Ngaji Gus Baha
Gus Baha : Logika Al Quran, Tidak Ada Orang Alim Keterlaluan Membenci Orang
KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, sejak kecil sudah mendapat ilmu dan hafalan Al Quran dari ayahnya, KH Nur Sal
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
Penulis : Yoni Iskandar | Editor : Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, sejak kecil sudah mendapat ilmu dan hafalan Al Quran dari ayahnya, KH Nur Salim Al-Hafidz. Bahkan video ceramah Gus Baha ini bertebaran di Youtube dan media sosial lainnya .
Belakangan, sosial media dipenuhi dengan video ceramah dari seorang ulama bernama Gus Baha.
Mulai dari yang durasi 2-3 menit sampai yang lebih dari satu jam. Mengulas beragam topik keislaman, mulai dari fikih, ekonomi, dakwah, dan sebagainya.
Maka tidak heran apabila Gus Baha menjadi ahli tafsir Al Quran. Sehingga sangat diidolakan anak-anak muda atau yang biasa disebut kaum milenial .
Kali ini KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha membedah soal Logika Al Quran, yakni tidka ada orag alim yang keterlaluan membenci orang.
"Ini saya ajari ya. Sudah, pokoknya kalian harus berterima kasih, terpaksa berterima kasih pada saya.
Saya juga berterima kasih pada Guru-guru saya, karena من لم يشكر الناس لم يشكر الله. Saya ajari ilmu logika Al-Quran. Logika Al-Quran itu unik," papar Gus Baha yang kelahiran 29 September 1970 di Sarang, Rembang, Jawa Tengah tersebut.
santri kinasih KH Maimoen Zubair tersebut memberikan contoh, persoalan orang shaleh melanggar janji, dia itu karena memang niat melanggar janji ataulah karena tidak mampu menepati? Ataukah sedang kambuh ketidaksholehannya?
"Misalnya saya punya utang pada Rukhin 10 juta, lalu saya janji besok melunasi. Ketika besok saya tidak membayar utangnya itu karena saya sedang tidak shaleh karena hati itu dibolak-balik, ataukah niat melunasi tapi gagal karena memang tidak punya uang, ataukah yang keliru Rukhin karena ndilalah ketika saya mau melunasi, orangnya tidak ada. Saya tanya. Jawab saja. Apapun jawabannya, manusia itu tetap dalam posisi dhaif : kadang punya keinginan tidak terwujud. Jika begitu, berarti manusia itu menipu, sholeh pun menipu, cuma kadang tidak disalahkan oleh Allah karena kondisinya.
Oleh sebab itu ilmu Quran itu kadang unik: Apa sebabnya Allah tidak pernah tidak melanggar janji?
Sebab Allah itu Al-Khaliq, dzat yang menciptakan. Mengapa Allah itu dzat yang tidak bisa melanggar janji, tidak mungkin melanggar janji? Karena Allah itu Al-Khaliq, yang menciptakan," papar Gus Baha.
Gus baha menambahakan, berdasarkan persoalan nukilan di atas, "Logikanya begini. Misalnya saya berjanji akan memecahkan gelas ini. Seharusnya kan mudah, gelas itu sesuatu yang mudah pecah, apalagi saya membawa palu. Ketika saya akan memecahkannya, ternyata saya stroke, atau gelasnya dicuri orang, atau atau tiba-tiba ada puting beliung yang membuat saya jatuh.
Jadi artinya begini: kuncinya Allah itu digjaya, tidak nyulayani janji, karena Allah itu yang bisa mengatur. Beda dengan manusia yang niat baik saja kadang tidak bisa baik, karena tidak bisa mengatur," tambahnya.
Mata Manusia Tidak Melihat atau Tahu
Logika Quran itu begitu. "Jadi jika ditanyai mengapa Allah Mengetahui? Ya karena Allah yang membuat. Beda dengan manusia. Rukhin saya tanyai: mengapa bisa tahu kitabku warna putih. Jawabnya: karena saya punya mata, Gus. Itu bodohnya manusia, justru punya dan memakai mata itu yang menurut Quran membuat manusia tidak melihat/tahu.
Masalah melihat dengan mata adalah ketika matanya sudah rabun, atau barang yang dilihatnya berada jauh, itu membuat manusia tidak bisa melihatnya. Kalau menurut Quran tidak begitu: Yang menjadikan tahu/melihat itu adalah karena penciptaan, yang membuat.
Karena itu di Quran ada ayat : أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ ala ya'laamu: ana ta ora eruh (sapa?) man: wong khalaqa: kang nggawe (sapa? man)
Angger wong sing nggawe ya mesti eruh," kata Gus Baha.
Baca juga: Gus Baha : Seorang Dai Harus Punya Argumentasi yang Baik, Bukan Marah-marah Yang Tidak Jelas
Baca juga: Gus Baha : Kiai Sehari Manggung Tiga Kali, Pasti Bicaranya Standar, Itu-Itu Saja
Baca juga: Gus Baha Punya Kecerdasan Yang Luar Biasa, Nalar Ushuli dan Wara’i, Ini Maknanya?
Misalnya begini: saya ini insiyur, atau desainer, atau tukang batu yang membuat Monas. Di Monas saya taruh emas sekilo lalu saya tutupi beton lagi. Lalu saya pulang ke Bedukan Jogja. Ketika saya ditanyai: Di Monas itu ada apa saja? Jawab saya: Ada emas sekilo, di kedalaman sekian. Lho kok bisa tahu? Lha memang saya yang membuatnya.
Karena itulah Allah mengisnadkan ngerti dengan nggawe. أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ . Sudah tidak ada di tempat pun ya masih tahu, karena yang membuat. Kalau nggak tahu itu karena memakai mata, tiap barang tertutupi, mata tidak akan bisa melihat. Atau kau tahu tapi kau bukan pembuatnya.
Masalahnya Allah itu tidak akan tertipu, karena Dia yang membuat, yang menentukan, tidak ada yang menguasai-Nya, jadi sekali dhawuh selalu sesuai dengan dhawuh-Nya. Beda dengan manusia, berjanji saja kadang tidak bisa menepati, karena ketika akan menepati ada kondisi tidak memungkinkan.
Karena itu penting latihan logika Quran.
Kau jangan kelamaan menjadi orang bodoh: tahu karena mata. Itu amatir. Sebenarnya tahu itu karena yang membuat. Itulah mengapa Quran mengisnadkan ilmu dengan khalqu. أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَق َ a la ya'lamu: ana ta ora ngert i
(sapa?) man: wong khalaqa: kang nggawe (sapa? man) Karena yang membuat.
Kau Benci Orang Zhalim
Kau sekarang ingin anakmu shaleh, tapi ya juga hanya sekadar kepingin saja. Kalau Allah ingin membuatnya jadi zhalim gimana, kau mau apa? Kau jengkel sekali dengan orang fasiq, tapi jika Allah menghendaki ia bertobat kau mau apa?
Itulah mengapa sirrinya agama itu adalah tawakkal, sampai Nabi yg sudah Nabi kekasih Allah saja berdoa : يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
ya muqallibul qulub tsabit qalbi ala dinik , Siapa yang akan tahu?
Malamnya masih jima' istri, besok paginya cerai. siapa yang akan tahu. Karena itu di bab thalaq itu ada larangan aja geman, megat bojo sing mau bengi dijimak. Kalau manimu jadi, iddahnya panjang. Karena tidak ada yang bisa tahu.
Itulah mengapa ini penting.
Seperti apa bencinya Nabi pada Wahsyi karena pembunuh paman Rasulullah, Sayyid Hamzah? Tapi malah Allah memberi hidayat pada Wahsyi. Sebab itu ada ayat : لَيْسَ لَكَ مِنَ ٱلْأَمْرِ شَىْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ Bukan urusanmu (Muhammad), soal hidayat itu bukan urusanmu.
Itulah mengapa seperti apapun sholehnya manusia, tetap diminta berdoa : ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ ihdinash shirathal mustaqim
lalu disuruh berdoa : يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ ya muqallibul qulub tsabit qalbi ala dinik Kau boleh benci orang munafik, karena memang orang munafik itu parah berbelit-belit. Tapi dhawuh Allah begini: لِّيَجْزِىَ ٱللَّهُ ٱلصَّٰدِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ ٱلْمُنَٰفِقِينَ إِن شَآءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ
Kayak apa Allah benci dengan orang munafiq.
Tapi Allah masih ngendikan bisa saja aku menyiksa orang munafiq, ketika Aku berkehendak, tapi bisa saja au yatuba.
Karena itu semua orang alim pasti ragu-ragu, untuk terlalu benci orang pasti tidak bisa. Tiap orang yang terlalu membenci orang lain pasti agak tidak alim, karena tidak ada ayat sosial yang Allah tidak memberi alternatif, pasti ada alternatif : وَيُعَذِّبَ ٱلْمُنَٰفِقِينَ إِن شَآءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ
Jadi orang munafiq yang kau benci pasti disiksa Allah? Kata siapa, ya insya a, jika Allah ngersakna.
Tapi bisa saja yang dikersakna bertobat. Ini penting saya utarakan. Lalu mengapa Allah bisa demikian? Karena dia yang menciptakan, sementara kita nuruti rasa benci kita. Lalu yang bisa mengatur dunia siapa? Oleh karena itu orang alim tidak punya sikap jelas. Malah diejek oleh Islam2 anyaran: "Nggak tegas. Gimana masalah sosial kok nggak tegas?
Disuruh tegas bagaimana, sini ngajinya khatam sedang kau tidak khatam? Dalam banyak hal kita tidak mungkin tegas. karena bagaimana kamu menegasi masalah2 hati? Kau sekarang suka saya, bisa saja besok nggak. Besok lusa senang pada saya lagi. Kambuhan.
Malam istighfar menangis. Paginya jelalatan lagi.
Itulah isi Ngaji bareng Gus Baha, Semoga bermanfaat.
Berita tentang Gus Baha
Berita tentang KH Maimoen Zubair