Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Virus Corona

Tak Main-main Hasil Penelitian Covid-19, Dampak ke Pasar saat Lebaran, Pantas Indonesia Pecah Rekor

Hasil penelitian terbaru memperkuat bukti nyata dampak kondisi pasar yang ramai saat Lebaran, inilah penyebab utama Indonesia pecah rekor angka Corona

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Kompas.com via Intisari
Ilustrasi - Kondisi pasar saat pandemi virus Corona atau Covid-19. 

TRIBUNJATIM.COM - Muncul hasil penelitian terbaru Covid-19 yang dirilis seiring dengan momentum Lebaran 2020 yang akan dirayakan oleh masyarakat Indonesia.

Pada hasil penelitian terbaru Covid-19 itu tak main-main, yakni virus Corona kini bisa menyebar jauh lebih mudah.

Ada dampak nyata yang terlihat dari suasana pasar saat Lebaran yang sangat ramai di berbagai wilayah di Indonesia.

Seperti diketahui, beberapa hari jelang Lebaran, berbagai potret keramaian di beberapa wilayah di Indonesia menjadi bukti nyata pergerakan virus Corona yang semakin masif.

Nasib Miris Perawat Viral Pakai Bikini di Balik APD, Stres Tinggi, Aliansi Dokter Bela Mati-matian

Niko Faisal, Pengganti Dory Harsa di Lare Jawi, Istri Didi Kempot Yan Vellia Ekspos Sosoknya, New

Mari kita simak berita selengkapnya:

Pasar atau segala tempat terjadinya keramaian kini benar-benar terbukti sangat berbahaya dalam hal penyebaran virus Corona atau Covid-19.

Seperti kita ketahui, seiring dengan mulai ramainya pasar dan mal serta banyaknya pemudik, penambahan pasien positif Covid-19 pun kini memecahkan rekor nasional.

Per Kamis (21/5/2020) pukul 12.00 WIB, jumlah pasien baru mencapai 973 orang.

Kegiatan pasar pagi di Kota Batu selama berlangsungnya PSBB, Rabu (20/5/2020).
Kegiatan pasar pagi di Kota Batu selama berlangsungnya PSBB, Rabu (20/5/2020). (Benni Indo/Surya)

Nah, sebuah penelitian terbaru telah membuktikan bahwa virus Corona kini bisa menyebar jauh lebih mudah.

Seperti diketahui, cara penyebaran virus Corona terjadi melalui tetesan air liur atau droplet yang keluar ketika orang yang terinfeksi sedang bersin, batuk, bahkan berbicara.

Tapi sepertinya ukuran jarak 2 meter tidak cukup jika merujuk pada penelitian terbaru yang dilakukan Talib Dbouk dan Dimitris Drikakis dengan Lembaga Penelitian Pertahanan dan Keamanan di Universitas Nicosia, Yunani.

Studi yang sudah dipublikasikan dalam jurnal Physics of Fluids tersebut, menunjukkan angin dapat membawa droplet terbang lebih jauh hingga 6 meter.

Indonesia dan pasar
Indonesia dan pasar (Intisari)

Sarang Covid-19 Terbesar Dunia Bukan di Wuhan? Lokasi Lain Terkuak, Ahli: Sebaiknya Tidak Main-Main

Melansir Healthline, Rabu (20/5/2020), penelitian dilakukan dengan menjalankan model komputer yang mensimulasikan perjalanan 1.008 tetesan air liur di udara dari orang yang sedang batuk.

Peneliti memperhitungkan faktor-faktor seperti kelembapan, penguapan, kekuatan di mana tetesan tersebar, hingga bagaimana molekul air liur berinteraksi dengan udara.

Berdasarkan simulasi tersebut didapatkan perhitungan, dengan kecepatan pergerakkan angin 4 kilometer per jam, maka droplet yang dikeluarkan lewat batuk bisa terbang hingga 6 meter hanya dalam 5 detik.

"Hal ini sangat penting karena menyangkut pedoman menjaga jarak untuk kesehatan dan keamanan, dapat meningkatkan pemahanan tentang penyebaran dan penularan penyakit melalui udara, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan," ujar Drikakis.

Foto hujan es di Meksiko dan ilustrasi virus Corona.
Foto hujan es di Meksiko dan ilustrasi virus Corona. (Daily Star via Intisari dan Freepik)

Meski demikian, para ilmuwan lainnya berpendapat pergerakkan droplet yang bisa terbang hingga 6 meter belum tentu berlaku pada kasus penularan virus corona penyebab Covid-19.

Mengingat mungkin ada variabel lain dan faktor lingkungan yang berkaitan dengan virus corona baru, yang tidak sepenuhnya diperhitungkan dalam penelitian lewat model komputer ini.

Penelitian hanya memperlihatkan bagaimana droplet bergerak di udara ketika seseorang batuk.

Tetapi tidak jelas seberapa tinggi “viral load” pada droplet tersebut, terutama ketika sudah mencapai 6 meter dari orang yang terinfeksi.

Isi Bunker Sembunyi Rp 134 M Milik Konglomerat, Kemewahan saat Hindari Corona, Fasilitas Fantastis

Virus berada di udara

Penelitian lainnya yang dilakukan para peneliti dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) dan University of Pennsylvania juga memperkuat dugaan kondisi pasar yang ramai.

Hasil penelitian menunjukkan, percakapan normal dapat meninggalkan droplet yang terinfeksi virus corona selama 14 menit di udara.

Penelitian dilakukan dengan meminta peserta mengucapkan kalimat "stay healthy" dan laser yang sangat sensitif akan memperlihatkan betapa banyaknya droplet yang keluar dari mulut dalam hitungan detik. Terlebih ketika bersuara kencang akan mengeluarkan ribuan droplet.

VIRAL Wanita Mendadak Ditemukan Hidup Lagi, sebelumnya Dikremasi karena Corona, Fakta Asli Terkuak

Ilustrasi saudara Boy Ardan Wiratama (ismal Bagus) di kediaman daerah Sidoarjo
Ilustrasi saudara Boy Ardan Wiratama (ismal Bagus) di kediaman daerah Sidoarjo (istimewa)

"Ini mengonfirmasi bahwa ada kemungkinan besar, berbicara normal dapat menyebabkan penularan virus melalui udara di lingkungan terbatas," para peneliti menyimpulkan.

Tentunya ini bermasalah untuk tempat-tempat di mana banyak orang yang bahkan berbicara dengan suara lebih kencang dalam waktu yang lama, seperti di bar dan klub malam.

Jangan lupa, pasar yang ramai juga bisa membuat orang bersuara lebih kencang saat berbelanja.

Pasar di Indonesia
Pasar di Indonesia (Intisari)

Pentingnya penggunaan masker

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat merekomendasikan untuk setiap orang menggunakan masker selama berada di area publik.

Ini penting untuk menekan kemungkinan penyebaran virus melalui udara, terlebih jika terdapat orang terinfeksi yang tidak bergejala (asimptomatik vira). Begitu pula dengan aturan menjaga jarak satu sama lain.

Terlebih ketika saat ini sejumlah negara sudah mulai melonggarkan bahkan mencabut penutupan wilayah untuk menormalkan kembali aktivitas ekonomi, namun protokol Covid-19 harus tetap dilakukan.

Berjualan masker kain bisa jadi peluang bisnis yang menguntungkan di tengah pandemi Corona.
Berjualan masker kain bisa jadi peluang bisnis yang menguntungkan di tengah pandemi Corona. (freepik.com)

"Kami telah menghasilkan cukup bukti selama beberapa bulan terakhir untuk menyarankan bahwa salah satu mekanisme perlindungan terbaik adalah masker, dan mungkin itu harus menjadi bagian dari kehidupan, seperti jam tangan dan aksesori lainnya," katanya Jagdish Khubchandani, seorang profesor ilmu kesehatan di Ball State University, Indiana.

Menurutnya, hingga vaksin ditemukan dan tersedia untuk sebagian besar populasi, maka setiap orang harus menjaga dirinya baik-baik jika tidak ingin terinfeksi. Artinya, sambil menunggu vaksin, manusia harus siap hidup berdampingan dengan Covid-19.

"Virus ini telah memantapkan dirinya dalam populasi manusia, dan itu tidak akan pernah pergi jika tidak adanya vaksin," ujarnya.

Artikel di atas telah tayang sebelumnya di Intisari.grid.id dalam judul Masih Nekat ke Pasar Demi Lebaran di Tengah Pandemi Covid-19? Penelitian Terbaru Buktikan Bahwa Itu Tak Ubahnya 'Bunuh Diri', Pantas Indonesia 'Pecah' Rekor!

Sumber: Intisari
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved