Legenda Pantai Watu Maladong NTT dalam Busana Rancangan Desainer Muda Dewi Suciningtyas
Legenda Pantai Watu Maladong NTT dalam busana pengantin modern rancangan desainer muda Dewi Suciningtyas.
Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Dwi Prastika
Reporter: Christine Ayu | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Desainer muda Dewi Suciningtyas merancang busana pengantin modern dengan mengambil legenda Nusantara.
Kali ini ia mengaku terinspirasi dari Legenda Pantai Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Busana berwarna quetzal green tersebut terlihat anggun dengan detail flounce pada bagian belakang.
"Flounce ini memang menjadi poin utamanya, bisa dilepas-pasang. Flounce ini menggambarkan ombak di pantai tersebut," katanya kepada TribunJatim.com, Rabu (24/2/2021).
Selain flounce, Dewi juga menggambarkan penyu yang turut dikisahkan dalam legenda tersebut.
Ia membuatnya dengan cara manipulating menggunakan teknik lasercut dan stuffing.
"Saya menggunakan teknik tersebut karena unik dan berbeda dengan yang lain," ungkap desainer muda kelahiran 22 November 1998 ini.
Baca juga: Masker Painting Cantik Kreasi Diah Gardenia, Ada Berbagai Motif, Merak Sampai Gegunungan
Baca juga: Mengasah Rasa Percaya Diri Anak Lewat Pelatihan Public Speaking
Detail penyu tersebut mewarnai hampir di semua bagian busana pada bagian belakang, berpadu dengan flounce yang bergelombang.
"Untuk merepresentasikan ombak pada pantai tersebut, busana saya bentuk siluet L," imbuhnya.
Sementara untuk pemilihan warna, quetzal green dinilai paling cocok. Menurutnya, warna tersebut layaknya cangkang penyu.
"Quetzal green ini juga merupakan warna yang mewah," ujar Dewi.
Baca juga: Face Icon Model Search Cari Model Berkarakter dengan Kreativitas, Foto & Gaya Jadi Penilaian Penting
Baca juga: Kampung Iwak dan Wisata Pemancingan Kalanganyar Sidoarjo Sajikan Menu Ikan Bakar Mulai Rp 20 Ribuan
Agar semakin memberi kesan khas NTT, ia turut menambahkan aksesori kepala yang diambil dari busana pengantin khas daerah Sumba Barat.
Busana ini sendiri pertama kali ia perkenalkan kepada publik dalam Grandshow Virtual Alcarita D3 Tata Busana Universitas Negeri Surabaya yang digelar pada pertengahan Februari 2021 lalu.
"Tantangannya itu saat berkonsultasi dengan dosen. Karena di masa pandemi Covid-19 seperti ini hanya bisa mengandalkan platform online, tidak bisa bertemu langsung," kata Dewi.
Tantangan lainnya yakni ketika membuat manipulating yang sesuai, ia melewati tahap trial dan error cukup banyak.
Baca juga: Awalnya Tak Ingin Terjun ke Bisnis Kuliner, Kini Chris Albion Sukses Jadi FnB Consultant
Baca juga: Desainer Muda Natalia Ciptakan Koleksi Wonders Earth, Terinspirasi Keelokan Bromo dan Budaya Tengger
"Selain itu juga saat membuat stuffing dan menempelkan di busana, harus dijahit tangan. Saya sampai dibantu orang lain agar bisa selesai tepat waktunya," terangnya.
Melalui busananya ini, Dewi berharap agar para desainer lainnya juga merancang busana yang terinspirasi dari kekayaan daerah-daerah di Indonesia.
"Karena Indonesia itu sangat luas, setiap daerah memiliki keunikan yang bisa diangkat menjadi karya," pungkasnya.