Berita Entertainment
Pantas Meilia Masih Tak Terima Perlakuan Kaesang, Felicia Dibesarkan Penuh Kasih, Kini Trauma: Berat
Hingga kini Meilia Lau, ibu Felicia Tissue masih tak terima perlakuan Kaesang Pangarep terhadap putrinya.
Bersyukur dia sangat dekat dgn Kakaknya. Dan pada akhirnya diapun bicara ke sy apa yg dia rasakan.
Bisa anda bayangkan ketika jarak yg beda negara dan pandemic saat ini.
Dan tiba2 dia diperlakukan seperti itu! Yg biasanya setiap hari mrk berkomukasi, lewat video call.
Tiba2 ig hilang, semua no telp yg dihubungi tidak bisa! Ganti no telp dan bbrapa no telp yg lainnya jg tdk menjawab.
Betapa beratnya beban mental seorang putri kecilku yg aku timang2 saat bayi dan kubesarkan hingga dewasa dgn penuh kasih," tuntas Meilia Lau.
Baca juga: Nadya Dibayar Kaesang Jadi Pacar Bohongan? Denny Darko Kuak Perasaan Terpendam Sejak Lama: Tahu Diri
Ibu Felicia Tissue Sebut Kaesang Tak Punya Nyali
Ibunda Felicia Tissue, Meilia Lau tampaknya begitu kecewa dengan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep.
Tak terima Felicia Tissue tersakiti, Meilia Lau sebagai ibu bahkan menuding adik Gibran Rakabuming Raka itu tak beretika dan tidak punya nyali.
Hal itu disampaikan Meilia Lau melalui postingan di akun Instagramnya.
Dalam postingannya, Meilia Lau mengunggah sebuah tulisan dari teman kuliah Kaesang Pangarep dan Felicia Tissue.
Tulisan tersebut berisi cibiran kekecewaan terhadap Kaesang Pangarep yang secara sepihak dan tanpa kata memutuskan Felicia Tissue.
Baca juga: Mahir Tutupi Masalah Rumah Tangga ke Publik, Dude Harlino Tahan Malu Soal Alyssa: Penting Dia Happy
Padahal, Kaesang Pangarep disebut pernah bernjanji akan menikahi Felicia Tissue yang telah dipacarinya 5 tahun tersebut.
Meski hanya soal pacaran, tindakan Kaesang Pangarep dinilai Meilia Lau sebagai sesuatu yang tak beretika.
"Bukan hanya di Indonesia saja. Di Singapura pun teman2 Felicia bisa merasakan ini kelakuan yg sangat tidak ethis dan nga punya etika baik sama sekali," tulis Meilia dikutip TribunWow.com dari IG @meilia_lau, Selasa (9/3/2021).
"Kita sadar bahwa kita beda suku, agama, ras dan negara. Tapi etika tetaplah etika," imbuhnya.