Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pesta Sabu di Kandang Anjing Jelang Buka Puasa, 3 Sekawan Tulungagung Kena Karma, Begini Endingnya

Menggelar pesta sabu di kandang anjing menjelang buka puasa, tiga sekawan di Tulungagung terkena karma, begini ending nasibnya

Penulis: David Yohanes | Editor: Mujib Anwar
istimewa
Tiga sekawan di Tulungagung yang ditangkap polisi karena pesta sabu di kandang anjing 

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Polisi menangkap tiga sekawan di Tulungagung saat menggelar pesta sabu di kandang anjing menjelang buka puasa Bulan Ramadhan, di Desa Aryojeding, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (7/5/2020) pukul 16.30 WIB.

Mereka adalah Heru Angga Andriawan (43) warga Desa Sumberingin Kulon Kecamatan Ngunut, Basrowi (36) warga Desa Aryojeding dan Oki Dwi Krisdiantoro (21) warga Desa Bulusari Kecamatan Kedungwau, Kabupaten Tulungagung.

Dalam penggerebekan pesta sabu-sabu tersebut, polisi menyita sisa sabu-sabu dalam plastik, dua buah sedotan plastik, pipet kaca, botol minuman ringan, sisa lilin dan korek api gas warna biru.

"Mereka sudah kami tetapkan sebagai tersangka, dan kami tahan," terang Kapolsek Rejotangan, AKP Tohir, Kamis (7/5/2020).

Tohir memaparkan, penangkapan tiga orang ini bermula dari laporan warga.

Dari informasi awal, ada sebuah rumah di Desa Aryojeding yang dipakai untuk pesta sabu-sabu.

Polisi kemudian melakukan penyelidikan, dan memastikan lokasi serta orang-orang yang terlibat.

"Kami sudah bisa mengidentifikasi mereka yang kami curigai mengonsumsi sabu-sabu di rumah itu," sambung Tohir.

Setelah lama menunggu, akhirnya polisi yang sudah lama mengintai mendapatkan momentum saat tiga sekawan ini kembali menggelar pesta sabu-sabu.

Tiga orang polisi dengan pakaian sipil mendatangi rumah Basrowi dan mendapati mereka tengah mengonsumsi dan pesta sabu di kandang anjing .

Ke tiganya tidak bisa mengelak, karena polisi menemukan barang bukti yang menguatkan perbuatan mereka.

"Mereka mengakui, sudah tiga kali menggelar pesta sabu-sabu di lokasi yang sama," ungkap Tohir.

Sebelumnya tiga orang ini patungan masing-masing Rp 200.000.

Uang sebesar Rp 600.000 ini kemudian dibelikan sabu-sabu ke seorang pengedar asal Rejotangan.

Mereka juga mengaku mengonsumsi sabu-sabu untuk menambah stamina saat bekerja.

"Kami masih menelusuri pengedar yang menjual sabu-sabu ke para tersangka ini," tegas AKP Tohir.

8 Warga Blitar Tewas Pesta Miras saat Bulan Suci Ramadhan

Hal mengenaskan dan miris sehari sebelumnya juga terjadi di Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Di saat Bulan Ramadhan dan dalam situasi prihatin terjadinya wabah virus Corona atau Covid-19, bukannya meningkatkan amal ibadah atau banyak merenung. Namun, sekelompok orang ini malah asyik menggelar petas miras, hingga berhari-hari.

Akibat pesta miras di Kabupaten Blitar itu, delapan orang tewas.

Mereka adalah Munar (42), Agus (28), keduanya warga Desa Rejowinangun, Suwoko (42), Sunarto (36), Joko (28), Wahyu (23), Rifai (29), kelimanya warga Desa Plosorejo.

Lalu, Sutrisno (29), warga Desa Darungan, semuanya Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Sebab, ketiga desa korban itu berdekatan atau gandeng antarkampung.

Sementara, yang kondisi kritis berjumlah empat orang. Di antaranya, adalah Aria (20), yang tak lain anaknya Munar, yang lebih dulu tewas dan jenazahnya dimakamkan pada Selasa (5/5/2020).

Sedang, korban kritis lainnya adalah Yoswa (26), warga Desa Plosorejo, Imam (29), warga Desa Bumiayu, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Ketiganya itu dirawat di RSUD Ngudi Waluya Wlingi. Korban kritis satu lagi, adalah Wahlul (24), warga Desa Plosorejo, yang kini masih dirawat di rumah sakit swasta.

"Yang enam sudah dimakamkan di desanya masing-masing. Dan, yang dua mayat yakni Munar dan Suwoko, baru saja habis di otopsi di RSUD Mardi Waluya, Kota Blitar," kata AKBP Ahmad Fanani, Kapolres Blitar.

Menurutnya, untuk hari ini, baru dua korban, yang sudah diotopsi. Yakni, jasad Munar dan Suwoko.

Berikutnya, Kamis (6/5) hari ini, pihaknya akan melakukan pembongkaran makam milik enam korban. Sebab, mayat keenamnya belum diotopsi namun sudah keburu dimakamkan kemarin.

"Untuk menentukan atau memastikan penyebab kematiannya, mereka harus dilakukan otopsi. Seperti dua mayat korban itu, hasil otopsinya memang overdosis (miras)," paparnya.

Kematian delapan warga dan empat korban yang masih dalam kondisi kritis itu, menyisakan banyak cerita.

Katanya, minum itu dimulai Sabtu (2/5) sore atau pukul 16.30 WIB. Entah siapa yang memulai atau yang punya miras oplosan itu, mereka minum di rumahnya Munar. Itu diikuti enam orang, yang salah satu korbannya masih kritis.

"Tak lama minum di rumah korban itu, ya sekitar satu jam, mereka pindah tempat," ujar Bagas Wigasto, Kades Rejowinangun.

Ada yang mengatakan, mereka pindah tempat itu karena minumannya habis. Namun, juga ada yang bercerita kalau tak enak dengan tetangganya sehingga pindah ke tepi kali Lodoagung, yang berjarak 1 km dari rumahnya Munar. Atau tepanya, di belakang sekolah SDN II Plosorejo.

Tak hanya kelompoknya Munar, yang menggelar pesta miras malam itu, namun di tempatnya lainnya juga ada acara serupa. Yakni, di dekat kandang babi, yang berjarak sekitar 4 km dari lokasi kali yang ada di belakang sekolahan SD itu. Itu tak lain, kelompoknya Joko, yang akhirnya Joko sendiri, nyawanya tak tertolong.

"Dari grup minum itu, juga mengalami nasib yang sama (sama-sama meninggal dunia)," ungkapnya.

Rupanya, mereka tak cukup minum sekali itu saja, Sabtu (2/5). Namun, sehari kemudian, mereka kembali menggelar pesta miras dan berakhir, Minggu (3/5) malam. Selang sehari kemudian, Senin (4/5) siang, warga mulai gempar karena beberapa orang, yang habis pesta miras itu diketahui mengerang kesakitan. Di antaranya, Munar, dan Agus.

"Keduanya itu warga saya. Saat kesakitan itu, mereka mengeluhkan perutnya sakit yang luar biasa. Seperti tak biasa BAP, dan matanya tak bisa melihat, sehingga dibawa ke rumah sakit," paparnya.

Akhirnya, korban terus bertambah, hingga berjumlah 12 orang yang dilarikan ke rumah sakit. Di antaranya, Munar dan anaknya, Aria. Belum ada yang tahu kronologisnya, bagaimana bapak anak itu bisa diduga sama-sama over dosis. Sebab, Bagas, belum ada yang bisa bercerita karena semua yan ikut aara itu, mengalami hal sama.

"Sehari kemudian, para korban itu meninggal dunia, hingga berjumlah delapan orang," paparnya.

Dari mana minuman yang ditenggak mereka itu? Petugas masih menyelidikinya. Namun, dugaannya mereka beli ke penjual miras, yang tak jauh dari desa mereka. Informasinya, itu jenis arak jowo atau arjo. Oleh korban, ada yang mengatakan, itu dioplos dengan minuman suplemen. (*)

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved