Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Perjalan Hidup Pelipat Kantong Plastik di Gresik Jadi Tulang Punggung Keluarga

Seorang ibu rumah tangga di Gresik berjuang sebagai tulang punggung keluarga di tengah pandemi Covid-19.

Penulis: Willy Abraham | Editor: Yoni Iskandar
Willy Abraham/Tribunjatim
Yayuk Ernawati saat melipat kantong plastik di rumahnya Desa Bambe, Kecamatan Driyorejo. 

TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Seorang ibu rumah tangga di Gresik berjuang sebagai tulang punggung keluarga di tengah pandemi Covid-19.

Yayuk Ernawati, wanita berusia 47 tahun ini setiap harinya berjibaku dengan tumpukan kantong plastik di dalam rumah untuk dilipat.

Warga Desa Bambe, Kecamatan Driyorejo ini sejak pandemi virus Corona atau Covid-19 melanda, keluarganya langsung terdampak secara ekonomi. Suaminya, Agus Sarjiato (47) terpaksa tidak diperpanjang kontraknya dari tempatnya bekerja di sebuah pabrik kayu.

Yayuk yang awalnya seorang ibu rumah tangga, merawat anak perempuan dan ibunya Suparti (74) di rumah. Langsung banting setir menerima ajakan tetangganya sebagai pelipat kantong plastik.

"Perhari sekarang satu glangsing dihargai Rp 10 ribu. Dapat tiga glangsing sehari itu saja sudah bagus," terangnya kepada TribunJatim.com.

Viral Video Sekelompok Mahasiswa Kuliah di Mall, Sengaja Sindir Pemerintah: Mall Buka, Sekolah Tutup

Merinding Suara Aneh Perempuan Tertawa Iringi Pemakaman Protokol Covid-19 di Mojokerto

Daftar Harga Mobil Bekas yang Dilelang di Balai Lelang, Toyoto Avanza Keluaran 2018 Rp Rp 92 Jutaan

Setiap hari, tidak kurang ratusan bungkus kantong plastik numpuk di rumahnya. Ia sejak pagi hingga malam melipat kantong plastik itu.

Kemudian dikumpulkan dalam satu glangsing. Tenaganya hanya mampu menyelesaikan dua glangsing saja dalam sehari.

"Kalau bisa dikirim ya dapat Rp 20 ribu perhari. Cukup kalau buat makan saja, kadang uangnya buat merawat ibu yang sakit. Buat beli popok tiga hari sekali kadang dicukup-cukupi," tandasnya kepada TribunJatim.com.

Yayuk, membagi waktu dari pekerjaanya melipat kertas dengan merawat ibunya yang tergolek lemas di kamar. Sesekali ia bopong ke ruang tamu agar ibunya merasa tidak bosan.

Kursi plastik diletakkan di samping ibunya yang sedang sakit sejak lama. Di atas kursi itu, terdapat obat-obatan milik ibunya dan sejumlah peralatan lainnya.

Ia dan suaminya ternyata tidak tercatat dalam menerima bantuan tunai milik pemerintah entah itu bantuan langsung tunai (BLT) atau jaring pengaman sosial (JPS).

"Katanya usia saya dan suami masih produktif jadi tidak tercatat menerima bantuan. Akhirnya ibu yang dicatat dan nerima bantuan atas nama ibu," tambah Yayuk.

Kini, Yayuk masih menjadi tulang punggung keluarganya. Terkadang suami dan anaknya ikut membantu melipat kantong plastik untuk menyambung hidup agar dapur tetap mengepul. (wil/Tribunjatim.com)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved