Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Blitar

Sirup Jahe Ibu Rumah Tangga di Kota Blitar Naik Daun Saat Pandemi, Resepnya dari Sajian Khas Lebaran

Sirup jahe buatan ibu rumah tangga di Kota Blitar nik daun di tengah pandemi Covid-19. Owner Dwi Agustining bagi resepnya: suami dan anak membantu.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Hefty Suud
SURYA/SAMSUL HADI
Dwi Agustining (49) menunjukkan hasil produksi sirup jahe di rumahnya, Kelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, Selasa (23/3/2021). 

Selain gula dan jahe, dia menambah bahan lain seperti kayu secang, daun serai, dan daun pandan untuk produksi sirupnya. 

"Resep itu saya dapat dari ibu saya. Dulu, setiap Lebaran, ibu membuat sirup jahe untuk dikonsumsi keluarga dan saudara. Beberapa saudara bilang rasanya enak, kenapa tidak coba diproduksi untuk dijual. Akhirnya saya coba produksi sampai sekarang," katanya. 

Sekali produksi, biasanya Dwi membutuhkan sekitar 15 kilogram jahe dan 40 kilogram gula pasir. 

Dengan takaran itu, Dwi menghasilkan sekitar 50 liter atau 100 botol isi 0,5 liter sirup jahe

Cara produksinya juga terbilang mudah. Jahe yang sudah dikupas dan dicuci bersih diparut mengunakan parut kelapa. 

Jahe yang sudah hancur lalu diperas untuk diambil sarinya dan dibiarkan dulu selama lebih kurang 3-4 jam. 

Setelah itu, sari jahe direbus dengan campuran bahan lain seperti gula pasir, kayu secang, daun serai, daun pandan, dan ditambah air selama 3 jam.

Hasil rebusan sari jahe dan beberapa bahan lain itu dibiarkan sampai dingin sebelum dikemas dalam botol. 

"Sebelum dikemas dalam botol, hasil rebusan sari jahe saya saring dulu sampai delapan kali," ujarnya. 

Dwi memproduksi sendiri sirup jahe. Kadang, dia dibantu suami dan anak saat proses produksi.

"Proses pengupasan jahe biasanya saya borongkan ke saudara, tiap satu kilonya Rp 5.000, hitung-hitung bagi-bagi rezeki," katanya. 

Selain dalam bentuk sirup, Dwi juga memproduksi jahe dalam bentuk bubuk. Menurutnya, proses produksinya hampir sama, hanya saja yang dalam bentuk bubuk dikeringkan untuk diambil sarinya. 

Untuk pemasaran, Dwi menggunakan sistem offline dan online. Pemasaran offline dengan cara menitipkan ke toko dan perkantoran dengan mayoritas pelanggan lokal Blitar. 

Sedang pemasaran online dengan cara membuat penawaran di media sosial. Pelanggannya, rata-rata dari luar kota mulai Malang, Surabaya, Bandung, Jakarta, sampai Makasar. 

"Akhir-akhir ini banyak pesanan dari Makasar," ujarnya. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved