Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Citizen Journalism

Kisah 'Hijrah' I Gede Swadaya, Preman Sakti di Kuta, Hidayah 'Dengar Adzan', Jadi Peruqyah: Ikhlas

Ia asli Lombok, NTB. Merantau ke Bali pada 1997 berbekal beragam kesaktian, mulai kebal bacok, hingga anti bengep, ia dapatkan dari dukun di daerahnya

Editor: Sudarma Adi
ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM
I Gede Swadiaya alias Muhammad Khairuddin 

TRIBUNJATIM.COM, BALI - “Saat itu, Ustad Yusuf salat, saya di sebelahnya minum Red Label. Dalam kondisi mabuk, saya mendengar lantunan bismillahirrohmanirrohim, kok hati saya tergetar bahagia. Dua puluh tahun saya mencari ustad muda dari Bangkalan Madura ini. Namun, sampai detik ini belum ketemu. Rindu dan ingin berterimakasih,” ujar Bli I Gede Swadiaya alias Muhammad Khairuddin, Sabtu (22/8/2020) di Pantai Pamuteran, Bali.

Udara Pantai Pamuteran Buleleng sangat bersahabat sore itu.

Matahari tampak malu mengintip di balik selarik awan yang menggaris indah.

Menikahi Konglomerat Mualaf Asal Korsel, Artis Cantik Tinggal di Apartemen Mewah, Intip Dapurnya

Sosok Mualaf Koh Steven, Orang Kaya yang Sumbang Miliaran Rupiah saat Corona: Harta Hanya Titipan

Sementara, angin berembus lembut, ditingkahi ombak bergulung ringan dengan deburan lelahnya saat mencapai bibir pantai.

Di depan pura kecil itu, saya dan Moh Khoiruddin meriung dengan sejumlah peruqyah aswaja.

Sosoknya tegas namun ramah. Sorot matanya tajam, narasi-narasinya lugas terukur. Tangannya terlihat masih kekar berurat.

Tato tiga naga, mengukir di tubuhnya.

Ia mengawali ceritanya mengenal islam. Lalu melompat pada jejak jejak hidupnya pada 1999 silam.

Ia asli Lombok, NTB. Merantau ke Bali pada 1997 dengan berbekal beragam kesaktian, mulai kebal bacok, hingga anti bengep, ia dapatkan dari dukun dukun di daerahnya.

“Tahun 1997, saya sampai di Bali,” ia mengisahkan.

Pertarungan demi pertarungan ia lakoni di kerasnya kehidupan kota besar untuk mencari nama dan ‘mengibarkan bendera’.

Hingga ia menjadi bartender di hotel bintang lima di Kuta, Bali.

Beragam jenis miras, ia rasakan. Maklum, ahli peracik miras yang levelnya bisa diadu.

“Saya waktu itu, tiada hari tanpa mabuk,” ucapnya.

Sadisnya, berkutat di dunia gemerlap, ia pun nyaris tiap hari berhubungan seksual dengan beragam wanita. Baik dari dalam dan luar negeri. Ini juga menjadi bagian dari ritual kesaktiannya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved