Meninggal di Taksi Online, Pria Ditolak 10 RS Covid-19, Bukti Pandemi Makin Parah, Ada yang Ditutupi
Peristiwa meninggalnya seorang pria sesak napas gejala Covid-19 di taksi online baru terungkap, padahal peristiwa sudah terjadi beberapa bulan lalu.
Penulis: Ignatia | Editor: Sudarma Adi
Pada 29 Desember 2020, ketika jumlah pasien Covid-19 sudah 3.343 orang, Direktur RSUD Kota Depok Devi Maryori membenarkan bahwa instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit yang ia bawahi penuh.
Akibatnya, pasien mesti mengantre.
Baca juga: Kisah Relawan Pengubur Jenazah Pasien Covid-19 di Kediri, Sehari Pernah Makamkan 5 Jenazah Covid
Sepekan berselang, Novarita menyebut keterisian tempat tidur isolasi pasien Covid-19 mendekati 90 persen.
Sementara 56 ICU di 21 rumah sakit nyaris penuh seluruhnya.
Menindaklanjuti krisis ketersediaan tempat tidur isolasi dan ICU, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok mengundang beberapa direktur rumah sakit untuk duduk bareng.
“Kami identifikasi gedung yang mereka punya. Saat ini kita sedang berkoordinasi dengan rumah sakit terkait kemampuan penambahan tempat tidur isolasi dan juga untuk ICU,” kata Dadang Wihana, juru bicara satgas, pada Kamis (7/1/2021). “
Lalu, (memetakan) rumah sakit apa yang bisa dikerjakan, dari pemerintah kota apa yang bisa diintervensi.
Demikian pula kami akan mengusulkan kepada Provinsi dan Pusat terkait ventilator yang jadi kebutuhan kita.
Jumlahnya disesuaikan dengan sarana yang ada di rumah sakit.
Direktur rumah sakit mengkonkretkan jumlah ruangan yang digunakan untuk tempat tidur ICU,” jelasnya.

Saat ini, jumlah pasien Covid-19 di Depok sudah 4.204 orang, terbanyak selama 10 bulan pandemi melanda.
Kasus di Depok hanya sampel kecil dari situasi darurat yang sedang terjadi dalam skala nasional.
Tri Maharani, relawan tim BantuWargaLaporCovid19, menekankan bahwa situasi layanan kesehatan sudah genting.
“Tanda-tanda kolaps layanan kesehatan sebenarnya sudah terindikasi sejak bulan September 2020, yang kemudian mereda pada periode pemberlakuan PSBB di Jakarta," jelas Tri dalam keterangan itu.
"Menjelang pertengahan November 2020, saat pelaksanaan Pilkada serentak dan libur Nataru, memperburuk ketidakmampuan RS menampung pasien," tambahnya.
Baca juga: Detik-detik Pak Dusun Digrebek Warga Tiduri Istri Muda Beranak, Suami Pulang Demi Bukti: Sakit Hati