Begini Perjuangan Drajat Irawan Dalam Upaya Bangkitkan Ekonomi Jatim di Tengah Pandemi Covid-19
Di Jawa Timur sendiri Pemprov Jatim yang dipimpin oleh Ibu Gubernur Khofifah Indar Parawansa telah membentuk Satuan Gugus Tugas (Satgas) penangan viru
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Yoni Iskandar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kehadiran virus Corona atau Covid-19 di Indonesia, telah banyak membuat pusing para pejabat diberbagai daerah.
Hal itu lantaran mereka yang sebagai pejabat di tahun 2020 ini, mau tidak mau memang harus bisa menangani dua permasalahan sekaligus yakni kesehatan dan ekonomi.
Di Jawa Timur sendiri Pemprov Jatim yang dipimpin oleh Ibu Gubernur Khofifah Indar Parawansa telah membentuk Satuan Gugus Tugas (Satgas) penangan virus Corona atau Covid-19 Jatim guna menangani hal itu, yang mana satgas bekerja dengan melibatkan semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD), seperti satu di antaranya adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag Jatim).
Peran Disperindag Jatim sangatlah vital guna menjaga kestabilan ekonomi Jawa Timur disaat masih adanya pandemi.
Tepat hari ini pun, Selasa (3/10/2020) Malam, Harian Surya secara eksklusif berkesempatan menanyai perihal tesebut kepada Kepala Disperindag Jatim, Drajat Irawan, dengan tema wawancara yang diusung adalah "Tokoh Penggerak Ubah Laku di Jawa Timur”.
Baca juga: Curhat Pilu Gadis Kulit Bersisik Jadi Bahan Candaan, Perjuangan 25 Tahun Hancur: Mereka Tak Mengerti
Baca juga: Karena Perempuan, Legenda Manchester United Ini Harus Kembali Berurusan dengan Kepolisian
Baca juga: Tragedi Istri Siri Habisi Nyawa Suami, Datang ke Polisi Laporkan Bunuh Diri, 1 Fakta Terkuak: Sakit
Ditanyai kondisi sebenarnya ekonomi Jatim ini seperti apa di masa virus Corona atau Covid-19, Drajat menjelaskan bahwa memang pandemi Covid-19 memberikan dampak yang cukup signifikan pada sektor ekonomi Jawa Timur.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur beberapa tahun terakhir selalu berada di atas angka 5 persen, namun pada Triwulan I-2020 hanya tumbuh 3,04 persen (y-on-y) dan selanjutnya pada Triwulan-II 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar minus 5,90 persen.
Secara kumulatif pada Semester-I 2020 pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tercatat sebesar minus 1,51 persen (c-to-c).
Pada Semester I-2020, PDRB Jawa Timur sebesar Rp. 1.136,86 Triliun.
Struktur perekonomian Jawa Timur pada semester I-2020 ditopang oleh tiga sektor utama, yaitu, sektor industri sebesar 30,41 persen, perdagangan sebesar 17,87 persen dan sektor pertanian sebesar 12,33 persen.
Ketiga sektor itu juga mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan semester I-2019, yaitu masing-masing sebesar 0,29 persen, 1,02 persen, dan 4,9 persen.
Pertumbuhan sektor industri mengalami penurunan yang signifikan dari 6,85 persen tahun 2019 menjadi minus 1,02 persen pada semester I-2020, namun demikian masih diatas nasional yang turun sebesar minus 2,10 persen.
Sementara pertumbuhan perdagangan turun dari 6,01 persen menjadi minus 4,90 persen pada semester I-2020.
Perdagangan Jawa Timur (minus 4,90 persen) mengalami penurunan yang lebih tajam dibandingkan nasional sebesar minus 3,04 persen.
Hal ini terlihat dari kinerja ekspor-impor non migas Jawa Timur pada periode Januari-September 2020, yang mana ekspor non-migas Jawa Timur sebesar USD 13,78 Milyar atau turun 5,16 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 14,53 Milyar.
Sementara nilai impor non-migas pada periode Januari-September 2020 sebesar USD 12,38 Milyar atau turun 11,32 persen dibandingkan nilai impor non-migas pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 13,96 Milyar.
Penurunan kinerja ekspor-impor berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, mengingat formulasi pertumbuhan ekonomi yang terdiri dari konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor-impor).
Kontraksi pertumbuhan ekonomi tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya konsumsi masyarakat, investasi, ekspor luar negeri, dan net ekspor antar daerah akibat menurunnya daya beli masyarakat dan penurunan permintaan eksternal seiring pembatasan aktivitas di negara mitra dagang utama Jawa Timur.
Tak hanya itu saja, bahkan gegara ada pandemi, minat dan daya beli masyarakat cenderung menurun selama pandemi.
Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya inflasi, bahkan cenderung deflasi. Selama tahun 2020 ini, terjadi deflasi pada Maret, April, Juli, dan September. Nilai inflasi tahunan juga rata-rata lebih rendah bila dibandingkan tahun 2019.
*Lalu upaya dan program yang menjadi andalan anda dalam menangani Covid-19 khususnya untuk bidang ekonomi, seperti pada sektor pelaku usaha, IKM, industri, dan lain-lain?*
"Pada sektor Industri, strategi yang dipakai kami dalam pemulihan ekonomi dampak Covid-19 diantaranya adalah penumbuhan wirasusaha baru di sektor industri dan bagi tenaga kerja yang di PHK, kemudahan akses pinjaman ke sektor perbankan khususnya bagi Industri Kecil Menengah yang difasilitasi melalui program Dana Bergulir sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 37 Tahun 2020 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bergulir Pemprov Jatim," jelas Drajat kepada Harian Surya, Selasa (3/11/20) Malam di Kantor Disperindag Jatim.
Selain itu, ada juga pengembangan dan peningkatan kualitas produksi baik di sektor industri kecil maupun di industri menengah (fasilitasi peningkatan produk dan daya saing).
Aktualisasi dari program itu diantaranya adalah bimtek pembuatan APD dan minuman herbal, hingga webinar peningkatan ekspor komoditi Jawa Timur.
Serta telah dilakukan juga pemulihan rantai pasok Industri, yakni dengan dukungan promosi baik di dalam maupun diluar negeri.
Sementara pada pemulihan ekonomi di sektor perdagangan dilakukan melaui beberapa strategi antara lain, stabilisasi harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok.
Yang mana, sebagai salah satu upaya memenuhi kebutuhan masyarakat, kata dia, Disperindag Prov.Jatim melalui Pasar Murah Online Mandiri (PAMOR) telah menjual bapok sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).
PAMOR dibentuk melalui kerja sama dengan produsen bapok melalui sistem titip jual.
Sehingga pelaksanaan PAMOR bersifat mandiri tanpa menggunakan APDB.
Teknis pelaksanaan PAMOR dengan mekanisme drop point dan drive through sehingga diharapkan mampu mengurangi kerumunan masyarakat yang ingin membeli bapok.
Menurutnya, penerapan dan pengawasan protokol kesehatan di sarana perdagangan wajib diterapkan.
Hal itu juga didukung pula sekaligus dengan program penguatan pasar dalam negeri, melalui Sosialisasi Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang diluncurkan oleh Bapak Presiden pada tanggal 14 Mei 2020.
Gerakan itu bertujuan untuk mendorong peningkatan penggunaan produk Jawa Timur untuk pengadaan barang di pemerintahan dan swasta.
Di Jatim sendiri melalui Disperindag Prov. Jatim, ditegaskan Drajat, sangat mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dengan menginiasi pembentukan Gerai BBI yang akan memfasilitasi produk unggulan Jawa Timur.
Gerai BBI nantinya akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu di kantor Disperindag Prov. Jatim dan kerja sama dengan salah satu sektor privat, serta ditambah pula dengan pelaksanaan misi dagang baik antar provinsi maupun dengan ITPC di luar negeri.
*Terobosan dan Kiatnya seperti apa yang dipakai anda sehingga upaya yang dilakukan oleh Disperindag Jatim ini bisa sesuai sasaran dan harapan, sehingga mampu meningkatkan ekonomi Jatim di masa pandemi Covid-19?*
Drajat mengatakan, peran Pemerintah dalam peningkatan ekonomi pada masa pandemi adalah melalui pembangunan jejaring antar pelaku usaha.
Halangan untuk bertemu secara offline disiasati dengan pelaksanaan kegiatan secara online.
Pada masa pandemi, Misi Dagang Online (MDO) merupakan terobosan dari Disperindag Prov. Jatim untuk tetap memberikan fasilitasi bagi pelaku usaha Jawa Timur dan Provinsi Mitra.
Disperindag Prov. Jatim juga telah melaksanakan Misi Dagang Hybrid yang menggabungkan antara offline dan online.
Sedangkan untuk mendorong perdagangan luar negeri maka dilakukan Busines Matching Online (BMO) secara intensif yang bertujuan untuk mempertemukan pelaku usaha asal Jawa Timur dengan calon buyer dari negara lain.
Kegiatan BMO dilaksanakan melalui kerja sama dengan ITPC dan KJRI di negara tujuan.
Sejauh ini telah dilaksanakan 3 kali BMO, diantaranya BMO dengan Los Angeles, AS
Diikuti oleh 18 pelaku usaha asal Jawa Timur dan 9 calon buyer dari AS, BMO dengan Hamburg, Jerman Diikuti oleh 3 pelaku usaha Jawa Timur dan 1 calon buyer dari Jerman dan BMO dengan Chennai, India
Diikuti oleh 20 pelaku usaha Jawa Timur dan 22 calon buyer dari India.
*Terkait upaya yang telah dilakukan itu, apa hasil yang telah dicapai*?
Drajat mengungkapkan, hasil Misi Dagang selama masa pandemi, yang mana adanya perubahan perilaku yang awalnya melakukan kegiatan secara offline menjadi online, termasuk transaksi melalui Misi Dagang Online (MDO).
MDO I yang dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2020 dengan Provinsi 4 Provinsi Mitra yaitu Provinsi NTT, Provinsi NTB, Provinsi Sulawesi Selatan, dan Provinsi Papua Barat, tercatat sukses meraih total nilai transaksi sebesar Rp 58,7 Milyar.
MDO II yang dilaksanakan pada bulan tangal 16 Juli 2020 dengan 5 Provinsi Mitra yaitu Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Gorontalo, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, dan Provinsi Kalimantan Timur, sukses meriah total nilai transaksi sebesar Rp. 75,3 Milyar.
Sedangkan MDO III yang dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2020 dengan 5 Provinsi Mitra yaitu Provinsi Bali, Provinsi NTT, Provinsi NTB, Provinsi DIY, dan Provinsi Jawa Tengah, dengan sukses meraih total nilai transaksi sebesar Rp. 22,8 Milyar.
Dan Misi Dagang (MD) Hybrid yang dilaksanakan secara hybrid di Dyandra Convention Center Surabaya pada tanggal 24 September 2020 dengan 3 Provinsi Mitra yaitu Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Maluku, sukses meraih transaksi total sebanyak Rp.168,22 Milyar.
Serta, MD Offline yang diilaksanakan di Kota Kupang, Provinsi NTT pada tanggal 26 Oktober 2020 dengan total nilai transaksi sebesar Rp.212,2 Milyar.
"Disamping itu juga, kami juga sekses menciptakan berbagai inovasi teknologi informasi meski kesemuanya masih dalam pengembangan, diantaranya Dashboard Produk Unggulan (DOLAN)-dalam pengembangan, Dashoboard Bahan Pangan (DAHAN)-dalam pengembangan," imbuhnya.
Sedangkan yang sudah resmi berjalan atau sudah tidak dalam pengembangan, ada Sistem Informasi Perlindungan Konsumen (SIPERMEN), Sistem Informasi Pasar Rakyat dan Toko Modern (SIPARTO), Chat boot WA pasar rakyat dan Sistem Informasi Perdagangan Internasional (SIPINTAR).
Pengawasan Penerapan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) yang diperoleh berbagai kawasan perindustrian yang di Jatim pun juga bisa menjadi bukti.
Kata dia, pemberlakuan IOMKI sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Menteri Perindustrian Nomor 7 Tahun 2020 adalah tentang Pedoman Pengajuan Permohonan Perijinan Pelaksanaan Industri dalam Masa Kedaruratan (IOMKI) dan Surat Edaran Menteri Perindustrian Nomor 8 Tahun 2020 tentang kewajiban pelaporan bagi pemilik IOMKI.
Adapun, berdasarkan data penerapan IOMKI di Jatim per 28 April 2020, kawasan Industri yang sudah mendapatkan IOMKI ada sebanyak 9 kawasan.
9 kawasan itu diantaranya terdiri dari SIER, PIER, SIEB, NIP, KIT, KIG, Maspion, Safe n Lock, JIIPE.
Sementara untuk Industri di Jatim yang sudah mendapatkan IOMKI sebanyak 2.022 industri tersebar di 34 kab/kota.
Persebaran Industri yang sudah mendapatkan IOMKI itu, dipaparkan Drajat, meliputi Kab. Sidoarjo sebanyak 542 perusahaan, Kota Surabaya sebanyak 386 perusahaan, Kab. Gresik sebanyak 524 perusahaan, sedangkan di Kab.Sampang belum ada yang mengajukan permohonan IOMKI.
"Sementara untuk data persebaran jenis industri di Jatim yang mengajukan permohonan IOMKI ada Industri Makanan sebanyak 347 perusahaan (17%)
Barang dari Karet dan Plastik sebanyak 243 perusahaan (12%) Bahan Kimia dan Barang dari Kimia sebanyak 219 perusahaan (11%)," pungkasnya.