Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kekeringan di Trenggalek Mundur pada Tahun Ini, Baru Dua Desa Ajukan Bantuan Air Bersih

Kekeringan saat musim kemarau di Kabupaten Trenggalek mundur pada tahun ini.Untuk tahun ini, belum ada laporan kekeringan hingga awal September.

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM/AFLAHUL ABIDIN
Warga Desa Mlinjon, Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek membawa air dari salah satu sumber mata air. Pemandangan semacam ini lumrah terjadi saat musim kemarau. 

TRIBUNTRENGGALEK.COM, TRENGGALEK - Kekeringan saat musim kemarau di Kabupaten Trenggalek mundur pada tahun ini.

Dalam dua tahun terkahir, kekeringan sudah terjadi antara bulan Juli hingga Agustus. Untuk tahun ini, belum ada laporan kekeringan yang signifikan hingga awal September.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek menyebut, baru ada dua desa yang mengirim surat pengajuan bantuan air bersih. Yakni Desa Banjar, Kecamatan Panggul dan Desa Gador, Kecamatan Durenan.

RSUD dr Soedomo Trenggalek Berencana Naik Kelas, Manajemen Tambah Jumlah Dokter Spesialis

Basarnas Mengevakusi Jenazah di Pantai Coro Tulungagung, Diduga Nelayan Trenggalek

"Mengajukan tanggal 27 Agustus kemarin. Ini kami lakukan monitoring dan evaluasi. Apa sudah sangat mendesak atau belum," kata Sekretaris BPBD Trenggalek Tri Puspita Sari, Kamis (3/8/2020).

Apabila tim BPBD masih menemukan sumber air atau sumur yang masih bisa dimanfaatkan secara masif, pengiriman air belum akan dilakukan.

"Sambil kami melakukan kajian untuk pengajuan surat keputusan siaga dalurat kekeringan," tutur Pipit, sapaan akrabnya.

Pipit menyebut, mundurnya waktu kekeringan di Trenggalek dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab. Seperti dampak penghijauan yang masih dalam beberapa tahun terakhir di daerah sekitar sumber air atau yang mengandung debit air tinggi.

"Bisa juga siklus musim yang mengalami perubahan. Karena kami yang tidak bisa memprediksi," tutur dia.

Di awal tahun, BPBD sempat memprediksi kekeringan terjadi mulai Agustus. Prediksi itu ditinjau juga dari prakiraan awal musim kemarau dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyebut Trenggalek sudah masuk kekeringan.

"Tapi di Trenggalek kadang-kadang masih hujan meski insensitasnya rendah," ucap dia.

BPBD berharap, musim kemarau tahun ini tak berdampak pada kekeringan yang ekstrem seperti tahun lalu.

Tahun 2019 menjadi puncak kekeringan terparah di Trenggalek dengan lebih dari 60 desa kering. Pada tahun lalu juga, sebaran kekeringan merata di seluruh kecamatan.

"Semoga tahun ini tidak ekstrem seperti tahun kemarin," harap Pipit.

Sebagai antisipasi, BPBD Trenggalek memprediksi awal kekeringan bakal terjadi di 15 desa yang tersebar di tujuh kecamatan.

Yakni Desa Besuki, Karangtengan, Terbis, Ngrencak, dan Banjar di Kecamatan Panggul; Bogoran dan Timahan di Kecamatan Kampak.
Desa Ngembel dan Watuagung di Kecamatan Watulimo, Petung dan Cakul di Kecamatan Dongko.

Serta Jatiperahu di KEcamatan Karangan dan Depok di Kecamatan Bendungan.

"Pemetaan berdasarkan seringnya mengalami kekeringan dalam tiga tahun terkhir dan waktu terdampak yang lama. Dan awal dari permintaan kekeringan berdasarkan monev kami di lokasi," ucapnya.

Sebagai langkah antisipasi, BPBD mengimbau kepada tim reaksi cepat dan relawan di lapangan untuk pendataan sumber atau sumur yang bisa dimanfaatkan di musim kekeringan.

"Dengan koordinasi pada pemerintah kecamatan/desa setempat, kami siapkan sarana prasarana seperti tanki air dan tandon air di desa untuk dibersihkan serta terpal utk pembuatan tandon darurat," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved