Tawuran Remaja Tanggung di Surabaya Mulai Marak, Peran Orang Tua Jadi yang Paling Utama
Polrestabes Surabaya beberapa kali menangani kasus tawuran kelompok remaja tanggung yang diantaranya bahkan memakan korban jiwa
Penulis: Firman Rachmanudin | Editor: Januar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Polrestabes Surabaya beberapa kali menangani kasus tawuran kelompok remaja tanggung yang diantaranya bahkan memakan korban jiwa.
Seperti yang terjadi di Jalan Tembaan Surabaya, Jumat (27/11/2020) pagi lalu yang membuat seoranb pelajar berinisial MR (16) tewas.
Tak lama, lima orang pemuda yang terlibat dan terbukti melakukan pengeroyokan kepada MR ditangkap dan ditetapkan tersangka.
Baca juga: Hendak Mendahului Truk, Pengemudi Motor di LamonganTerpental dan Tewas di Lokasi
Lima remaja tanggung itu adalah, AYH (21) LRA (18), RDC (18), R dan I yang masih anak-anak.
Dua kelompok yang terlibat tawuran itu adalah, Allstar dan TGGG atau turunan KP Jawara.
Bukannya mereda, aksi tawuran di akhir tahun kembali terjadi.
Bahkan, para pelakunya salah sasaran usai membacok dua pemuda yang sedang menambal ban motor di Jalan Manyar pada Minggu (27/12/2020).
Polisi akhirnya menetapkan tiga orang tersangka yakni FTB (15), NFA (14), FI (15) yang terbukti dalam rekaman CCTV melakukan pembacokan kepada dua korban yang tidak dikenalnya hingga alami luka robek pada pergelangan tangan kanannya.
Selain membacok, para pelaku juga memukul dan menghantam korban dengan berbagai benda tumpul.
Dari ketiganya, terkuak motif pembacokan itu karena para tersangka yang merupakan kelompok geng All Best 217 tengah mencari keberadaan kelompok Geng HAH.
Tapi para pelaku salah sasaran dan melukai dua korban yang tak mengetahui apa-apa.
Terbaru, Unit Jatanras Satreskrim Polrsestabes Surabaya mengamankan tiga remaja tanggung yang mengibaskan celurit saat berkendara di Jalan Dinoyo Surabaya, Sabtu (2/1/2020) malam lalu.
Tiga pemuda dihentikan polisi berpakaian preman dan digeledah.
Hasilnya, selain sebilah celurit yang dikibaskan sambil berkendara ugal-ugalan, polisi juga menemukan sebilah pedang di balik pakaian salah satu pemuda.
Mereka masing-masing berinisial RS (15), FR (14) dan PH (16).
Sebelum itu, kejadian pengeroyokan terhadap seorang Satpol PP kota Surabaya juga terjadi di hari yang sama pada sorenya.
Kejadian pengeroyokan oleh remaja tanggung itu dilakukan di Traffic Light Dupak Surabaya hingga akibatkan korban bernama Sandy Prasetyo alami luka lebam dan helmnya pecah.
"Korban menegur gerombolan remaja yang diduga hendak tawuran. Namun tak terima ditegur, gerombolan pemuda itu langsung menghajar korban," terang Kapolsek Bubutan, AKP Bambang Prakoso, Selasa (4/1/2021) kemarin.
Satu dari sekian puluh pelaku berhasil ditangkap dan polisi masih terus melakukan pengembangan guna menangkap pelaku lainnya.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Oki Ahadian menyebutkan, polisi tidak akan beri ruang terhadap aksi-aksi premanisme meskipun menyangkut pelaku anak-anak di bawah umur.
"Kita tetap tindak tegas. Tidak ada ruang bagi aksi premanisme. Termasuk tawuran yang dapat mengganggu ketertiban bahkan sampai ada korban jiwa," tegasnya, Selasa (5/1/2021).
Terpisah, Wakapolrestabes Surabaya, AKBP Hartoyo mengatakan jika polisi terus berupaya optimal melakukan antisipasi pecahnya tawuran antar kelompok remaja di Surabaya.
Bahkan, patroli dilakukan bergilir dengan mengerahkan fungsi Sabhara, Reskrim dan polsek jajaran.
"Tentu sudah ada yang kami sisir. Secara patroli terbuka,berseragam atau secara tertutup. Pemetaan titik rawan seperti di surabaya Utara ada di Bubutan, Dupak, kemudian di Timur ada di wilayah Tambaksari, Sukolilo juga sudah kami antisipasi," kata Hartoyo.
Meski demikian, aksi tawuran tetap saja pecah, karena kelompok remaja tanggung ini kerap memilih lokasi secara pindah-pindah.
"Kucing-kucingan dengan kami. Prinsipnya akan terus kami patroli dan pantau melalui media sosial mereka," imbuhnya.
Tak dimungkiri, aksi tawuran kelompkk remaja tanggung itu hanya dipicu oleh eksistensi dan gengsi antar kelompok.
"Provokasinya melalui media sosial. Jadi saling menantang lewat medsos mereka masing-masing," lanjut Hartoyo.
Hartoyo menekankan, polisi tidak bisa bekerja sendiri tanpa bantuan dari masyarakat terutama peran orang tua.
"Orang tua menjadi yang paling utama perannya dalam tumbuh kembang anak-anak. Pengawasan dan pendidikan karakter dari keluarga adalah kunci sebelum anak-anak ini bersosialisasi dengan lingkungan luar. Kita beri arahan yang tepat agar anak-anak ini produktif. Bukan lantas orang tua menjadi cuek, hingga anak-anak ini hak-haknya tidak terpenuhi. Cari pelampiasan dengan cara yang salah," tandasnya.