Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Struktur Batu Bata Kuno Bondowoso Kemungkinan Terawetkan, Dindikbud: Warga Temukan Daun Terawetkan

Struktur batu bata merah kuno di Alas Sumur, Bondowoso, kemungkinan terawetkan, Dindikbud: warga temukan daun terawetkan lapisan vulkanis.

Penulis: Danendra Kusuma | Editor: Dwi Prastika
ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM
Tim BPCB Jawa Timur tengah melakukan proses ekskavasi awal di Desa Alas Sumur, Pujer, Bondowoso. Hasilnya, mereka menemukan batu bata merah kuno di titik 2 samping sumur lama, Jumat (18/12/2020). 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Danendra Kusuma

TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bondowoso (Dindikbud) Bondowoso bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur telah merampungkan proses ekskavasi awal atau penggalian di Desa Alas Sumur, Pujer, Bondowoso.

Hasilnya, pada titik galian 2 di samping sumur lama, tim menemukan struktur batu bata merah kuno 9 lapis pada kedalaman 5 meter.

Temuan batu bata merah di titik penggalian 2 serupa dengan batu bata merah kuno yang ditemukan di sumur baru dan lama.

Struktur batu bata merah kuno itu punya kemiripan ukuran panjang 30 cm, lebar 17 cm, dan ketebalan 5 cm.

Selain itu, teknik pembuatannya juga sama, yakni dengan cara gosok atau kosot.

Artinya, struktur batu bata merah kuno yang ditemukan di sumur baru diduga membentang sampai sumur lama, panjangnya sekitar 20 meter.

Dari hasil geolistrik Tim Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, struktur batu bata merah itu diperkirakan tak terputus sampai sumur lama saja.

Baca juga: Tim BPCB Jawa Timur Temukan Batu Bata Merah Kuno pada Proses Ekskavasi Awal di Bondowoso

Melainkan berlanjut hingga kebun sengon dengan total panjang 48 cm. Sedangkan perkiraan area sebaran arkeologis di Desa Alas Sumur mencapai 2,2 hektare.

Kasi Sejarah dan Kepurbakalaan Dindikbud Bondowoso, Heri Kusdaryanto mengatakan, struktur batu bata kuno merah itu diduga merupakan dinding pagar sebuah bangunan.

Bangunan yang dilindungi oleh dinding pagar hingga kini masih menjadi teka-teki. Sebab, perlu proses ekskavasi lanjutan untuk memastikannya.

"Struktur batu bata merah kuno tersebut diduga memanjang dan membentuk segi empat. Kemungkinan struktur ini bagian terluar dari bangunan entah itu taman petirtaan, tempat suci, atau permukiman, banyak kemungkinan," katanya kepada TribunJatim.com melalui sambungan telepon, Sabtu (19/12/2020).

Baca juga: Pengelola Gua Maria Pohsarang Kediri Akan Gelar Misa Natal Terbatas Hanya untuk Warga Sekitar

Heri Kusdaryanto menjelaskan, dalam naskah Kitab Negarakertagama, Raja keempat Majapahit, Hayam Wuruk pernah melakukan perjalanan ke ujung timur Pulau Jawa.

Pemimpin Majapahit pada 1350-1389 Masehi ini melakukan perjalanan dari Silobango, Jember menuju utara, yakni wilayah Dewarame, Dukun, dan Pakembangan.

Kemudian, raja yang membawa Majapahit berada di puncak kejayaan ini memutuskan bermalam di Pakembangan.

"Kemungkinan, wilayah Pakembangan yang dimaksud adalah Desa Alas Sumur. Dalam cerita, jalan yang dilalui Hayam Wuruk datar atau berada di cekungan antara Gunung Argopuro dan Raung," jelasnya.

Karena Hayam Wuruk bermalam, diprediksi terdapat permukiman kuno di Pakembangan.

Baca juga: Meski Berbahaya, Sedimentasi Lahar Panas Gunung Semeru Lumajang Jadi Tontonan Warga

Dugaan ada permukiman kuno yang terpendam dalam tanah Desa Alas Sumur menguat setelah ditemukan fragmen porselen kalsedon hijau berasal dari Dinasti Yuan antara abad ke 13-14.

Selain itu juga, fragmen porselen putih berasal dari Dinasti Yuan awal atau Dinasti Song akhir abad 12-13.

Porselen biasanya digunakan untuk hiasan rumah atau peralatan makan.

Fragmen porselen tersebut ditemukan warga Desa Alas Sumur, Abdul Ghani secara bersamaan dengan batu bata merah kuno saat menggali sumur baru di samping kanan rumah.

"Dari beberapa catatan, pada abad 14 atau tahun 1400an Gunung Raung meletus dan diduga megubur daerah Pakembangan. Wilayah tersebut pun hilang," ucapnya.

Baca juga: Sempat Dikira Tersandung Batu, Warga Bondowoso Kaget Temukan Koin Kuno Saat Menanam Cabai

Peristiwa hilangnya wilayah Pakembangan karena letusan Gunung Raung ini, tak pelak mengingatkan tim ekskavasi awal pada tragedi Pompeii, Italia.

Kota zaman Romawi Kuno tersebut hancur akibat letusan Gunung Vesuvius sekitar 79 Masehi. Bangunan beserta warga Pompeii terkubur abu vulkanik Gunung Vesuvius.

Puing-puing Kota Pompeii berhasil ditemukan setelah 1500-an tahun terkubur. Pada tahun 1748, Pompeii resmi digali.

Para arkeolog menemukan reruntuhan bangunan dan jasad masyarakat Pompeii yang terawetkan oleh gelombang panas piroklastik.

"Seandainya sama dengan di Pompeii, tentu sangat menarik. Sementara di beberapa tempat, warga Desa Alas Sumur menemukan daun dan ranting pohon yang terawetkan lapisan vulkanis saat menggali tanah. Berdasar itu, kemungkinan struktur di Alas Sumur juga terawetkan," pungkasnya.

Editor: Dwi Prastika

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved