Attack Rate Tertinggi Tapi Rasio Tracing Surabaya Terendah di Jatim, Gugus Tugas: Tiap Malam Ngenes
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi mengatakan bahwa komitmen tracing Pemkot Surabaya masih rendah.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi mengatakan bahwa komitmen tracing Pemkot Surabaya masih rendah.
Padahal kenaikan jumlah kasus terkonfirmasi positif covid-19 Kota Surabaya sangat tinggi, bahkan attack rate nya tertinggi di Indonesia.
Rendahnya komitmen tracing ini menurut Joni tidak bisa dibiarkan jika ingin serius dalam melakukan pemutusan mata rantai penularan virus di tengah pandemi.
• Pemkot Mojokerto Alih Fungsi Gedung Diklat ASN Untuk Tempat Observasi Covid-19
• Kebun Binatang Surabaya New Normal Paling Lambat Buka Juli, Intip Protokol Covid-19 yang Sudah Siap
• Seluruh Oyek Wisata Kabupaten Nganjuk Bakal Segera Dibuka, Pemkab Survei Kesiapan Protokol Covid-19
Dengan tracing yang cepat dan tepat, masyarakat yang potensi terpapar akan diketahui dan bisa dilakukan tindak lanjut, baik observasi, isolasi ataupun perawatan di layanan kesehatan.
"Kami ada data, yang membuat setiap malam itu kami ngenes. Yaitu daerah yang case nya banyak tapi tracingnya rendah. Surabaya tracingnya hanya 2,8 persen dari 1 kasus positif yang ditemukan dari tracing Kota Surabaya. Kondisi ini adalah komitmen tracing terendah di Jatim," kata Joni, dalam paparannya di hadapan Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla di Gedung Negara Grahadi, Rabu (17/6/2020).
Komitmen tracing tertinggi di Jawa Timur dari grafik yang dipaparkan Joni adalah Kabupaten Kediri. Rasio tracing nya adalah 19,9 dengan jumlah kematian kasus terkonfirmasi positif covid-19 sejumlah 8.
Sedangkan Kabupaten Sidoarjo rasio tracingnya adalah 3,5 dengan jumlah kematian kasus positif covid-19 Jatim nya sebesar 57. Dan untuk Kabupaten Gresik rasio tracingnya adalah 8,8 dengan jumlah kematiannya adalah sebesar 19.
"Nah untuk Kota Surabaya ini ternyata rasio tracingnya terendah di Jatim dan angka kematiannya tertinggi, dengan jumlah kematiannya adalah 234," tegasnya.
Disampaikan Joni pandemi Covid-19 ini bukankah kasus yang mudah ditangani tanpa adanya keseriusan seluruh pihak. Kerjasama sangat dibutuhkan dan komitmen bersama dalam memutus rantai penularan harus terus dilakukan.
Pelonggaran restriksi PSBB harus diiringi dengan langkah-langkah penanganan yang tepat. Dimana Jawa Timur memiliki 3T dalam penanggulangan covid-19. Yaitu testing, tracing dan treatmen.
Ketiganya harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Tidak bisa hanya satu dari ketiganya saja yang kuat dibandingkan yang lain.