Suasana Mencekam di Nusakambangan saat Eksekusi Mati, Dokter Hastry: Yang Tak Tampak Ikut Nonton
Ahli forensik dr Sumy Hastry Purwanti atau akrab disapa dr Hastry takut dan khawatir saat pertama kali masuk tim eksekusi mati di Nusakambangan.
"Perasaan teman-teman, yang tak tampak ikut nonton," kata dokter Hastry.
Kejadian janggal lain yang dialami ketika dr Hastry tidak digigit nyamuk. Padahal, rekan-rekan tim lain digigit nyamuk.
Adapula, tim eksekusi mati yang melihat penampakan makhluk halus Sundel Bolong.
"Sebelum penembakan H-1, banyak yang loncat ke air tapi tak tampak. Lalu suara anjing melolong," tuturnya.
Saat eksekusi pelaku Bom Bali I, dokter Hastry menceritakan dirinya bermalam di tenda. Saat itu, ia tinggal selama seminggu dan tak bisa kontak keluar pulau.
"Bisa di waktu-waktu tertentu," ujarnya.
Selain itu, dr Hastry menceritakan pihaknya tetap menghargai terpidana yang dieksekusi mati dengan mempersiapkan pemulasaraan.
"Kita ambil pelurunya, kalau ke luar negeri, kita gunakan pengawetan jenazah yang bagus. Yang Muslim kita salatkan juga dan dikafani. Yang tidak diterima keluarga ada, ya dimakamkan atau mungkin masyarakat yang enggak mau terima," imbuhnya.
Baca juga: Aksi Heroik Anggota Polres Batu Aipda Tony Selamat dari Bom Bondet yang Terlilit di Pelaku Curanmor
Saat Ikuti Eksekusi Mati Bom Bali I
Berdegup jantung Sumy Hastry Purwanti.
Dikutip dari Tribunnews.com ( grup TribunJatim.com ), dr Hastry tak pernah membayangkan sedekat ini dengan Imam Samudra, Amrozi dan Mukhlas.
Ketiganya orang paling bertanggung jawab ketika bom meledak di Paddy's Pub dan Sari Club di Jalan Legian, Kuta Bali pada 12 Oktober 2002. Di malam yang sama bom ketiga meledak dan menggoncang tak jauh dari Kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Bali.
Tragedi malam itu dikenal dengan Bom Bali I. Bom meledak di tengah wisatawan yang berjingkrak sambil menikmati musik, menenggak bir, bercengkerama satu sama lain.
Bom berdaya ledak tinggi yang diotaki ketiganya menewaskan 202 orang terdiri dari 164 orang asing dan 38 orang Indonesia. Korban terluka mencapai 209 orang.
Berselang enam tahun, Sumy berhadapan dengan ketiganya di Nusakambangan pada Sabtu (8/11/2016) malam, sebelum tubuh mereka rubuh dieksekusi regu tembak.