Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tulisan Tangan Siswi SMP yang Bunuh Bocah 6 Tahun Disoroti Psikolog, 'Sebenarnya Butuh Kasih Sayang'

Psikolog soroti tulisan tangan siswi SMP yang bunuh bocah 6 tahun di Jakarta, sebut sang anak butuh kasih sayang.

Editor: Pipin Tri Anjani
Kolase/ Tribun Jakarta & IST via Tribun Jambi
Psikolog soroti tulisan tangan siswi SMP yang bunuh bocah 6 tahun di Jakarta, sebut sang anak butuh kasih sayang. 

Kemudian faktor individu itu bisa berkombinasi dengan faktor lingkungan.

"Faktor lingkungan yaitu faktor pola asuh, stimulasi yang dia terima di lingkungan, mungkin salah satunya tayangan atau hobi yang dia tonton. Kemudian hubungan dia dengan signifikan others. Kita perlu pertimbangkan banyak sekali aspek seperti itu dan aspek itu tidak bisa dipisahkan satu persatu karena berkaitan satu sama lain," bebernya.

Kemudian Mellissa Grace pun menyorot satu tulisan yang dibuat oleh NF.

Salah satu tulisan yang disorot Mellissa Grace yakni I will always love you. Who? Unknown (Saya akan selalu mencintaimu. Siapa? Tidak diketahui).

Cerita Mahasiswi Dilecehkan Dosen, Kode Minta Panas-panas Bukan Kopi, Ending ke WC: Dia Paksa Aku

Barang bukti papan tulis dan lembaran kertas bergambar milik pelaku N (Tribun Jakarta/Muhammad Rizki Hidayat)
Barang bukti papan tulis dan lembaran kertas bergambar milik pelaku N (Tribun Jakarta/Muhammad Rizki Hidayat) ()

"Jadi saya melihatnya bahwa tulisan ini sebetulnya proyeksi, apa yang dibutuhkan seorang anak dari dalam diriya, 'saya akan terus mencintai kamu, siapa? gak diketahui'. Berarti ini anak sebenarnya dia sangat butuh kasih sayang, itu baru satu tulisan tapi bagaimana tulisan lain," jelas Mellissa Grace.

Ia pun menganalisa bahwa mungkin saja ada kontribusi dari faktor lingkungan yang kemudian saling berinterelasi dengan faktor individual.

Lebih lanjut ia juga menjelaskan soal tingkah laku NF yang sering melakukan kekerasan terhadap binantang.

"Bahwa di dalam psikologi ketika seseorang di bawah usia 18 tahun memiliki pola tingkah laku yang menetap seperti misal sering menyakiti orang lain atau punya ide untuk itu, sering bertindak kasar terhadap binatang, atau melakukan pencurian, kebohongan, sering merusak barang-barang, dalam jangka waktu setidaknya ada 12 bulan secara terus menerus, itu masuk dalam kategori kondak disorder atau gangguan perilaku," jelasnya.

Gangguan perilaku yang dialami anak-anak ini, jika dibiarkan maka akan mengarah ke psikopat.

"Ketika ini dibiarkan dan mengarah ke usia dewasa, maka ketika perilakunya itu terus menerus terjadi di usia dewasa, maka berubah diagnosanya menjadi gangguan kepribadian anti sosial yang di masyarakat, yang dikenal dengan istilah psikopat, di mana sebenarnya bisa dideteksi dari masa anak-anak," tuturnya.

Namun ia menegaskan kalau kasus NF ini bukan berarti mengarah ke sana.

"Saya tidak mengatakan kasus ini adalah ini (psikopat), tapi itu adalah gambaran seseorang punya ciri-ciri seperti itu maka ada kecenderungan yang mengarah ke sana, makanya perlu pemeriksaan psikologis," tandasnya.

Senada dengan Mellisa Grace, Kriminolog Maman Suherman atau yang akrab disapa Maman Suherman resah dengan masa depan NF.

"Kalau melihat dari berita, harusnya semangat kerja kita ke depan tetap di bawah payung undang-undang 11-12 sistem peradilan pidana anak. Ini semangatnya terhadap pelaku pun bukan balas dendam, tapi rehabilitasi, pembinaan, makanya LP nya pun bukan lembaga permasyarakatan tapi lembaga pembinaan khusus anak," kata dia.

Kemudian ia pun membandingkan kasus NF ini dengan kasus Mary Bell di Inggris pada tahun 1968.

Sumber: Tribun Bogor
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved