Kebenaran Soal Corona Diungkap Ilmuwan Pembelot China: 'Kecewa', Rela Mati Demi Keselamatan Dunia
Akhirnya kebenaran soal corona diungkap seorang ilmuwan yang rela membelot China demi keselamatan umat manusia di dunia dari Covid-19.
Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Sebuah kebenaran soal Corona baru-baru ini diungkap ilmuwan pembelot dari China.
Si Ilmuwan wanita ini mengaku kecewa dengan negaranya hingga akhirnya memutuskan hal tak terduga.
Sang ilmuwan pembelot China mengakui rela mati demi keselamatan dunia.
Dirinya mengutarakan keinginan untuk transparan soal pengalaman bekerjanya dalam penelitian di Lab yang diduga menyebarkan virus COVID-19 pertama kali.
Sebuah rahasia besar soal China yang terus berulang kali berusaha ditutupi Xin Jinping pun dikuak olehnya.
• WASPADA Virus Corona Menyebar-Menular Lewat Udara, Simak Peringatan WHO: Masuk ke Masker Lewat Celah
Dikutip dari Sosok.ID ( Grup TribunJatim.com ) teori kesengajaan China menyebarkan virus Covid-19 ke seluruh penjuru dunia semakin kuat.
Teori-terori tentang adanya kesengajaan China dalam upaya menyebarkan penyakit Covid-19 terus bertebaran.
Negeri Paman Sam bahkan sempat meminta Tiongkok membayar kerugian yang dialami negaranya.
Setelah berbagai tuduhan mulai mereda, kini muncul kabar adanya ilmuan China yang membelot dan lari ke Amerika.
• Skandal Ibu Guru SD Hamil Akibat Tiduri Muridnya, Kisah Rumit Pernah Viral, Ending Kematian Haru
Sosok Sang Ilmuwan Pembelot China
Melansir Daily Star via Sosok.ID, ia adalah Dr Li-Meng Yan, yang bekerja di Sekolah Kesehatan Masyarakat Hong Kong.
Li-Meng Yan, yang berspesialisasi dalam virologi dan imunologi meninggalkan China pada 28 April 2020 lalu.
Ia juga meninggalkan semua orang yang dicintainya.
Yan paham betul tentang risikonya membelot dari China.

Karena ia bisa sewaktu-waktu dijebloskan ke penjara, dihilangkan, atau bahkan dibunuh.
Namun ia tetap bersikukuh membongkar kebenaran yang disembunyikan Xi Jinping dan anak buahnya.
Yan mengatakan kepada Fox News bahwa pemerintah China tahu tentang wabah itu jauh sebelum dipublikasikan, dan bahwa atasannya sengaja mengabaikan penelitian yang dia lakukan pada awal pandemi.
Yan, yang sekarang bersembunyi, berkata: "Alasan saya datang ke AS adalah karena saya menyampaikan pesan kebenaran COVID."
• Akhirnya Ada Senjata Ampuh Lawan Corona, Apa Itu Dexamethasone? Indonesia Juga Mudah Mendapatkannya
Rahasia Besar Laboraturium Terungkap
Tempat kerja Yan digolongkan sebagai laboratorium rujukan Organisasi Kesehatan Dunia.
Ilmuwan Yan juga mengklaim bahwa ia adalah salah satu ilmuwan pertama yang ditugasi mempelajari kasus mirip SARS yang muncul di Tiongkok pada akhir 2019 itu.
Rekannya di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di china memberi tahunya pada tanggal 31 Desember 2019 lalu tentang adanya kemungkinan penularan virus corona dari manusia ke manusia.

Namun saat itu bosnya "hanya mengangguk" dan menyuruhnya tetap bekerja.
“Ada banyak, banyak pasien yang tidak mendapatkan perawatan tepat waktu dan diagnosis tepat waktu.
"Dokter rumah sakit takut, tetapi mereka tidak bisa bicara. Staf CDC takut," kata Yan.

Rela Mati Karena Kecewa dan Ingin Dunia Selamat
Ketika dia memutuskan untuk berbicara, Yan mendapati hidupnya ternyata dalam bahaya.
Dia membagikan beberapa teorinya dengan seorang blogger Hong Kong yang berbasis di AS, yang mengatakan bahwa dia perlu pindah ke AS.
Yan memohon kepada suaminya untuk pergi bersamanya tetapi ia tidak mau.
• Bocor Bukti Corona Tersebar di China Sejak Agustus 2019, Riset Ahli Mengejutkan, Sebelum di Wuhan?
Yan menyebut sang suami kecewa dengan keputusannya dan menyalahkannya.
Sebab membelot berarti membahayakan seluruh nyawa keluarga.
"Dia benar-benar kecewa. Dia menyalahkan saya, mencoba merusak kepercayaan diri saya, dia mengatakan mereka akan membunuh kita semua," ungkap Yan.
Setelah tiba di AS, FBI diduga menyelidiki Yan dan mewawancarainya berjam-jam.

Pemerintah China juga menyerbu kampung halamannya di Qingdao, menggeledah apartemennya dan menanyai orangtuanya, klaim Yan.
Universitas Hong Kong menurunkan halamannya dan tampaknya mencabut akses ke portal dan email online milik Yan.
Tempat kerja Yan mengatakan kepada Fox News dalam sebuah pernyataan: “Dr Li-Meng Yan tidak lagi menjadi anggota staf Universitas.
"Karena menghormati karyawan kami yang sekarang dan yang sudah keluar, kami tidak mengungkapkan informasi pribadi tentang dia. Terima kasih atas pemahamannya."
• Mengapa Surabaya Berpotensi Seperti Wuhan? Gugus Covid-19 Sebut Tak Main-main, ini Perintah Menkes
Dibantah Pihak China di AS
Sementara itu, Kedutaan Besar China di AS menambahkan: "Kami belum pernah mendengar tentang orang ini.
"Pemerintah China telah merespons COVID-19 dengan cepat dan efektif sejak wabahnya.
“Semua upayanya telah didokumentasikan dengan jelas dalam buku putih 'Fighting COVID-19: China in Action' dengan transparansi penuh. Fakta menunjukkan semuanya."

Jadi siapa yang sebenarnya berbohong?
Artikel di atas telah tayang di Sosok.ID dalam judul Mati pun Tak Apa, Ilmuwan Pembelot China Korek Borok Tiongkok di Amerika, Ungkap Kebenaran Corona