempat. Tapi saya sabar dulu. Kemudian saya terpikir untuk menjadi mitra pengemudi transportasi online dan bikin foto dengan tulisan di kertas. Saya minta agar bisa bekerja di Grab. Akhirnya  foto saya viral, tahun 2017 kalau tidak salah. Saya juga kaget. Orang-orang banyak berkomentar.

Akhirnya, Bos Grab dari Jakarta telepon saya. Dia bilang, ‘Ayo kamu lamar, Insyaallah kamu diterima.’ Ketika buka Whatsapp, Alhamdulillah saya diterima, seneng banget. Akhirnya saya diterima,” tutur Bonar.

Dia mengaku senang ketika mendengar kabar itu. Setelah lama menganggur, akhirnya dia bisa bekerja lagi.

Seiring berjalannya waktu, teman tuli lainnya pun mengikuti jejak Bonar. Mereka mendapatkan kesempatan yang sama menjadi mitra GrabBike. Dia mengatakan, ada lebih dari 20 teman Tuli yang sudah menjadi mitra GrabBike di Bandung. Tidak jarang mereka berkumpul dan saling mentraktir.

“Kadang-kadang sering ketemu. Kadang sudah tahu bahwa kita sama-sama teman tuli, kemudian ngobrol dengan bahasa isyarat tentunya. Terus makan bareng, saling traktir-traktiran. Kadang-kadang ada perbedaan komunikasi, saya komunikasinya bisa sedikit bicara dan isyarat, tapi yang lain beda, tapi tidak apa-apa, pelan-pelan saja,” katanya.

Bonar merasa senang karena semakin banyak teman tuli yang mendapatkan kesempatan kerja di Grab. Di sisi lain, sebagai teman tuli, dia merasa tidak kesulitan berkomunikasi dengan customer. Dia sudah terbiasa menggunakan fitur berkirim pesan untuk memberitahukan bahwa dirinya tuli sejak awal.

“Biasanya customer pada ramah ke saya ketika tahu saya tuli. Kerja di Grab juga mudah. Ketika sudah sampai di tempat menjemput, saya chat customer, terus saya konfirmasi. Setelah itu saya kasih helm dan jalan seperti biasa. Kalau mau jalan pintas, mereka bisa tepuk pundak saya, misalnya kalau mau ke kanan tepuk pundak kanan dan sebaliknya,” ujarnya.

Meski dihadapkan dengan berbagai kendala dan kekurangan, Bonar selalu menganggap hal itu mudah dan bisa diatasi. Bonar tak pernah memanfaatkan kekurangannya untuk lebih menonjol dibandingkan dengan yang lain.

Selain itu, Bonar mengaku selalu menghormati penumpang dan mengutamakan keselamatan selama berkendara. Karena itu, dia tidak pernah mengalami insiden kecelakaan karena ia merasa bertanggung jawab atas keselamatan penumpang. Sejauh itu pula, Bonar merasa senang bekerja sebagai mitra layanan roda dua tersebut.

Dia pun berharap semakin banyak orang yang belajar tentang tuli. “Sehingga tahu tuli itu seperti apa. Jadi semuanya saling mengetahui dan bekerja sama. Saya juga ingin bilang kepada orang-orang, kita harus tahu bahwa tuli dan dengar itu sama-sama berjuang, bekerja.”

Dia menambahkan, merasa bersyukur karena sekarang Grab sudah bekerja sama dengan Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia). “Dengan begitu, teman-teman tuli juga bisa bekerja sama.”

Setelah bekerja sebagai mitra dari Grab, Bonar mengaku senang karena kebutuhan dia dan keluarga terpenuhi.

Selain itu, dia mengaku karena orang sepertinya tidak dibedakan dengan orang-orang normal.
Soal rencana ke depan, Bonar mengaku akan tetap bekerja sebagai mitra GrabBike. “Saya masih akan tetap bekerja di Grab, lagian saya sudah 3 tahun,” ujarnya sambil tertawa. 

Untuk memperluas misi Grab untuk memastikan setiap orang dapat menikmati manfaat dari ekonomi digital, terlepas dari kondisi mereka, Grab memperkenalkan program ‘Mendobrak Sunyi’ bekerja sama dengan GERKATIN (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) pada September lalu, dengan menawarkan kesempatan bagi teman Tuli menjadi mitra pengemudi Grab. Grab ingin memberikan kesempatan bagi teman Tuli dan orang dengan keterbatasan pendengaran untuk dapat berpartisipasi lebih baik dalam ekonomi digital melalui ekosistem Grab. Ada banyak pembaharuan dari sistem teknologi Grab seperti fitur bantuan khusus, materi pelatihan menggunakan subtitle dan juga alat bantu komunikasi di dalam mobil dan di atas motor.

Khusus di kota Bandung, data menunjukkan Grab berkontribusi sebesar Rp 10.1 triliun pada tahun 2018. Kontribusi terbesar dihasilkan oleh GrabBike dengan nilai Rp 4,59 triliun, yang selanjutnya disusul oleh GrabFood dengan nilai kontribusi sebesar Rp 3,76 triliun. GrabBike dan GrabCar juga berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja di Kota Bandung. Sebelum bermitra dengan Grab, 38% mitra GrabBike, dan 39% mitra GrabCar tidak memiliki sumber penghasilan sama sekali.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved