Kilas Balik
Kisah Tentara Jepang Sembunyi di Pedalaman Indonesia 30 Tahun, Terkuak Alasannya Tak Harakiri
Teruo Nakamura adalah tentara Jepang yang bersembunyi di pedalaman Morotai selama 30 tahun. Simak kisahnya
“Dari tidak ada penerbangan ke Morotai, sejak 27 April 2016 frekuensi penerbangan menjadi dua kali per hari dengan kapsitas 72 seat. Adapun Wings Air sebagai maskapai yang digunakan,” ujar Arie.
Tak hanya sampai di situ, lanjut Arie, pemerintah memikirkan pula pengembangan bandara. Menurut dia, Morotai wajib punya bandara internasional dengan panjang runway—landasan pacu—minimal 3.000 meter, untuk menjadi destinasi kelas dunia.
Bersamaan, sejumlah BUMN dan instansi juga akan fokus mengembangkan beragam sektor lain, termasuk listrik, air, pemukiman, dan telekomunikasi. Beberapa sektor itu merupakan prioritas teratas pembangunan di Morotai.
“PLN telah memaparkan rencana memenuhi listrik di Morotai saat rapat dengan Komisi X DPR di Ternate pada 27 Mei 2016. Untuk air dan pemukiman, Ditjen Cipta Karya telah survei ke Morotai pada 26 Mei 2016 dan ditindaklanjuti dengan rakor di Ternate pada 27 Mei 2016. Adapun untuk telekomunikasi sedang dilakukan peningkatan jaringan di Morotai,” papar Arie.
Tentu saja, semua upaya itu tak akan serta merta menghadirkan wisatawan, apalagi dari mancanegara. Butuh dukungan dan uluran tangan semua kalangan, termasuk Anda, untuk menjadikan Morotai dan destinasi wisata Indonesia benar-benar mendunia.
Nah, bagi Anda yang mau turun tangan, bagikan saja kisah-kisah perjalanan wisata Anda ke destinasi nasional, misalnya lewat media sosial. Jangan lupa memasang tanda pagar (tagar) atau hashtag #ceritadestinasi pada setiap unggahan cerita tersebut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Untung Nakamura Tidak Harakiri di Morotai".