Gus Baha Soal Pandemi Covid-19, Jangan Terlalu Gelisah dan Takut Berlebihan
KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, sejak kecil sudah mendapat ilmu dan hafalan Al Quran dari ayahnya,
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
Penulis : Yoni Iskandar | Editor : Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, sejak kecil sudah mendapat ilmu dan hafalan Al Quran dari ayahnya, KH Nur Salim Al-Hafidz.
Maka tidak heran apabila Gus Baha menjadi ahli tafsir Al Quran. Sehingga sangat diidolakan anak-anak muda atau yang biasa disebut kaum milenial.
Gus Baha merupakan putra dari seorang ulama pakar Al Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA yang bernama KH Nursalim al-Hafizh dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah.
Kali ini KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha akab membedah soal wabah Corona atau pandemi Covid-19.
KH. Bahauddin Nur Salim atau akrab disapa Gus Baha menyampaikan padangan pribadinya terkait dengan pandemi virus Corona atau Covid-19 di Haul ke-3 Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 1999-2010, KH. Hasyim Muzadi di Pondok Pesantren Al Hikam, Depok, Jawa Barat tahun lalu.
Gus Baha, mengingatkan agar umat Islam tidak gelisah dan takut yang berlebihan dalam menghadapi wabah virus Corona. Di sisi lain, Gus Baha juga mengingatkan agar seimbang dalam menyikapi Covid-19 ini.
"Saya berharap selain kita ikhtiar medis, kita harus memperbanyak istighfar . Bagaimana pun semua itu dari Allah subhanahu wa ta'ala," kata Gus Baha. Kita menghormati negara dengan ikhtiarnya, tapi saya mohon sekali kita juga istighfar karena semua itu ditentukan oleh Allah," katanya.
Baca juga: Gus Baha, Orang itu Sombong Jika Hanya Mengingat Kesalahan Saja, Kunci Masuk Surga Itu Mudah. . .
Baca juga: Gus Baha : Jangan Membuat Sulit Umat Dalam Menjalankan Syariat Islam
Baca juga: BERITA TERPOPULER SELEB: Putri Anne Cantik Tapi Jorok - Alasan Raul Tak Dampingi KD di Lamaran Aurel
Gus Baha menjelaskan, bahwa sebagai seorang muslim, harus memiliki keyakinan bahwa ajal manusia sudah ditentukan oleh Allah dfan itu dikatikan Gus Baha dengan kisah Khalifah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Kala itu Ali terancam dibunuh karena memiliki musuh yang cukup banyak.
"Jadi, seperti menyangkut, misalnya virus Corona tadi. Sayyidina Ali pernah, sudah dalam ancaman pembunuhan, karena beliau musuhnya banyak. Ya musuh yang enggak jelas. Sayyidina Ali kalau mau sholat ya tetap biasa sholat tanpa dikawal," ucap Gus Baha.
Santri kesayangan KH Maimoen Zubai ini menjelaskan, ketika itu Sayyidina Ali pernah ditanya mengapa dirinya tidak takut akan kematian. Padahal sudah jelas banyak musuh (yang tidak jelas) ingin membunuhnya.
"Namun, apa jawaban Ali saat itu? Sahabat Rasulullah itu malah terkesan santai walaupun sedang dalam ancaman yang bisa saja merenggut nyawanya. Jawabannya Sayyidina Ali itu unik. Khisny Ajali. Saya masih hafal ta’birnya. Khisny utawi benteng ingsun (Khisny, benteng saya). Itu ajaliy, jatah ajal," kata Gus Baha.
Menurut Gus Baha, kisah tentang Sayyidina Ali tersebut menjadi prinsip bagi kita sebagai seorang muslim agar tidak terlalu gelisah dan takut yang berlebihan.
Karena semua manusia sudah memiliki jatah kematian. Namun demikian, sebagai manusia yang diharuskan berikhtiar atau berusaha, wajib pula melakukan upaya agar terhindar dari wabah.
Maksudnya, bukan berarti ketika yakin dan pasrah kepada takdir, lantas lalai, acuh tak acuh dan sembarangan membiarkan wabah itu terus menyebar dan sampai menjadi mudharat bagi kita. Selain yakin pada takdir juga harus diiringi dengan ikhtiar.
“Tapi bukan berarti kamu nggak berusaha. Ya usahalah. Memakai masker, tapi nggak usah diimani berlebihan," jelas Gus Baha