Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Khofifah Sebut Penyakit yang Tak Kalah Bahaya dari Corona, 15 Orang Meninggal di Jatim hingga Maret

Khofifah Sebut Penyakit yang Tak Kalah Bahaya dari Corona, 15 Orang Meninggal di Jatim hingga Maret

Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Januar
SURYA/FATIMATUZ ZAHROH
Gubernur Khofifah saat diwawancara di Hotel Shangri-La Surabaya terkait layanan call center penanganan virus Corona di Jawa Timur, Rabu (4/3/2020). 

Khofifah Sebut Penyakit yang Tak Kalah Bahaya dari Corona, 15 Orang Meninggal di Jatim hingga Maret

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Meski World Health Organization telah menetapkan virus Corona cCovid-19 sebagai pandemi global, namun Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyebut bahwa ada hal yang harus lebih diantisipasi oleh warga Jatim yaitu ancaman virus dengeu atau Demam Berdarah Dengue (DBD).

Menurut gubernur perempuan pertama Jawa Timur ini, DBD memiliki kerawanan yang tak kalah berbahaya dibandingkan dengan covid-19.

Terutama lantaran saat ini sudah ada lebih dari 16.000 kasus DBD secara nasional, dengan 100 lebih diantaranya meninggal dunia.

“Jangan sampai masyarakat hanya terfokus pada isu corona. Sementara DBD yang juga sangat berbahaya malahan dianggap sepele,” ungkap Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (12/3/2020).

Siapa Sosok Gadis Indigo yang Selamatkan Nyawa Wali Kota Risma dari Bahaya? Terjadi Saat Magrib

Khofifah menerangkan, hingga bulan Maret Tahun 2020 ini di Jawa Timur sendiri sudah ada sekitar 1.766 kasus, di mana 15 kasus di antaranya meninggal dunia.

Sedangkan di tahun 2019 lalu, tercatat ada sebanyak 18.393 kasus di Jawa Timur dengan 185 kasus yang berujung pada kematian.

Pemprov Jawa Timur melalui Dinas Kesehatan telah melakukan sejumlah upaya pencegahan agar kasus DBD tak bertambah.

Di antaranya melakukan sosialisasi gerakan masyarakat hidup bersih dan sehat (PHBS) , optimalisasi juru pemantau jentik (Jumantik), pembagian bubuk abate, dan lain sebagainya.

“DBD adalah bahaya laten yang mengancam setiap musim pancaroba hingga musim penghujan,” tuturnya.

Khofifah mengatakan, potensi DBD masih sangat besar mengingat curah hujan saat ini masih cukup tinggi.

Untuk itu, Khofifah meminta masyarakat untuk menjaga kebersihan dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serentak dengan cara menguras, menutup dan menyingkirkan atau mendaur ulang barang bekas (3M) barang-barang ini dapat menyisakan genangan tempat nyamuk berkembang plus menghindari gigitan nyamuk dengan lotion anti nyamuk, pemakaian kelambu, memasang kawat kasa dan lain-lain.

“Butuh kepedulian bersama. Selain rumah, tempat lain yang juga harus dijaga kebersihannya adalah sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan tempat-tempat umum Fogging (pengasapan-red) hanya membunuh nyamuk-nyamuk dewasa, tapi tidak jentik-jentik nyamuknya,” imbuhnya.

Fogging tidak menjadi alternatif pilihan kecuali ada minimal 3 penderita DBD, dan angka bebas jentik (ABJ) < 95 persen.

Bila tidak memenuhi syarat tersebut, cukup melakukan penyuluhan pada warga dan PSN serentak di wilayah tersebut.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved