Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Virus Corona

Hari Ini Tepat Setahun Virus Corona di Indonesia, Penyebab Ekonomi Jatim Lesu: Laju Inflasi Melambat

Hari ini tepat setahun virus Corona berada di Indonesia. Di Jawa Timur, pandemi masih jadi penyebab kondisi ekonomi lesu gegara perlambatan inflasi.

Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM/FIKRI FIRMANSYAH
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan. 

Reporter: Fikri Firmansyah | Editor: Heftys Suud

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Hari ini, Selasa (2/3/2021) genap setahun sudah pandemi virus Corona atau Covid-19 berada di Indonesia.

Diusianya yang ke-1 ini, pandemi Covid-19 ternyata masih terus memporak-porandakan ekonomi Indonesia.

Di Jawa Timur (Jatim) sendiri, terbaru, kondisi ekonominya masih menunjukan kelesuhan gegara mengalami perlambatan laju Inflasi.

Dimana pada Februari 2021 Jatim mengalami inflasi hanya 0,22 persen (mont to month).

Baca juga: Pergi Luar Kota Saat Kipas Angin Masih Nyala, Rumah Warga Dawuan Situbondo Nyaris Ludes Terbakar

Baca juga: Nissa Sabyan Menang Dipilih Ayus, Kini Malah Tuntut Ririe Klarifikasi: Hindari Hal Kurang Pantas

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan inflasi Februari sebesar 0,22 persen itu lebih rendah jika dibandingkan inflasi pada periode sama di 2020 yakni 0,53 persen atau dengan kata lain laju inflasi melambat.

"Laju inflasi melambat, karena inflasinya sendiri disebabkan karena kenaikan harga sejumlah komoditas seperti cabai rawit, cabai merah, tarif jalan tol, dan angkutan udara, sedangkan disisi lain, daya beli masyarakat (konsumsi rumah tangga) masih rendah, maka dari itu laju inflasinya pun melambat," jelas Dadang kepada TribunJatim.com, Selasa (2/3/21).

Dadang mengatakan, daya beli masyarakat yang masih rendah ini terjadi karena tidak semua orang mau melakukan transaksi dalam membeli sejumlah komoditi yang harganya mahal alias kondisi inilah yang menyebabkan inflasi Jatim masih melambat.

Menurut Dadang, ada banyak indikasi yang satu sama lainnya berhubungan terkait tidak semua orang mau melakukan transaksi dalam membeli sejumlah komoditi yang harganya mahal.

Baca juga: Nia Ramadhani Nangis Baca Surat dari 16 ART Kuak Masalah, Curhat Hidup Layani Istri Ardi: Cuma Diem

Baca juga: Lagi, Densus 88 Amankan Terduga Teroris di Surabaya, Pengembangan Penangkapan di Medokan Ayu

Diantaranya kondisi mereka (masyarakat) keuangan/ekonominya pun juga belum pulih namun disisi lain, secara bersamaan harga-harga terus merangkak naik.

"Ekonomi mereka ini kan belum semuanya stabil setelah dihantam virus Covid-19 dan juga setahun kemarin banyak PHK yang terjadi, dimana Sepanjang 2020, di Jatim PHK terjadi pada sekitar 9,3% dari total jumlah penganggur (121.047 orang)," terangnya.

Tidak hanya itu saja, tambah Dadang, saat daya beli masyarakat yang rendah terjadi ini, bersamaan pula semakin bertambahnya angka penduduk miskin di Jatim.

"Jadi saat sejumlah komoditi yang mengalami kenaikan harga di Februari kemarin, jumlah penduduk miskin di Jawa Timur angkanya tercatat bertambah," ungkapnya.

Dikatakan Dadang, pada bulan September 2020, jumlah penduduk miskin di Jawa Timur mencapai 4.585,97 ribu jiwa (11,46 persen).

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved