Virus Corona di Jawa Timur
Zona Oranye dan Zona Kuning Jatim Boleh Uji Coba Sekolah Tatap Muka, Per Daerah Hanya 3 Sekolah
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa perbolehkan zona oranye dan zona kuning coba pembelajaran tatap muka. Per daerah hanya 3 sekolah.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Hefty Suud
Di sisi lain, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wahid Wahyudi mengatakan bahwa siswa dalam uji coba pembelajaran tatap muka dilakukan sesuai syarat dibolehkan oleh orang tuanya.
Selain itu pembelajaran di kelas tidak dilakukan secara penuh. Per hari siswa hanya melakukan belajar tatap muka di sekolah selama tiga jam per harinya.
“Jadi tidak penuh jam belajarnya. Hanya empat jam pelajaran per hari. Per jam pelajaran itu hanya 45 menit. Sehingga kalau siswa masuk pukul 07.00 WIB, maka pukul 10.00 WIB sudah pulang,” tegas Wahid.
Tidak hanya itu, Wahid menegaskan bahwa selama masa uji coba pembelajaran tatap muka setiap siswa diwajibkan untuk membawa bekal makanan dari rumah.
Karena meski sekola dibuka untuk uji coba belajar tatap muka, namun dipastikan bahwa kantinnya masih tutup. Sehingga risiko terjadinya penularan di kantin sekolah bisa dihindari.
Selain itu sekolah harus melakukan koordinasi dengan Satgas Covid-19 Provinsi Jatim bahwa siswa yang masuk uji cona sudah dapat persetujuan dari para orang tuanya. Begitu juga sekolahnya juga harus mendapatkan persetujuan dari satgas.
Lebih lanjut Wahid menegaskan karena belajar tatap muka hanya dilakukan untuk kapasitas yang sangat minimal, maka sekolah tetap harus ekstra kerja keras dengan tetap menyediakan fasilitas pembelajaran jarak jauh atau online. Sehingga dua metode pembelajaran masih dilakukan yaitu baik daring maupun tatap muka.
“Kepala cabang dinas terus memantau untuk melaksanakan protokol kesehatan. Dan setelah uji coba dilakukan selama dua pekan maka akhir bulan Agustus kita akan melakukan evaluasi Apakah uji coba ini berjalan dengan baik. Kalau hasilnya baik maka awal September akan ditingkatkan disesuaikan dengan kondisi, setiap daerah bisa berubah, maka pembalajaran ini fleksibel,” kata Wahid.
Penulis: Fatimatuz Zahroh
Editor: Heftys Suud