Perjalanan Konflik Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, Kini Dibuka Kembali, Bermula dari Runtuhnya Patung
Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban kini dibuka kembali, berikut perjalanan konflik kepengerusannya, bermula dari runtuhnya patung.
TRIBUNJATIM.COM - Polemik Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) atau Kelenteng Kwan Sing Bio di Tuban, Jawa Timur, telah usai.
Kelenteng terbesar se-Asia tenggara ini ditutup sekitar 3 bulan lalu, tepatnya 28 Juli 2020, setelah terjadi konflik kepengurusan.
Sekarang, Kelenteng Kwan Sing Bio telah dibuka secara resmi pada Minggu, 25 Oktober 2020.
Berikut perjalanan konflik Kelenteng Kwan Sing Bio yang dirangkum TribunJatim.com.

Konflik kepengurusan Kelenteng Kwan Sing Bio diawali saat Patung Dewa Kong Co roboh.
Patung dewa setinggi 30 meter tersebut menjadi perbincangan setelah runtuh, Kamis (16/4/2020), sekitar pukul 10.00 WIB.
Kabid Perizinan Dinas Penanaman Modal, PTSP, dan Tenaga Kerja Kabupaten Tuban, Judhi Tresna mengatakan, pendirian patung Kong Co Kwan Sing Tee Koen bermasalah.
"Belum ada izin pembangunan," kata Judhi dikonfirmasi terkait perizinan patung, Jumat (17/4/2020).
Dia menjelaskan, patung jenderal perang tersebut belum mengantongi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), meski sudah tegak berdiri.
Dari dulu selama pengajuan proses izin yang diperkirakan tahun 2015-2016, pihaknya selalu menolak memberikan lampu hijau perizinan.
Sebab, masalah kepengurusan Kelenteng Kwan Sing Bio masih belum beres pada saat itu.
"Kita kembalikan dokumen izinnya, karena kepengurusan bermasalah atau status quo," ujarnya.
Disinggung bagaimana jika patung akan didirikan kembali, Judhi menjawab jika semua proses perizinan harus sesuai dengan prosedur yang ada.
Namun lagi-lagi masalahnya yaitu legalitas kepengurusan kelenteng yang masih menjadi pertanyaan.
"Masalahnya sampai kini legalitas kepengurusan TITD Kwan Sing Bio belum beres."
"Jadi itu menjadi kendala untuk mengeluarkan IMB," pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban, Gunawan Putra Wirawan menyatakan, hingga kini belum terpikirkan untuk membangun kembali patung dewa setinggi 30 meter tersebut.
Sebab, untuk memutuskan membangun kembali patung Dewa Kong Co maka harus dikordinasikan dengan pengurus lainnya.
"Belum terpikir untuk membangun kembali patung Dewa Kong Co yang runtuh."
"Ini saya saja masih di rumah karena wabah Corona," ungkap Gunawan.
Sekadar diketahui, patung tersebut dibangun menghabiskan biaya Rp2,5 miliar yang berasal dari donatur Surabaya dan diresmikan oleh Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan, di tahun 2017.
Saat itu, akses masuk menuju lokasi masih ditutup oleh pengurus, terlihat gerbang masuk Kelenteng Kwan Sing Bio ditutup rapat dan dijaga oleh petugas keamanan.
Hingga pada Selasa (28/7/2020), pintu masuk Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, digembok.
Data yang dihimpun di lapangan, penggembokan terjadi di 3 pintu depan dan 1 pintu belakang.
Penggembokan dilakukan kelompok Tio Eng Bo, diperkirakan terjadi pada malam hari, namun baru diketahui paginya.
Penilik Demisioner TITD Kwan Sing Bio, Alim Sugiantoro mengatakan, ini sangat keterlaluan.
Menurutnya, sudah ada putusan sela dari pengadilan yang mengikat, tapi tidak dipatuhi.
Padahal di kelenteng ada 6 orang yang masih di dalam, bagaimana nasib mereka tidak bisa keluar?
Dari keterangan pekerja, ada yang melihat kelompok Tio Eng Bo di depan kelenteng dan bilang kepada pekerja jangan dibuka, kalau dibuka akan dipolisikan.
"Ini meresahkan umat, saya akan laporkan. Ingat saya penilik demisioner berhak melindungi kelenteng selama belum ada pengurus definitif."
"Tio Eng Bo tidak sah, tidak pernah ada panitia, pelantikan juga tidak ada," ucap Alim di lokasi.
Sementara itu, Kuasa Hukum Tio Eng Bo atau Mardjojo, Anam Warsito membenarkan soal penggembokan yang dilakukan pihaknya.
"Benar kita yang gembok, kita lakukan jam 9 malam lebih saat semua sudah keluar, jadi kita tunggu," kata Anam dikonfirmasi.
Dia menjelaskan, penggembokan ini merupakan rentetan karena pada Jumat (24/7/2020) lalu, pengurus yang diketuai Mardjojo mau sembahyang ke kelenteng sebagai ucapan rasa syukur terbentuknya kepengurusan 2019-2022.
Tapi Kelenteng Kwan Sing Bio ditutup, tidak boleh ada yang masuk.
Kemudian pihaknya musyawarah, hasilnya dari pada kelenteng tidak dibuat ibadah oleh umat, maka sekalian agar tidak digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak benar oleh pihak yang ada di dalam, akhirnya digembok.
"Padahal yang sah kami, kita gembok sampai batas waktu yang tidak ditentukan, kita lihat perkembangannya."
"Jika ada yang berani membuka gembok, akan kami laporkan ke pihak yang berwajib," pungkas Anam.

Akhirnya pada Minggu (25/10/2020), Kelenteng Kwan Sing Bio telah dibuka secara resmi.
Kelenteng terbesar se-Asia tenggara ini dibuka setelah ditutup sekitar 3 bulan lamanya, setelah terjadi konflik kepengurusan.
Pembukaan dilakukan dengan membuka pintu depan sisi barat yang tergembok dari luar maupun dalam, dilanjut pagar tengah.
Bahkan, terdapat rantai gembok yang sulit dibuka hingga akhirnya digerenda.
Namun, kini kelenteng yang menghadap laut ini telah dibuka melibatkan bos nasional yang berpengaruh.
Di antaranya Bos Maspion Grup, Alim Markus; Bos Kapal Api, Soedomo Mergonoto; dan Paulus Welly Affandi (Wefan).
"Ini tempat sembahyang harus dihormati, dari pada ribut-ribut juga tidak bagus. Jadi kita diundang ya kita buka," kata Alim Markus seusai pembukaan kelenteng.
Pria 69 tahun ini meminta, jangan sampai ada penggembokan lagi di rumah umat ibadah Konghucu, Buddha, dan Tao tersebut.
Dia berpesan agar umat tetap bersatu bangkit dan terus besar.
Bahkan, Alim Markus juga mengungkapkan kekagumannya atas kelenteng Kwan Sing Bio yang sangat besar.
"Bersatu jangan ada penutupan kelenteng lagi, kalau tidak kita yang menjaga, lalu siapa lagi?," pungkasnya didampingi bos Kapal Api dan Wefan kepada TribunJatim.com.
Sementara itu, Ketua Penilik Demisioner TITD Kwan Sing Bio Tuban, Alim Sugiantoro menyatakan, sangat gembira atas dibukanya kembali kelenteng.
Menurutnya, ketiga pengusaha nasional tersebut sangat peduli terkait kondisi kelenteng hingga ikut andil pada prosesi pembukaan.
"Sengketa menurut saya sudah tidak ada lagi, untuk selanjutnya tergantung peran 3 tokoh itu."
"Yang jelas saya senang dan menghormati peran dari Bos Maspion, Bos Kapal Api dan Wefan," tutup Alim.

(M Sudarsono)