Tri Rismaharini Pernah Marahi Demonstran Omnibus Law, Lihat 5 Momen Kemarahan Sang Wali Kota
Wali Kota Risma, atau Tri Rismaharini memang dikenal publik sebagai sosok yang fenomenal.
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Wali Kota Risma, atau Tri Rismaharini memang dikenal publik sebagai sosok yang fenomenal.
Sebab, di bawah kepemimpinan Tri Rismaharini, Surabaya berhasil meraih banyak penghargaan.
Penghargaan tersebut mulai dari tingkat nasional hingga internasional.
Oleh karena itu, tidak heran Wali Kota Risma begitu melekat di hati masyarakat Surabaya.
Tri Rismaharini ini memang dikenal sebagai sosok pekerja keras demi Kota Surabaya.
Sehingga tidak heran saat melihat Tri Rismaharini turun langsung ke lapangan untuk bekerja.
Baca juga: Wali Kota Risma Minta Jaga Kondusifitas dan Kemanan Surabaya: Harus Menjadi Perhatian Bersama
Mulai dari mengatur jalan, menyirami taman kota, ikut memadamkan kebakaran, hingga terlihat begitu emosional atau marah pada saat-saat tertentu.
Khusus untuk momen kemarahan, Wali Kota Risma memang tercatat beberapa kali marah.
Bahkan, pada saat adanya demonstrasi penolakan Omnibus Law atau UU Cipta Kerja di Surabaya, Kamis (8/10/2020) lalu, Risma juga terlihat marah.
Saat itu Tri Rismaharini marah kepada seorang demonstran karena dianggap merusak fasilitas umum di Surabaya.
Berikut ini adalah sejumlah momen kemarahan Tri Rismaharini.
1. Memarahi anak buah
Wali Kota Risma pernah terlihat memarahi anak buahnya.
Saat itu, Tri Rismaharini marah di Kantor Dispendukcapil Surabaya pada tahun 2016 lalu
Seperti yang dikutip dari Kompas.com, 20 September 2016 lalu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengamuk di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surabaya.
Wali kota yang akrab disapa Risma ini marah besar karena melihat pelayanan pembuatan KTP elektronik (e-KTP) terkesan lamban yang mengakibatkan antrean warga menumpuk. Selain itu, Risma juga seperti melihat warga harus bolak-balik mengurus KTP.
Risma saat itu sedang bekeliling ke berbagai sudut kota Surabaya untuk melihat keadaan warga dan memantau pelayanan anak buahnya kepada warga.
Dia sendiri ditemani jurnalis Kompas TV, Aiman Witjaksono yang memandu acara "AIMAN" dengan tema "Jakarta, Surabaya, dan Rahasia Risma". Aksi Risma mengamuk tayang di program AIMAN, Selasa (20/9/2016) malam lalu.
Di sela pemantauan itu, Risma pun mengecek pelayanan pengurusan e-KTP di Disdukcapil Surabaya. Dia kemudian memeriksa komputer pembuatan e-KTP yang tampaknya bermasalah.
Namun di saat ada masalah itu, Risma melihat para pegawainya malah terlihat diam. Risma pun marah besar dan memanggil kepala Disdukcapil untuk menanyakan pejabat teknologi informasi atau IT.
"Panggil ahli IT. Masa kerja pakai software begini, nggak profesional. Kamu ngerti nggak," bentak Risma.
Di hadapan anak buahnya, Risma menyebutkan bahwa dengan pelayanan seperti ini berarti mereka telah berbuat dosa kepada rakyat. Warga dibiarkan bolak-balik mengurus e-KTP, padahal pembuatannya sudah memakai teknologi yang semestinya efisien dan cepat.
"Kalau ada bapak-bapak wira-wiri di jalan urus KTP, terus (alami) kecelakaan, kamu berdosa," kata Risma sambil tangannya menunjuk anak buahnya.
Dimarahi Risma, kepala Disdukcapil dan para stafnya hanya menunduk. Risma pun meminta mereka untuk memperbaiki pelayanan kepada warga.
2. Marah Taman Bungkul rusak
Kemarahan Tri Rismaharini lainnya adalah saat Taman Bungkul rusak karena ada pembagian es krim gratis tahun 2014 lalu.
Dilansir dari Kompas.com, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membubarkan acara bagi-bagi es krim gratis di Taman Bungkul Surabaya, Minggu (11/5/2014) lalu.
Risma geram karena pembagian es krim itu tidak beraturan sehingga merusak banyak tanaman di Taman Bungkul.
Bahkan, wali kota perempuan pertama di Surabaya itu mengancam akan melaporkan perusahaan es krim penyelenggara acara tersebut ke polisi dengan tuduhan perusakan.
"Ibu Wali Kota sempat marah dan mendatangi panitia di lokasi acara, lalu memerintahkan Dinas Pertamanan untuk membubarkan acara itu," kata Muhammad Fikser yang saat itu menjabat Kabag Humas Pemkot Muhammad Surabaya, saat dikonfirmasi.
3. Marah soal mobil lab PCR
Saat pandemi Covid-19, Wali Kota Risma pernah marah.
Kala itu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, tiba-tiba naik pitam begitu mengetahui mobil laboratorium PCR bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tidak dapat digunakan oleh Pemkot Surabaya .
Padahal, menurut Tri Rismaharini, dirinya yang secara langsung melakukan komunikasi dengan BNPB pusat agar diberikan bantuan untuk penanganan virus Corona atau Covid-19 di Surabaya.
Dia tak bisa menyembunyikan kegeramannya begitu mengetahui mobil PCR itu dilempar ke daerah lain di Jawa Timur.
Seharusnya dua unit mobil itu dapat dimaksimalkan oleh Pemkot Surabaya untuk melakukan tes swab kepada warganya.
Dia tampak menelepon seseorang untuk memastikan kabar tersebut.
Suaranya meninggi, Tri Rismaharini memang terlihat sangat geram.
"Kasihan pasien yang sudah menunggu," kata Tri Rismaharini, Jumat (29/5/2020) lalu.
Menurut Tri Rismaharini, pihaknya sangat menyesalkan dua unit mobil dari BNPB pusat itu tidak dapat beroperasi di Surabaya.
Padahal, Tri Rismaharini mengaku mendapatkan konfirmasi langsung dari BNPB terkait dua mobil tersebut yang prioritasnya untuk Surabaya.
Apalagi, kata Tri Rismaharini, Pemkot Surabaya saat ini tengah berkejaran dengan waktu untuk segera dapat memutus rantai penyebaran virus Corona.
Sebelumnya, begitu dapat konfirmasi dari BNPB, Tri Rismaharini mengaku telah menyiapkan berbagai titik untuk melakukan tes swab.
Tri Rismaharini bahkan menunjukkan potongan percakapan pribadinya pada saat meminta bantuan mobil tersebut kepada BNPB pusat.
Dalam percakapan WhatsApp tersebut, Tri Rismaharini sudah meminta bantuan agar Surabaya mendapatkan bantuan mobil tersebut sejak beberapa waktu lalu.
Namun dia menyayangkan, mobil yang seharusnya dapat dimaksimalkan di Surabaya malah tidak bisa, lantaran digunakan di daerah lain.
4.Ngamuk ke pengedar sabu
Tri Rismaharini juga pernah ngamuk ke pengedar sabu.
Peristiwa itu terjadi pada pertengahan Juni 2020 lalu.
Saat itu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tiba-tiba mengamuk di depan salah seorang pengedar sabu yang ditunjukkan Polrestabes Surabaya.
Risma kemudian memghampiri tersangka perempuan yang menyelundupkan 7 kilogram sabu dari jaringan asal Malaysia.
"Bayangno lek kenek adikmu. Mbakmu. Keluargamu. Yak opo. Hah!," bentak Risma kepada salah seorang tersangka itu.
Sorot tajam mata Risma membuat tersangka perempuan itu keder. Bahkan saat diminta menatap balik Walikota Surabaya itu, si tersangka hanya bisa tertunduk lesu.
"Bayangno maneh heh. Iku (narkoba) lek sampe kenek anakmu, mbakmu, keluargamu. Gelem dikei ngono?," lanjutnya.
Sementara itu, polisi menegaskan tak akan lembek terhadap penanganan peredaran narkotika di Surabaya.
"Kami tidak akan segan. Melihat besarnya barang bukti narkotika yang disita di Surabaya menandakan semua aspek harus satu visi tabuh genderang perang terhadap narkoba. Kalau ada yang melawan kami akan lakukan tindak tegas terukur," kata Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Jhony Eddison Isir, Kamis (18/6/2020) lalu.
Sebelumnya, Polisi memusnahkan 145 Kilogram sabu ke dalam mesin incinerator. Tak hanya sabu, 22.191 butir pil ekstasi, 4.280 butir pil happy five, 36 butir pil xanax dan 6,5 juta butir pil koplo.
Pemusnahan barang bukti itu dilakukan setelah Polrestabes Surabaya bersama Polsek Jajaran melakukan penangkapan terhadap 739 tersangka berbagai jaringan baik kelas kakap hingga kelas teri periode Desember 2019 hingga Juni 2020.
5. Marahi demonstran
Momen kemarahan Tri Rismaharini lainnya adalah saat terjadinya demo penolakan UU Cipta Kerja atau Omnibus Law 8 Oktober 2020 lalu.
Saat itu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tak dapat menyembunyikan amarahnya lantaran berbagai fasilitas publik rusak.
Hal itu terjadi usai kericuhan dalam demo tolak UU Cipta Kerja Omnibus Law, Kamis (8/10/2020) lalu.
Geramnya Wali Kota Risma itu lantaran yang merusak itu diketahui merupakan warga luar kota.
"Aku belain wargaku setengah mati kenapa kamu ke sini. Kamu tega sekali. Aku bangun kota ini setengah mati tahu," kata Risma geram.
Risma memarahi sendiri tepat di depan pemuda yang diamankan polisi lantaran dianggap provokator.
Pemuda itu memang mengaku jika dia bukan warga Surabaya.
Saat marah, suara Risma terdengar parau. Dia seolah menahan tangis bercampur emosi.
Wali Kota Risma berulang kali mengatakan, jika fasilitas publik itu dia bangun untuk warganya.
"Kenapa kamu hancurin, tega sekali kamu," ujar Risma geram.
Wali Kota perempuan pertama di Surabaya itu juga sempat memarahi orang yang dia temui.
Risma meminta agar tak ada yang bakar-bakar fasilitas lagi.
Aksi massa yang menolak Omnibus Law itu memang sempat menimbulkan kericuhan.
Suasana aksi yang berlangsung di depan Gedung Negara Grahadi itu sempat mencekam.
Imbas kericuhan tersebut, memang beberapa fasilitas publik, terutama di area Jalan Gubernur Suryo rusak.
Mulai dari barrier yang dibakar, hingga Taman Apsari yang beberapa fasilitasnya rusak.