Imlek di Klenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung, Jelang Siang Baru 15 Umat Yang Sembahyang
Suasana semarak serba merah menghiasi Klenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung, Kamis (12/2/2021).
Penulis: David Yohanes | Editor: Yoni Iskandar
Saking banyaknya sumbangan lampion, saat itu hiasa lampu berwarna merah itu banyak dipasang di halaman dalam klenteng.
Saking indahnya, ratusan lampion itu menjadi lokasi swafoto warga saat malam hari.
Sementara sumbangan lilin ukuran besar bertambah, dari dua buah di tahun lalu kini menjadi empat buah.
"Benar-benar dalam suana prihatin semua. Pandemi membuat semu jadi sepi," keluh Jing Jing kepada TribunJatim.com.
Akibat pandemi pula, kunjungan umat yang sembahyang dalam satu tahun juga turun drastis.
Kondisi ini juga berpengaruh pada uang sumbangan umat, untuk gaji pekerja dan operasional klenteng.
Padahal ada delapan pekerja yang menjaga dan merawat klenteng.
"Ada sejumlah umat yang berkelebihan mau menyumbang untuk operasional. Padahal sebelumnya murni dari uang sumbangan sukarela umat yang datang sembahyang," ungkap Jing Jing.
Gagal Memulangkan Makco
Pandemi juga membuat pengurus Klenteng Tjoe Tik Kiong gagal menggelar ritual We Nang Jia.
Ritual ini diadakan setiap lima tahun sekali di Pulau Mezhou, Tiongkok.
Seharusnya ritual ini diadakan pada April 2020 lalu.
Sebanyak 33 pengurut klenteng asal Tulungagung berencana berangkat ke Tiongkok pada akhir Februari 2020.
Saat itu pemerintah mengeluarkan travel warning, karena Tiongkok mulai pandemi Covid-19.
We Nang Jiang adalah mengantar kepulangan Dewi Laut atau Makco ke Pulau Mezhou.
Makco adalah dewa utama di Klenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung.