Dunia Medis Kembali Berduka, 2 Dokter di Madura Wafat Karena Corona, IDI Jatim Ungkap Kronologisnya
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengabarkan dua dokter meninggal dunia di Pulau Madura, Senin (15/6/2020).
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengabarkan dua dokter meninggal dunia di Pulau Madura, Senin (15/6/2020).
Keduanya yaitu dr Deny Dwi Yuniarto dan dr H Dibyo Hardianto.
Terkait hal itu, Ketua IDI Jatim Sutrisno kabmengatakan, bahwa dr Deny dinyatakan meninggal karena terkonfirmasi virus Corona.
• Curhat Pilu Istri Dokter Pertama yang Kuak Pandemi Corona, Bayinya Lahir: Bisakah Lihat dari Surga?
• Masih Ingat Purie Andriani Eks Dewi Dewi? Nikahi Dokter Kandungan, Kini Penampilan Berubah Drastis
• Satu Dokter Jaga Positif Covid-19, Ruang IGD RSUD Nganjuk Ditutup Sementara untuk Sterilisasi
Sedangkan dr Hardianto, tutup usia dengan memiliki gejala klinis yang mengarah pada positif virus corona.
"Jadi memang satu sudah terkonfrim yang satu swabnya belum keluar tapi gejala klinis mengarah ke Covid-19," kata Sutrisno saat dihubungi, Senin (15/6/2020).
Lebih lanjut, kata Sutrisno, tiga hari lalu, kedua dokter sempat menjalani perawatan intensif. Ia pun menduga dua dokter tersebut bisa terpapar karena keduanya setiap hari berhubungan dengan pasien penderita Covid-19.
"Kan setiap hari dua dokter itu memberi pelayanan pasien Covid-19. Otomatis selama memberi pelayanan itu mereka tertular," ucapnya.
Belakangan, dokter dikabarkan banyak yang tertular Covid-19 setelah menangani pasien positif. Saat ini di Jatim sudah ada 57 orang. Bahkan yang meninggal sudah 8 jiwa.
Saat disinggung apa penyebabnya, Sutrisno mengatakan bahwa, transmisi penularan di Jatim masih dinilai masih terlampau tinggi.
"Memang tingkat kematian di Jatim tinggi sekitar 8,3 persen. Artinya transmisi lokal di level masyarakat itu masih banyak. Kita tidak lihat kan ada orang tanpa gejala atau gejala ringan, sedang masih banyak dan itu mereka beredar sehingga menularkan kemana-mana juga.
Jadi kalau masyarakat tidak protokol kesehatan penularan tambah tinggi jadi makin banyak mengalir ke rumah sakit dan itu yang bikin tenaga kesehatan makin kewalahan," jelasnya.
Dalam mengurangi tingkat risiko penularan, Sutrisno berharap di masa transisi new normal, ia berharap semua pihak di lapisan masyarakat menjadi pioner untuk mengajarkan gaya hidup bersih.
"Artinya apapun konsepnya selama orang masih tidak patuh protokol ya tetap virus akan tetap berpindah. Jadi sekarang protokol itu sudah saatnya bergeser misalnya di tingkat RT/RW, Kecamatan, pemilik pabrik, mal, sekolah, pesantren harus jadi pioner untuk mengawasi agar setiap anggotanya disiplin menjalankan protokol yang ditetapkan," tutupnya.