Gaya Hidup Sederhana Berhasil Antarkan Yulius Sutanto Jadi Pebisnis Batik Sukses, Omset Perbulan 4 M
Siapa yang tak mengenal brand pakaian batik dengan nama Naradha dan Parasika? Tentu brand ini sudah terkenal
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Januar
Reporter: Fikri Firmansyah | Editor: Januar AS
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Siapa yang tak mengenal brand pakaian batik dengan nama Naradha dan Parasika.
Pakaian batik dengan nama brand Naradha dan Parasika itu banyak ditemui dijual di jaringan toko swalayan yang memiliki banyak cabang di Indonesia yakni Ramayana.
Ya, kedua brand pakaian itu dijual oleh CV Naradha.
Baca juga: Polisi Benarkan Soal Video Lelaki Bersimbah Darah di Sumenep dan Dievakuasi ke Rumah Sakit
Menariknya, dibalik kesuksesan CV Naradha dalam menjual pakaian batik, ternyata hampir 70 persen kain batiknya didapat dari CV Lancar Rejeki Bersama (LRB).
LRB sendiri merupakan perusahaan supplier tekstil kain batik jenis print dengan motif batik tulis ternama di Surabaya.
Dibalik keberhasilan LRB dalam meraih kepercayaan pelanggan-pelanggan besarnya itu ternyata ada sosok Yulius Sutanto.
Yulius Sutanto adalah Owner CV LRB.
Kisah sukses pria yang punya sapaan Yulius sebagai sang nahkoda kapal CV LRB tidak berjalan mulus begitu saja bak jalan tol.
Pasalnya Yulius lahir dari keluarga yang keadaan ekonominya sederhana.
"Saya lahir dari keluarga sederhana, saat saya sekolah saya enggan mengikuti kebiasaan-kebiasaan gaya hidup teman sebaya saya. Jadi dulu kalo pingin sesuatu itu harus nabung dulu, karena kalo minta ortu juga tidak ada uang," terangnya.
Yulius mengungkapkan, sejak kecil hingga sekarang jika tidak mampu untuk memiliki sesuatu atau membeli sesuatu, dirinya tidak pernah memaksakan.
"Saya selalu punya pemikiran, kalo mampunya beli itu yauda itu aja," tuturnya.
Tak hanya itu, sewaktu sekolah Yulius mudah ternyata sudah terbiasa bekerja untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.
"Waktu SMA di ST Hendrikus, saat tiba waktu pulang sekolah, saya lebih memilih untuk bekerja. Dari jualan kue hingga jualan pernak pernik aksesoris sepeda motor pernah saya lakukan," jelasnya.
Kebiasaan Yulius mudah bekerja dengan menjadi pedagang terus dilakukan hingga kejenjang perkuliahan.
"Saat sudah menjadi mahasiswa di Universitas Widya Mandala Surabaya, saya juga tetap bekerja. Kerjanya jualan kaos yang gak ada merknya," katanya kepada TribunJatim.com dikantor CV LRB, di Kalijudan Madya III No 16. Senin (29/3/21).
Tak disangka, kebiasaan bekerja sebagai pedagang kaos itu menjadi awal dari dia untuk terjun kedunia bisnis batik dengan mendirikan CV LRB.
Awalnya perusahaan CV kain batiknya ini tidak menggunakan nama CV LRB melainkan nama lain.
"Jadi sebenarnya nama LRB ini bukan nama pertama sejak awal berdiri. Lahir tahun 2009, perusahaan ini dipimpin oleh dua orang alias bagi hasil, antara saya dan sahabat saya, masing-masing 60 persen dan 40 persen. Saya yang bagian bagaimana pokoknya kain batik ini bisa laris manis dipasaran," kata pria yang baru menikah itu.
Selama diberi bagian pekerjaaan untuk fokus membuat kain batik perusahaan laris manis, Yulius rela turun tangan bak menjadi sales.
"Awal berdiri saya sendiri yang menjajakan produk kain batik hasil dari perusahaan ini. Saya tawarkan ke daerah-daerah hingga ke Bali dan Lombok. Saya naik sepeda motor Honda Supra Fit selama menawarkan kain batik," terangnya.
Yulius menambahkan, hasil kerja kerasnya itu menggugah sahabatnya.
"Tepat tahun 2010 keatas, sahabat saya sebagai partner dalam mendirikan perusahaan ini mengalami sakit dan karena mengapresiasasi kinerja saya, dia memberikan saya kepercayaan untuk mengambil alih nahkoda perusahaan ini. Baru dari sini nama LRB saya pakai sebagai nama CV," jelasnya.
Singkat cerita, seperti pepatah yang mengatakan bahwa usaha tak pernah mengkhianati hasil memang benar adanya, kini berkat semangat hidup yang tinggi, kerja keras dan penerapan gaya hidup yang sederhana Yulius sukses meraih omset bisnis kain batik dari kinerja LRB mencapai 4 miliar perbulan.
Sebelumnya saat awal berdiri, perbulannya LRB hanya bisa meraih omset sebesar 100 juta.
"Puji syukur, saat ini omset sebelum pandemi, LRB dengan jumlah karyawan sebanyak 20 (termasuk sales) orang mencapai sebesar 4 miliar perbulan, sedangkan dahulu, awal berdiri saat saya sendiri yang sekaligus sebagai seorang salesnya, omset hanya 100 juta perbulan," terangnya.
Yulius menambahkan, keberhasilan LRB dalam meraih omset miliaran rupiah juga berkat strategi dalam memproduksi kain batik.
"Setiap kain batik yang dibikin dan dijual LRB, corak dan penggunaan warna yang divisualisasikan selalu mengikuti trend. Contoh saat ini motif batik tulis yang punya corak simpel dengan penggunaan warna cerah sangat banyak peminatnya. Berarti ditahun ini kita menjual kain batik dengan trend tersebut. Apalagi saat ini batik juga turut digemari kaum milenial," tutup Yulius.
Ditanya soal pakaian batik dengan brand Naradha dan Parasika milik satu diantara pelanggannya yakniCV Naradha, Yulius mengungkapkan CV Naradha memanglah pelanggan lama.
"Sudah tujuh tahun lebih CV Naradha selalu beli kain batik dari kami (LRB). Bahkan, hampir 70 persen pakaian batik yang dijual CV Naradha, kain batiknya didapat dari kami, termasuk pakaian batik dengan brand Naradha dan Parasika yang terpajang di Ramayana," tandasnya.
Kumpulan berita Jatim terkini