Uji Kualitas Air di Sungai Kalimas, Ecoton Sebut Terjadi Peningkatan Polusi Selama Pandemi Covid-19
Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menyebut ada peningkatan polusi selama pandemi Covid-19.
Penulis: Mayang Essa | Editor: Taufiqur Rohman
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Mayang Essa
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Lakukan uji kualitas air di Sungai Kalimas, Surabaya tepatnya di kawasan Petekan, Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menyebut ada peningkatan polusi selama pandemi Covid-19.
Polusi itu berasal dari kandungan klorin yang tinggi, logam berat yang melampaui batas dan mikroplastik yang meningkat jumlahnya.
Berdasarkan hasil penelitian Ecoton, kandungan klorin di Sungai Kalimas pada 17 April lalu, 0,17 parts per million (ppm) yang kemudian dilakukan uji kualitas air lagi, hasilnya 0,20 ppm.
“Untuk standar air bersih, klorin tidak boleh lebih dari 0,03 ppm," ujar Peneliti Ecoton, Eka Chlara Budiarti, Rabu (8/7/2020).
Lanjutnya, tingginya klorin yang menjadi bahan utama desinfektan atau pembunuh kuman, pembersih lantai dan pemutih pakaian merupakan indikator tingginya polusi dari kegiatan rumah tangga atau limbah domestik.
• Pamitan Hendak Kerja, Ibu di Surabaya Malah Temukan Anaknya Tewas Gantung Diri, Suami Histeris
• Kisah Mengenaskan Pendaki Gunung Lawu Tewas Nyaris Telanjang, dari Antar Kencing Teman Berujung Maut
Bukan hanya klorin, dalam penelitiannya Ecoton juga menemukan tingginya kandungan logam berat di sungai ini.
Setelah Chlara melakukan uji Total Dissolved Solid (TDS) atau ion terlarut dalam air, logam berat di sini mencapai 3.100 ppm.
"Standar TDS dalam air sungai tidak boleh lebih dari 500 ppm. Ini menunjukkan polutan logam berat dalam air Kalimas bagian hilir," kata alumni Jurusan Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang ini.
• BREAKING NEWS - Seorang Pemuda Tewas Gantung Diri di Kamarnya, Ayah Korban Histeris: Yek Opo Anakku
• Pilkada Serentak 2020, PKB Jatim Usung Kader NU di Seluruh Kabupaten/Kota di Jatim: 100 Persen
Polusi di Sungai Surabaya rupanya juga dipicu oleh polusi limbah plastik yang meningkat jumlahnya.
Kandungan mikroplastik di Petekan pada penelitian April menunjukkan jumlah tertinggi jika dibandingkan dengan Mikroplastik di Mlirip, Karang pilang, Joyoboyo dan kayun.
Jumlahnya sekitar 2,92 partikel dalam 1 liter air Kalimas sedangkan di Joyoboyo 2,5 Partikel per liter.
• Download Lagu MP3 Pingin Nangis Tapi Isin Safira Inema Lirik Mung Iso Ngempet Ning Njero Batin
• Viral Hasil Rapid Test Peserta UTBK Unair Mendadak Jadi Reaktif saat akan Ujian, Begini Kronologinya
Kemudian di Mlirip hanya 1,4 partikel per liter.
"Bahwa dalam rapid test mikroplastik hari ini, ditemukan 10 partikel dalam 100 liter berupa jenis fiber dan jenis filament atau lembaran di Kalimas," kata Chlara.
• Rahasia China Soal Corona Terbongkar, Paksa Warganya Lakukan 1 Hal: Ancaman Jangka Panjang Terbesar
• Nilai Ekspor Ikan dari Jawa Timur Sempat Turun Dampak Pandemi Covid-19, Udang Justru Naik
“Banyaknya jenis fiber menunjukkan bahwa tidak ada control limbah domestik terhadap air bekas cucian atau laundry karena tekstil yang menjadi bahan pakain kita jika dicuci maka serat tekstil plastiknya akan terlarut dalam air, pemakaian mesin cuci dan detergen yang kuat mempercepat proses rontoknya serat tekstil,” terangnya.