Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Virus Corona

Nestapa Pemangkas Rambut Asgar, Ganasnya Corona Buat Tutup Usaha, Gundah Gulana untuk Bertahan Hidup

Bagaimana kabar para seniman rambut di Garut? Mereka tengah gundah-gulana dan nestapa akibat ganasnya penyebaran virus Corona.

Penulis: Ficca Ayu Saraswaty | Editor: Mujib Anwar
TRIBUN JABAR/FIRMAN WIJAKSANA via KOMPAS.com
Presiden Joko Widodo dipangkas rambutnya oleh Herman, tukang cukur langganannya di acara cukur massal yang diadakan di Situ Bagendit, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (19/1/2019). 

Ada yang tingkatan pangkas dengan penghasilan minimal Rp 200.000 per hari.

Untuk gerai tingkatan semi barber bisa meraup penghasilan Rp 300.000 sehari.

"Ada yang tingkatan barbershop dengan penghasilan Rp 500.000 per hari," beber pemilik Barbershop Fix Up yang terletak di Jalan Wolter Monginsidi No. 74 Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.  

Di tempat inilah, Wapres KH Maruf Amin, Menteri PUPR  Basuki Hadimuljono, Menteri Kopersai di UKM Teten Masduki, dan sejumlah penjabat penting negara lainnya langgaran merapihkan rambut mereka melalu tangan Irawan.

Soal tempat usaha, Irawan bilang, ada yang sewa dan ada juga pola kerjasama dengan pihak lain atau join partner.

"Kalau yang sewa [tarifnya] tergantung lokasi dan besaran luas toko yang disewa.

Untuk pegawai ada yang menggunakan sistem bagi hasil 50-50, ada juga yang sistem 60-40, tergantung aturan kebijakan tempat kerja masing-masing," ungkapnya.

Sedangkan untuk nilai tarif masing tempat berbeda-beda sesuai kelas tingkatannya.

"Untuk pangkas minimal Rp 15.000, semi barber minimal Rp 25.000, dan barbershop minimal Rp 60.000 ke atas," beber Irawan.

Sejarah Hari Bumi Sedunia yang Diperingati Tiap 22 April, Terinspirasi dari Aksi Demo Perang Vietnam

10 Hal yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi Sedunia yang Diperingati Tiap 22 April

Sejatinya, usaha cukur rambut ini cukup menjanjikan karena pasarnya pasti.

Tidak heran usaha potong rambut menjamur di mana-mana. Tapi, sekarang berbalik 360 derajat setelah Corona mewabah.

"Dengan tingkat penghasilan minimal per hari Rp 200.000, sekarang adanya dampak wabah Corona sangat berpengaruh sekali kepada usaha kami yang menurun drastis hampir 100%, karena kami tidak bisa bekerja di semua tempat wilayah kerja. Tempat kerja semua tutup dan terpaksa kami mudik ke kampung halaman untuk bertahan hidup bersama keluarga di Garut," tuturnya.

Selain alasan tempat kerja tutup sementara, para tukang pangkas rambut Asgar tidak bisa lama-lama bertahan di kota lantaran tidak ada penghasilan apapun.

Irawan mengklaim, dari 5.000 anggota PPRG, sebanyak 2.500 orang diantaranya sudah mudik lebih awal.

"Dari semua ini terpaksa pulang ke Garut. Kami terpaksa bertahan hidup dengan segala cara. Ada yang berjualan bubur, bertani dan lainnya. Kalau tidak bisa usaha, ya terpaksa hidup seadanya dengan semampunya walau tidak ada harapan ke depan," sebut dia.

Sebagai Kepala Perumahan Seniman Rambut Garut, Irawan mengungkapkan, dirinya tengah mengupayakan pengajuan penangguhan cicilan rumah ke Bank BTN melalui Kementerian PUPR.

"Alhamdulillah, sekarang sedang diproses. Saya kebetulan inisiator sekaligus ketua Perumahan Seniman Rambut PPRG, yang peletakan batu pertamanya oleh Bapak Presiden Jokowi," ungkapnya.

Untuk diketahui, PPRG bersama Kementerian PUPR menginisiasi pengadaan rumah subdisi untuk para pemangkas rambut Asgar.

Jumlah hunian baru mencapai 150  unit yang sudah terhuni untuk tahap pertama dan sedang menuju tahap kedua sebanyak 150 unit lagi dalam proses pembangunan.

Adapun nilai cicilan per bulan untuk jangka waktu 10 tahun adalah sebesar Rp 1.300.000.

Untuk jangka waktu 15 tahun sebesar Rp 1 juta, dan untuk cicilan tenor 20 tahun sebesar Rp 800.000 per bulan.

"Kami kepada pemerintah sangat berharap mendapat bantuan untuk anggota kami sebagai pekerja informal yang tidak bisa bekerja dan tidak punya penghasilan. Kami siap memfasilitasi bantuan dari pemerintah yang ditujukan kepada anggota kami," tukas Irawan.

Bocor Foto-foto Jadul Sandra Dewi Sebelum Jadi Artis, Paras Istri Harvey Moeis Beda? Banjir Komen

Orang Kesayangan Ashanty Kena Tumor Rahim, Mata Sembab, Istri Anang Minta Doa di Tengah Virus Corona

Dani Permana, salah satu pemangkas rabut Asgar merasakan betul bagaimana beratnya menjalani hidup saat ini. "Pemasukan enggak ada. Sekarang minim di kampung mah.

Sebelum Corona, penghasilan  rata-rata bisa Rp 200.000 sehari," akunya yang sudah mangkas rambut dari tahun 1990. Sejak dua tahun lalu, Dani merintis usaha sendiri dengan membuka gerai di Tangerang Kota.

Sebetulnya, Dani mengaku kurang sreg kalau hanya mendapat bantuan cuma-cuma dari pemerintah.

"Harapannya, ya, ada solusi untuk penghasilan. Mungkin ada program karya untuk para pengagggur baru. Kalo batosan asa kirang sreg kitu," ucapnya.

Hal senada diutarakan Heri Ramdani yang terpaksa mudik karena tempat usahanya  di Jalan Raya Pahlawan, Cibinong, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, tidak beroperasi sementara.

"Pendapat harian sebelum Corona bisa sampai Rp 200 ribuan. Sekarang, enggak sesuai dengan harapan tadinya bisa cukur 20 kepala sekarang nol, artinya engak ada," keluh bapak dua anak ini.

Beban Heri semakin berat karena selain harus menafkahi anak dan istri juga harus membayar cicilan ke bank.

Pada dasarnya, ia tidak begitu ambil pusing dengan rencana pemerintah menyalurkan bantuan sosial kepada warga terdampak Corona.

Bagi Heri, yang penting adalah bagaimana bisa mendapatkan kelonggaran kredit ke bank, karena saat ini sama sekali tidak memiliki pemasukan akibat usahanya tutup.

"Harapan kami sebagai seniman cukur rambut enggak bermuluk-muluk, yang penting kami bisa nggasih anak istri kami dan beban kreditan kalau bisa ditangguhkan untuk enam atau 12 bulan dengan syarat enggak usah bayar dendanya. Kami enggak mikirin bantuan dari pemerintah tapi gimana biar kami bisa ngasih anak istri kami dengan tidak ada beban kreditan," harapnya yang sudah mengalami suka duka menekuni profesi pangkas rambut.

Menurut Heri, mungkin bagi para seniman rambut semuanya menghadapi kondisi yang sama seperti para pekerja harian lainnya.

"Jika kami tidak mendapatkan uang hari ini, kami harus berfikir untuk esok hari. Kebutuhan rumahtangga dan tanggungan kami adalah hal wajib terpenuhi.

Tapi dengan keadaan seperti ini, kami pun kesulitan untuk menutupi semua kebutuhan yang sudah menjadi kewajiban kami. Harapannya, selain dari keadaan ini segera cepat-cepat membaik, kami pun ingin pemerintah bisa memerhatikan nasib kami para pekerja harian," pungkas dia.

(Kontan.co.id/Dadan M. Ramdan)

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Balada nestapa seniman rambut Garut yang terpangkas ganasnya Covid-19

Sumber: Kontan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved