Pohon Asam Keramat Berusia 200 Tahun di Pamekasan Roboh Misterius, Warga Berdoa Bukan Pertanda Buruk
Pohon asam keramat di Pamekasan roboh tak ada angin tak ada hujan, warga Dusun Lobuk berdoa itu bukan pertanda buruk bagi kampungnya.
Penulis: Muchsin Rasjid | Editor: Hefty Suud
Laporan wartawan TribunJatim.com, Muchsin Rasjid
TRIBUNJATIM.COM, PAMEKASAN – Sebuah pohon asam yang diperkirakan berusia 200 tahun roboh secara misterius, Minggu (16/2/2020), sekitar pukul 13.20.
Pohon berdiameter 2 meter dan tinggi 10 meter di Dusun Lobuk, Desa Dasok, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, tercabut dari akarnya dan tumbang menimpa rumah Sarrip (55).
Rumah yang tertimpa itu, tepat berada di sisi barat pohon asam tersebut.
• Gubernur Khofifah Menangis Lepas Jenazah Wakil Wali Kota Kediri: Sugeng Tindak Ning Lik!
• Sosok Sertu Rizka, Kowad Buta yang Buat Jenderal TNI Andika Nangis, Lihat Karirnya, 1 Pesan Terucap
Beruntung tak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Sebab Sarrip dan istrinya, saat ini berada di Tanah Suci Makkah, sedang menjalani ibadah umroh.
Tapi atap rumah, terutama atap dan plafon terasnya hancur tertimpa dahan pohon. Sedang Arip, menantu Sarrip, di saat kejadian, berada di dalam rumah, lalu kejatuhan plafon asbes dan mengalami luka gores kecil di lengan kanannya.
Menurut sumber di lokasi kejadian, satu jam sebelumnya Pamekasan diguyu hujan lebat, namun tidak disertai angin, termasuk di Desa Lobuk, juga hujan.
• BREAKING NEWS - Persebaya vs Arema FC Batal Main di Malang, Pindah ke Blitar
• Semifinal Persebaya Vs Arema FC Pindah ke Blitar, PSSI Jatim Sebut Manajemen Kedua Tim Sudah Setuju
Setelah hujan reda, empat anak balita, dua laki dan dua perempuan yang mandi hujan tepat di halaman rumah Sarrip atau di bawah pohon asam, belum beranjak.
Kebetulan Ny Hatifah (50), rumahnya tepat di sisi utara pohom asam baru datang dari rumah sakit dan meletakkan payungnya di teras rumahnya.
Ketika itu ia melihat ke arah 4 balita yang masih asyik bermain dan meminta segera pulang.
• Rumah Pekerja PD Pasar Surya Nyaris Terbakar Habis, Cium Bau Menyengat: Dikira Orang Potong Tegel
Ny Hatifah kaget, lantara ia melihat pohon asam itu tiba-tiba bergerak ke arah barat seperti hendak roboh. Lalu Hatifah berteriak histeris agar keempat enak itu menyingkir.
Namun yang beranjak dari lokasi itu, satu anak perempuan dan satu laki. Sementara dua lainnya, masih terus bermain, seolah tidak mendengar peringatan Hatifah.
“Hujan sudah reda dan tidak ada angin sama sekali. Saya lihat pohon itu miring ke arah barat. Akarnya mengangkat dan pohon itu tumbang menimpa rumah Pak Sarrip. Sedang Oki dan Mita, berada di bawah pohon yang tumbang. Seandainya tidak ada rumah Pak Sarrip, saya tidak tahu bagaiman nasib kedua balita itu,” kata Hatifah, kepada Tribunjatim.com.
• Penjaga Makam Dikeler Polisi Gegara Maling Kotak Amal Masjid RS Wonokromo, Terungkap Ini Aksi Kedua
• DETIK-DETIK Bupati Trenggalek Bersimpuh ke Warga yang Anaknya Meninggal, Sikap Petugas RS Dibongkar

Berselang tidak berapa lama, sejumlah petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pamekasan, sejumlah anggota Polsek Pademawu dan anggota Koramil Pademawu datang ke lokasi untuk memotong dahan dibantu masyarakat sekitar.
Sedang aliran listrik di kampung itu terpaksa dipadamkan, karena kabel listrik dari tiang ke rumah warga, putus tertimpa pohon asam.
Kepala Desa (Kades) Dasok, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, Fathor Rasyid, yang mengatakan, selama ini pohon asam itu dikeramatkan.
Karena tepat di selatan pohon asam yang tumbang, terdapat dua makam orang alim, dari Pulau Puteran, Sumenep. Da sisi timur makam, dibangun surau kecil, atapnya dari ilalang.
Di dahan pohon, warga sering melihata banyak ular. Dari ukuran kecil, sedang hingga besar. Tetapi warga tidak ada yang berani mengusir apalagi membunuhnya.
Selain ular itu tidak pernah menggigit warga, pohon itu dijadikan suatu pertanda bagi masyarakat.
Fathor Rasyid, yang rumahnya berjarak sekitar 100 meter, sebelah barat pohon asam yang tumbang, menuturkan, jika suatu waktu, ranting pohon asam itu jatuh, pertanda dalam waktu dua atau tiga hari, terdapat warga sekitar akan meninggal dunia, jumlahnya hingga tujuh orang.
Meninggalnya tidak sekaligus, rentang waktunya bisa lebih dari 10 hari atau seminggu sudah ada yang meninggal.
“Yang aneh, pohon yang tumbang tepat di atas rumah warga, tapi jatuhnya tidak menimpa rumah warga. Nah, sekarang pohon itu sudah tumbang. Ada pertanda apa lagi di kampung ini. Kita berdoa kepada Allah dan berperasangka baik saja, semoga tidak terjadi apa-apa di kampung ini,” kata Kades Fathor Rasyid.
Diungkapkan, karena pohon itu dianggap mendatangkan benda keramat, tak jarang orang melakukan pertapaan di dalam surau kecil dalam waktu berapa hari.
Di antara mereka yang diterima keinginannya, bisa mendapatkan pusaka berupa keris atau tombak.
Penulis: Muchsin Rasjid
Editor: Heftys Suud