Virus Corona di Surabaya
Cerita Pilu Warga Kertajaya Surabaya, Kakak-Ortu Meninggal Bersamaan karena Corona: Virus Benar Ada
Inilah curhatan warga Kertajaya yang mana kakak dan orang tuanya secara bersamaan meninggal karena penyakit Covid-19.
Penulis: Samsul Arifin | Editor: Arie Noer Rachmawati
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Syamsul Arifin
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Seorang wanita bersama janin yang masih di dalam kandungan meninggal dunia.
Mereka diduga terpapar Covid-19. Nahasnya kedua orang tua mendiang turut meninggal juga berstatus PDP.
Menurut kesaksian adik dari mendiang berinisial DW, warga Kertajaya, Surabaya ini merupakan kakak sulungnya.
Suami dari kakaknya tersebut saat ini masih menjalankan isolasi mandiri.
• Miris, Gajah Hamil Diberi Warga Nanas Isi Petasan, Mati Berdiri di Sungai dengan Mulutnya Hancur
Mulanya DW mengisahkan, pada pertengahan Mei sang kakak bersama suaminya memeriksakan kandungan di salah satu rumah sakit di kawasan Ampel.
Lalu, sepulang dari rumah sakit tersebut, sang suami mengalami sakit namun sembuh dengan sendirinya.
"Setelah itu, giliran kakak yang ngedrop," ujarnya saat dikonfirmasi melalui pesan WA, Kamis (4/6/2020).
Pada 19 Mei kakaknya yang sedang mengalami sakit itu lalu memeriksakan dirinya ke RS Pura Raharja.
• Akhirnya Indonesia Bisa Hasilkan Vaksin Virus Corona, Kabar Bahagia dari Pemerintah, Cuma 1 Kendala
• Skandal Terlarang Istri Anggota TNI dan Trainer Gym Terkuak, Suami Lapor Polisi, Bui Menunggu
Di sana sang kakak pun menjalani rapid test dan hasilnya negatif, kemudian pulang.
"Tapi enggak semakin membaik, malah semakin sesak napas. Tanggal 25 Mei, saya antar ke RS PHC, kemudian disuruh rawat jalan," terangnya.
Esoknya, sang kakak belum membaik. Dibawa kembali ke RS PHC, sehingga terkonfirmasi bahwa kakak DW terkonfirmasi positif Covid-19.
Pada Rabu dini hari, 27 Mei 2020, pihak RS PHC memberi kabar bahwa kakak DW mengalami gagal napas dan dibantu ventilator.
Saat itu, detak jantung janin kakak DW yang berusia delapan bulan diketahui tidak berdetak lagi.
• Kesaksian Petugas Hutan soal Gajah Hamil Mati Berdiri karena Makan Nanas Isi Petasan: Lari Kesakitan
Kemudian pada 30 Mei janin yang sudah tak bernyawa ini diangkat.
"Kakak saya meninggal 31 Mei pukul 01.50 setelah operasi pengeluaran janin sehari sebelumnya," lanjutnya.
Duka pun semakin menyelimuti DW, sementara sang kakak dirawat.
Sebelumnya, sang ibu juga ngedrop tepat saat Hari Raya Idul Fitri. Keesokan harinya giliran sang ayah.
Sang ibu pun dibawa ke RKZ saat Hari Raya Idul Fitri.
Keesokan harinya, saat DW kembali ke IGD RKZ, sang ibu diimbau untuk menjalani isolasi mandiri di rumah.
• Kabar Bahagia, Indonesia Mampu Hasilkan Vaksin Virus Corona Sendiri, Menristek Ungkap 1 Kendala
"Kemudian 29 Mei pagi hari, mama telepon minta diantar ke RSI, saya enggak dibolehin antar takut ketularan drop maka saya manfaatkan driver online. Mama berangkat pagi. Papa nyusul siangnya, dijadikan satu kamar isolasi di RSI," tandasnya.
Keesokan harinya pada 30 Mei, ayah pun menghembuskan nafas terakhir. Disusul sang ibu.
"Papa sama mama belum sempat tes swab. Jadi, meninggal berstatus PDP (pasien dalam pengawasan)," imbuhnya.
DW pun mengaku pasrah atas kejadian yang dialaminya itu. Ia pun turut berpesan bahwa penyakit ini jangan dianggap remeh.
"Virus ini benar benar ada dan nggak bisa dianggap remeh. Jadi harus sadar akan kesehatan, kebersihan dan kalau memang tidak perlu kemana mana lebih baik di rumah saja," ucapnya.
Penulis: Syamsul Arifin
Editor: Arie Noer Rachmawati