Virus Corona di Surabaya
Pakar UNAIR: Ramadan 2020 Hadir Ditengah Pandemi Corona, Perilaku Konsumtif Tetap Tinggi
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya Dr. Tri Siwi Agustina, SE, M.Si mengatakan bahwa perilaku konsumtif
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Yoni Iskandar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tidak seperti tahun sebelumnya, sejak wabah virus Corona atau Covid-19 sampai di Indonesia, pemerintah mulai menetapkan sejumlah kebijakan membatasi kegiatan masyarakat di luar rumah. Alhasil, Bulan Ramadan kali ini terasa sedikit berbeda.
Biasanya, kedatangan bulan suci umat muslim ini dibarengi dengan kehadiran sejumlah bisnis kuliner musiman, sehingga, tak dapat dipungkiri, permintaan pasar yang sangat potensial membuat bisnis ini menjanjikan, kendati demikian di masa pandemik virus Corona atau Covid-19 seperti saat ini tentu diperlukan strategi yang berbeda.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) Kota Surabaya Dr. Tri Siwi Agustina, SE, M.Si mengatakan bahwa perilaku konsumtif selama puasa Ramadan biasanya meningkat dibandingkan dengan 11 bulan lainnya.
“Konsumen cenderung menginginkan variasi dalam jenis makanan dan minuman. Meskipun bertepatan dengan pandemik virus Corona atau Covid-19, perilaku ini tidak berubah, namun berbeda,” ungkapnya kepada TribunJatim.com, Senin (27/4/2020).
• PSBB Mulai Besok, Pemprov Jatim Beri Sembako 4 Truk ke Sidoarjo & Gresik, Suplai Sahur & Buka Puasa
• UPDATE Harga HP Xiaomi Terbaru Bulan April 2020, dari Redmi Note 8 Pro hingga Mi 8 Lite
• Kunjungan ke Kota Mojokerto, Puluhan Driver Mobil Ojol Mengadu ke Ketua DPD RI LaNyalla
Menurut dia, fenomena tersebut dapat dilihat atas pembagian tiga zona berbeda selama puasa Ramadan, yakni zona 10 hari pertama, zona 10 hari pertengahan, dan zona 10 hari terakhir.
“Zona 10 hari pertama adalah masa dimana orang melakukan penyesuaian dalam berpuasa. Biasanya mereka cenderung sedikit royal dalam memenuhi kebutuhan kulinernya,” tutur dia.
Pada zona itu pula biasanya, dikatakan Siwi, orang tua akan menstimuli anaknya untuk berpuasa, maka dari itu, produk-produk makanan untuk segmen pasar anak-anak juga perlu disiapkan.
Pada zona 10 hari pertengahan, lanjut dia, keadaan tidak berbeda jauh dengan zona 10 hari pertama.
“Umumnya ketika tidak terjadi pandemik seperti sekarang ini, jumlah pembeli takjil akan mulai berkurang karena ada acara buka bersama dan sebagainya. Namun karena kondisinya saat ini tidak memungkinkan, maka zona 10 hari pertengahan tidak mengalami banyak perubahan,” jelas dia kepada TribunJatim.com.
Sementara itu, keadaan pada 10 hari terakhir atau menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, sebab permintaan makanan dan minuman kemasan akan meningkat, terutama di kota-kota besar.
“Karena ada larangan mudik dan banyak rumah makan atau warung yang tutup, produsen harus menyediakan produk kuliner dalam porsi yang besar karena permintaan produk kuliner akan meningkat,” tutup dia.