Indonesia Tak Main-main Soal LCS, Ubah Nama Jadi 'Laut Natuna' hingga Peta, Demi Harta Ibu Pertiwi
Kini Ibu Pertiwi tak lagi main-main soal Laut China Selatan, ada pengubahan nama hingga peta, semua demi mempertahankan harta Ibu Pertiwi.
Penulis: Ignatia | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM - Kini Indonesia tak main-main lagi dengan status Laut China Selatan yang berdekatan dengan Natuna Utara.
Indonesia tak segan mengubah nama baru untuk Laut China Selatan jadi "Laut Natuna Utara" hingga ubah peta.
Semua dilakukan demi menyimpan dan menyelamatkan harta yang dimiliki Ibu Pertiwi.
Indonesia kini terlihat lebih berani dan benar-benar menunjukkan ketegasannya.
Kepulauan Natuna, menjadi wilayah yang disengketakan China dan Indonesia sejak tahun 2016 silam.
• Corona Belum Reda, China Ngeyel Gelar Festival Makan Daging Anjing, Wajah Memelas Hewan Terekspos
Hingga kini, konflik di Natuna pun masih timbul tenggelam.
Indonesia telah secara tegas membantah klaim China karena dianggap tidak berdasar.
Dikutip TribunJatim.com dari Sosok.ID yang melansir The Sydney Morning Herald,
Pulau Natuna menjadi garis depan dalam kontes untuk pengaruh dan kontrol jalur air strategis yang vital di Laut China Selatan.

Indonesia, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Filipina semuanya memiliki hak atas laut ini di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Taiwan juga mengklaim wilayah ini. Sementara China, berpegang di bawah kebijakan "sembilan garis putus-putus" (nine dash line), menganggap lebih dari 80% perairan ini adalah milik mereka.
Menurut prediksi yang dirilis 2015 lalu, wilayah ini menyumbang 12% dari tangkapan ikan global.
Akan tetapi, masalahnya bukan hanya ikan saja. Ini juga menyangkut soal tentang pulau-pulau kecil yang termiliterisasi dan kebebasan navigasi di perairan yang dilalui sepertiga pengiriman global setiap tahun.
• NATO Bongkar Pergerakan Militer China, Fakta Lain Soal Laut China Selatan: Mereka Mendekat ke Barat
Pengubahan Nama 'Laut Natuna Utara'
Setidaknya 65 persen prajurit militer Angkatan Laut (AL) Paman Sam kini tengah bertugas di Laut China Selatan.
Hal itu lantaran China dianggap menantang hukum internasional mengenai batas perairan.
Kini genderang konflik di tahun di wilayah perairan Asia Tenggara yang membuat negara-negara ASEAN pun harus terbagi fokusnya di tengah serangan pandemi virus corona.
Tetapi ternyata Indonesia telah mengambil langkah lebih jauh dari negara ASEAN lainnya.

Indonesia diketahui negara yang juga bersengketa dengan China dengan dasar kebijakanan aneh dari negara tersebut yang dinamakan "Sembilan Garis Putus-putus".
Sebulan setelah konflik tersebut, Pemerintah Indonesia menganggap persoalan antara Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dengan Coast Guard China di Perairan Natuna sudah selesai.
Kemudian, pada Juli 2017 seperti dikutip dari Kompas.com via Wiken.ID, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman meluncurkan peta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baru.
Nama Laut China Selatan juga diganti menjadi Laut Natuna Utara.
Langkah tersebut diambil untuk menciptakan kejelasan hukum di laut dan mengamankan Zona Ekonomi Eksklusif milik Indonesia.
Keputusan tersebut memicu kritik dari Beijing.

Lalu, pada 19 Desember 2019, sejumlah kapal asing penangkap ikan milik China diketahui memasuki Perairan Natuna, Kepulauan Riau.
Kapal-kapal China yang masuk dinyatakan telah melanggar exclusive economic zone (ZEE) Indonesia dan melakukan kegiatan Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (IUUF).
Selain itu, Coast Guard China juga dinyatakan melanggar kedaulatan di perairan Natuna.
Oleh sebab itu Indonesia kini jadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tak ingin berkompromi dengan China mengenai batas wilayah perairan di Utara Natuna tersebut.
• Indonesia Prihatin Lihat Ulah China, Hasil Jarahan Nelayan di Perairan Negara Tetangga: Semena-mena
Simpanan Harta Karun yang Melimpah
Apa yang sebenarnya diincar oleh China di Laut China Selatan dan Natuna Utara sebenarnya memang tidak main-main kemewahannya.
Ada harta karun yang luar biasa tersimpan nyata di area yang dimiliki oleh Indonesia itu.
Data yang dihimpun The Sydney Morning Herald menunjukkan, Departemen Luar Negeri AS memperkirakan pada 2019 terdapat cadangan minyak dan gas yang belum dimanfaatkan di Laut China Selatan senilai US$ 2,5 triliun.

Perkiraan lain dari Badan Informasi Energi AS, ada kemungkinan 11 miliar barel cadangan minyak dan 190 triliun kaki kubik gas alam.
Klaim Tiongkok atas laut dan programnya membangun terumbu karang menjadi pulau buatan sejak 2014 menjadi perhatian terbesar dunia saat ini.
Tempat-tempat yang dulu hanya ditandai oleh gubuk-gubuk nelayan sekarang dapat menampung pesawat-pesawat militer, rudal, dan stasiun pengisian bahan bakar untuk Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA-N).
• Penampakan Rudal Nuklir Bawah Laut China, Senjata Baru yang Akan Bikin AS Gentar? Lihat Kekuatannya
Persaingan di atas ombak
Setelah kapal-kapal China memasuki Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEE) awal tahun ini, Indonesia mengerahkan angkatan lautnya dan kapal-kapal Bakamla (keamanan maritim).
Beberapa jet tempur F-16 juga dikerahkan, serta mengirim kapal-kapal nelayan dari pulau utama Jawa untuk mengusir serbuan China. Akhirnya, kapal-kapal China meninggalkan perairan.
Greg Poling, direktur Pusat Studi Strategis dan Internasional Asia Maritime Transparency Initiative yang bermarkas di Washington, mengatakan, China belum "memenangkan" Laut China Selatan.
"Tetapi saya benar-benar berpikir tentang metrik apa pun yang Anda gunakan yang kalah dari AS dan Selatan. Negara-negara Asia Timur kalah.

"Apakah Anda ingin melihatnya sebagai masalah hukum internasional atau akses atau sumber daya, jelas China menang di semua lini," paparnya kepada The Sydney Morning Herald.
Dia menambahkan, "China berniat mendominasi Laut China Selatan tanpa kekuatan, dengan memaksa negara-negara Asia Tenggara menerima bahwa mereka telah kalah.
"Mereka menunjukkan dominasi China dengan pasukan paramiliter dan penjaga pantai sedemikian rupa sehingga (mereka) harus menerima apa pun kesepakatan yang buruk yang ada di atas meja, dengan demikian merusak kredibilitas AS, Australia, Jepang dan siapa pun."
Artikel di atas telah tayang di Sosok.ID dan Wiken.ID dalam judul Pantas Saja Diincar China, Natuna Utara Ternyata Simpan Gunungan Harta Karun, Indonesia Sampai Rubah Peta untuk Pukul Mundur Xi Jinping dan Pasukannya dan Lebih Berani dari Negara Lainnya, Indonesia Ubah Nama Laut China Selatan Jadi Laut Natuna Utara Demi Hadapi Tiongkok