Miris! Banyak Mantan TKI di Malaysia Idap Kusta Saat Pulang ke Tulungagung, Ada yang Sampai Cacat
Hasil pendataan Dinkes Tulungagung, penyandang sakit kusta mayoritas bekas buruh migran atau TKI di Malaysia.
Penulis: David Yohanes | Editor: Sudarma Adi
Miris! Banyak Mantan TKI di Malaysia Idap Kusta Saat Pulang ke Tulungagung, Ada yang Sampai Cacat
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Hasil pendataan Dinkes Tulungagung, penyandang sakit kusta mayoritas bekas buruh migran atau TKI di Malaysia.
Dinkes menengarai, warga Tulungagung ini terkena kusta karena kontak dengan pekerja migran lain, dari negara endemi kusta.
“Rata-rata yang kami temukan dan kami tangani, mereka pernah kerja di perkebunan di Malaysia. Di sana mereka kumpul dengan pekerja migran dari negara lain,” terang Kasi P2P Dinkes Tulungagung Didik Eka.
Didik mengingatkan, masa inkubasi kusta bisa antara 2-10 tahun.
• Angka Penderita Kusta di Jatim Masih Tinggi, Dinkes Tingkatkan Deteksi Dini dan Pendampingan
• Sukses Turunkan Angka Kasus Kusta, Dinkes Sampang Keluhkan Anggaran yang Turun Hampir 60 Persen
• Mengalami Penurunan Signifikan, Dinkes Kabupaten Sampang Targetkan Nihil Kusta di 2025 Mendatang
Selama inkubasi itu gejala kusta biasanya belum muncul, namun penderitanya bisa menularkan ke orang lain.
Penularan biasanya melalui cipratan dahak, atau kontak langsung dengan penderita dalam waktu yang lama.
“Kami meyakini kontaknya terjadi saat dulu pekerja di Malaysia. Setelah bertahun-tahun mereka pulang, gejalanya muncul sekarang,” sambung Didik.
Pada tahun 2018, Dinkes menemukan 30 kasus kusta di Tulungagung, 1 jenis pausi basiler (PB) atau kusta kering dan 29 jenis multi basiler (MB) atau kusta basah.
Dari 30 pasien itu, prosentase kecacatan akibat penyakit ini mencapai 7 persen.
Sedangkan tahun 2019 ada 34 pasien kusta yang ditemukan, semuanya jenis kusta basah, dengan tingkat kecacatan 5 persen.
“Yang memrihatinkan, ada satu anak-anak yang kena kusta. Artinya ada sumber penularan yang efektif, entah itu mainannya, atau orang tuanya” ujar Didik.
Setiap ada temuan pasien kusta, Dinas Kesehatan melakukan investigasi kontak.
Sebab penyakit ini mudah menular lewat kontak dengan orang yang mengidap bakteri Mycobacterium Leprae.
Sedangkan hingga pertengahan Februari 2020, Dinkes menemukan empat pasien baru pengidap kusta dan belum terjadi kecacatan.
“Kami tengah giat melakukan pelacakan para penderita yang belum diketahui, sebagai bagian program Indonesia bebas kusta 2030,” ujar Didik.
Bakteri Mycobacterium Leprae menyerang syaraf ujung atau syarat tepi, hingga menyebabkan mati rasa.
Gejala yang muncul biasanya berupa bercak merah atau putih di kulit, dan sering dikiri kudis.
Jika tidak lekas diobati, penyakit kusta bisa menyebabkan cacat pada bagian tubuh yang diserang.
Didik mengingatkan, penyakit kusta bisa disembuhkan seperti halnya TBC.
Namun diakuinya, penyakit ini sering dianggap memalukan sehingga pasiennya berusaha menyembunyikannya.
Akibatnya pengakit terlambat diketahui dan menimbulkan kecacatan.
“Kusta bisa dengan pengobatan rutin selama satu tahun. Jadi jangan ada lagi pasien kusta yang menyembunyikan penyakitnya,” pungkas Didik.
Penulis : David Yohanes
Editor : Sudarma Adi